Penyakit apa saja yang ada pada sel darah merah?

sel darah merah

Sel darah merah pada dasarnya adalah suatu kantung yang mengangkut O2 dan CO2 (dalam tingkat yang lebih rendah) di dalam darah. Sel darah merah tidak memiliki nukleus, organel, atau ribosom, tetapi dipenuhi oleh hemoglobin, yaitu molekul yang mengandung besi yang dapat berikatan dengan O2 secara longgar dan reversibel.

Penurunan jumlah sel darah merah memacu sumsum tulang untuk meningkatkan pelepasan sel-sel darah merah abnormal yang berukuran kecil dan kekurangan hemoglobin. Kondisi yang paling umum yang mempengaruhi sel darah merah adalah anemia.

Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa sel darah merah, sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity).

Secara praktis, anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung sel darah merah.

Penyebab-penyebab anemia dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu anemia yang disebabkan gangguan akibat berkurangnya pembentukan sel darah merah dan anemia, yang disebabkan oleh adanya peningkatan penghancuran sel darah merah.

1. Anemia disebabkan berkurangnya pembentukan sel darah merah.

Beberapa kondisi dapat menyebabkan berkurangnya pembentukan sel darah merah, di antaranya:

  • Anemia Defisiensi Besi
    Anemia defisiensi besi adalah anemia mikrositik hipokromik yang terjadi akibat kekurangan besi dalam gizi, atau hilangnya darah secara lambat dan kronik. Anemia defisiensi besi terjadi pada orang yang sedang melakukan diet dengan zat besi rendah, atau orang yang kehilangan sel darah merah (serta zat besi yang dikandungnya) dalam pendarahan, bayi prematur, bayi dengan nutrisi rendah, gadis remaja yang sedang haid, dan orang-orang yang kehilangan darah akibat penyakit, seperti radang usus besar biasanya mengalami anemia akibat penurunan zat besi.

  • Anemia Pernisiosa
    Anemia pernisiosa adalah anemia makrositik normokromik yang terjadi akibat kekurangan vitamin B12, dimana vitamin B12 tidak dapat diserap oleh karena lambung tidak dapat menghasilkan faktor intrinsik, yamg akan bergabung dengan vitamin B12 dan mengangkutnya ke dalam aliran darah. Vitamin B12 penting untuk sintesis DNA di dalam sel darah merah dan untuk fungsi saraf.

    Anemia ini kadang-kadang terjadi, karena suatu sistem kekebalan yang berlebihan menyerang sel-sel lambung yang menghasilkan faktor intrinsik (reaksi autoimun). Bentuk lainnya dari kekurangan vitamin B12 bisa terjadi pada vegetarian, karena vitamin B12 hanya ditemukan dalam produk hewan dan penderita kelainan yang diturunkan, yang menghalangi pengangkutan atau aktivitas vitamin ini.

  • Anemia Defisiensi Asam Folat
    Anemia defisiensi asam folat adalah anemia makrositik-normokromik akibat kekurangan vitamin folat. Asam folat penting untuk sintesis DNA dan RNA dan untuk fungsi beberapa enzim pengkoreksi DNA. Kekurang asam folat dapat terjadi pada wanita hamil, yang asupan makanannya mengandung sedikit sayur-sayuran hijau dan tanaman polong, yang banyak mengandung asam folat. Bayi dapat menderita kekurangan asam folat, bila kandumgan asam folat dalam susu formulanya rendah. Kekurangan salah satu vitamin ini, menyebabkan anemia yang serius (anemia pernisiosa), dimana sel darah merah terdapat dalam jumlah yang sedikit tetapi ukurannya lebih besar.

  • Anemia karena penyakit kronis
    HIV-AIDS dan juga pada penyakit lain seperti artritis reumatoid, limfoma Hodgkin, kanker, sering disertai anemia, dan diintroduksi sebagai anemia penyakit kronik. Alasan untuk mengatakan bahwa anemia yang ditemukan pada berbagai kelainan klinis kronis berhubungan, karena mereka mempunyai banyak macam gambaran klinis, yakni kadar Hb berkisar 7-11 g/dL, kadar Fe serum menurun disertai TIBC yang rendah, cadangan Fe jaringan tinggi, dan produksi sel darah merah berkurang.

  • Anemia Sideroblastik
    Anemia sideroblastik adalah anemia mikrositik-hipokromik yang ditandai oleh adanya sel-sel darah imatur (sideroblas) dalam sirkulasi dan sum-sum tulang. Anemia sideroblastik primer dapat terjadi akibat cacat genetik pada kromosom X yang jarang ditemukan (terutama dijumpai pada pria), atau dapat timbul secara spontan terutama pada orangtua. Penyebab sekunder anemia sideroblastik, adalah obat-obat tertentu, misalnya beberapa obat kemotrapi dan ingesti timah.

2. Anemia disebabkan peningkatan penghancuran sel darah merah.

Dalam keadaan normal, sel darah merah mempunyai waktu hidup 120 hari. Jika menjadi tua, sel pemakan dalam sumsum tulang, limpa dan hati dapat mengetahuinya dan merusaknya. Jika suatu penyakit menghancurkan sel darah merah sebelum waktunya (hemolisis), sumsum tulang berusaha menggantinya dengan mempercepat pembentukan sel darah merah yang baru, sampai 10 kali kecepatan normal. Tetapi jika sel darah merah dihancurkan jauh lebih cepat daripada penggantiannya, orang tersebut akan mengidap anemia.

Beberapa penyebab dari meningkatnya penghancuran sel darah merah, diantaranya :

  • Kekurangan G6PD
    Kekurangan G6PD adalah suatu penyakit dimana enzim G6PD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrogenase) hilang dari selaput sel darah merah. Enzim G6PD membantu mengolah glukosa dan membantu menghasilkan glutation (mencegah pecahnya sel), dan diperlukan untuk menstabilkan membran sel darah merah dengan pengaktifan kompoun oksidan. Jika G6PD berkurang, sel-sel merah akan menjadi rusak dan pecah apabila penderita termakan kepada bahan-bahan yang mempunyai ciri-ciri pengoksida. Kekurangan G6PD boleh menyerang semua bangsa, paling banyak dikalangan orang Afrika, Asia atau keturunan Mediterranean.

  • Anemia hemolotik
    Anemia hemolitik adalah penurunan jumlah sel darah merah akibat destruksi, atau penghancuran berlebihan sel darah merah. Sisa sel darah merah yang ada bersifat normositik dan normokromik. Pembentukan sel darah merah di sumsum tulang akan meningkat untuk mengganti sel-sel yang mati. Bergantung pada penyebabnya, anemia hemolitik dapat timbul hanya sekali atau berulang. Beberapa penyebab anemia hemolitik, antara lain anemia sel sabit, malaria, penyakit hemolitik pada bayi yang baru lahir, dan reaksi transfusi.

  • Pembesaran limpa
    Banyak penyakit yang dapat menyebabkan pembesaran limpa. Jika membesar, limpa cenderung menangkap dan menghancurkan sel darah merah. Semakin banyak sel yang terjebak, maka limpa semakin besar dan semakin membesar limpa, maka semakin banyak sel yang terjebak. Anemia yang disebabkan oleh pembesaran limpa, biasanya berkembang secara perlahan dan gejalanya cenderung ringan. Kadang anemianya cukup berat, sehingga perlu dilakukan pengangkatan limpa (splenectomy). Pembesaran limpa juga seringkali menyebabkan berkurangnya jumlah keping darah dan sel darah putih.

  • Kerusakan mekanik pada sel darah merah
    Dalam keadaan normal, sel darah merah berjalan di sepanjang pembuluh darah tanpa mengalami gangguan. Tetapi secara mekanik, sel darah merah bisa mengalami kerusakan karena adanya kelainan pada pembuluh darah (misalnya suatu aneurishma), katup jantung buatan atau karena tekanan darah yang sangat tinggi. Kelainan tersebut bisa menghancurkan sel darah merah dan menyebabkan sel darah merah mengeluarkan isinya ke dalam darah.

  • Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
    Kadang-kadang sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan fungsi dan menghancurkan selnya sendiri, karena keliru mengenalinya sebagai bahan asing (reaksi autoimun). Jika suatu reaksi autoimun ditujukan kepada sel darah merah, akan terjadi anemia hemolitik autoimun. Anemia hemolitik autoimun memiliki banyak penyebab, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui atau berasal dari dirinya (idiopatik). Anemia hemolitik autoimun dibedakan dalam dua jenis utama, yaitu anemia hemolitik antibodi hangat (bereaksi terhadap sel darah merah pada suhu tubuh) dan anemia hemolitik antibodi dingin (bereaksi terhadap sel darah merah dalam suhu yang dingin).