Pemburu Sertifikat Webinar VS Pemburu Ilmu Webinar, Kamu tipe yang mana?

Sejak pandemi Covid-19 ini melanda seluruh penjuru dunia, hampir seluruh kegiatan yang biasa dilakukan secara tatap muka, sekarang harus dilaksanakan secra online atau akrab disebut daring. mulai dari pembelajaran formal, bekerja, kegiatan organisasi, volunteer dan kegiatan lainnya dilakukan secara daring. begitu pula dengan seminar yang biasa dilakukan di aula besar, tatap muka dengan pembicara, mendapatkan snack, juga marchandise eksklusif dari penyelenggara harus dilakukan secara daring.

Dari kegiatan daring inilah muncul orang-orang yang hanya ingin mendapatkan bukti mengikuti kegiatan tanpa harus mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir atau biasa dikenal dengan pemburu sertifikat, yang biasanya selalu meramaikan fitur chatbox dengan kalimat “link absennya mana ya,ka?” atau “budi dari bandung hadir” atau mereka biasanya meminta rekaman dari kegiatan tersebut dengan alasan untuk di review. di sisi yang berbeda, ada juga sekelompok orang yang benar-benar ingin mendapatkan ilmu yang bermanfaat dari kegiatan daring ini sehingga memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, bertanya hal yang masih belum dimengerti.

dari kedua tipe peserta webinar diatas, kamu tipe yang mana? bagaimana pandanganmu akan fenomena yang sudah tidak asing ini?

Illmu dari seminar penting tapi mengumpulkan sertifikat untuk syarat kelulusan juga sama pentingnya, kalau seminar sesuai dari minat dan passion kita, kita bisa ambil dari seminar tersebut. Seminar yang menarik dan cara membawa topik yang enak membuat peserta menyukai dan dapat mengambil illmu dari seminar tersebut.

2021-09-08T03:50:00Z
KK Sosmed Podcast - Elisabeth Maranatha

Baik pemburu sertifikat maupun pemburu ilmu menurutku keduanya sama saja benar dan penting, alias ya sudah gapapa. Sertifikat banyak diperlukan untuk keperluan mendaftar magang, mendaftar sidang skripsi, ataupun menambah daftar di CV (untuk pelatihan/workshop). Ilmupun penting untuk menambah skill, menambah pengetahuan, atau memperkuat ilmu yang sudah dimiliki. Setauku atau sepengalamanku, para pemburu sertifikat masih mengikuti alur kegiatan webinar walaupun mungkin hanya sebentar, karena bagaimanapun juga saat dia memlih webinar tersebut untuk diikuti pasti setidaknya ada ketertarikan dalam topik maupun pembicara. Pemburu ilmupun tidak semerta-merta ingin ‘pulang’ dengan tangan kosong dan pastinya tetap menginginkan dapat sertifikat.

dalam pengalaman saya sebagai panitia seminar nasional, beberapa kampus di Indonesia terdapat sejumlah syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan pendaftaran sidang skripsi salah satunya adalah sertifikat seminar.

Oleh karena hal tersebut menurut saya wajar saja peserta seminar atau saat ini yang ramai adalah webinar mengharapkan dan meminta adanya sertifikat tersebut. selain itu, dengan adanya sertifikat juga menjadi salah satu daya tarik agar orang ingin turut serta dalam acara yang diselenggarakan tersebut.

kalau saya lebih suka mencari webinar atau seminar yang sesuai dengan minat saya, dan dengan senang hati apabila terdapat sertifikat setelah mengikuti kegiatan tersebut. karena apabila tidak sesuai dengan minat saya atau sekedar mencari sertifikat saja, saya jadi malas untuk mendengarkan seminarnya jadi seperti percuma ikut kegiatan tersebut.

selain itu, dengan adanya sertifikat saya juga jadi ingat pernah mendapatkan ilmu tentang hal tersebut dan mencoba untuk mencari catatan yang biasanya saya buat saat menghadiri seminar-seminar tersebut agar bisa mengingat kembali materinya.

Fenomena ini sudah tidak asing bagi saya.
Jika memilih diantara dua kategori ini, pastinya saya merupakan orang yang lebih fokus ke ilmunya daripada sertifikatnya, toh sertifikat hasil webinar sendiri tidak terlalu berpengaruh dalam resume/CV kita. Kecuali kita sebagai moderator ataupun pembicara dalam webinarnya. Sertifikat yang berpengaruh terhadap resume kita antara lain sertifikat menang lomba, sertifikat keorganisasian, sertifikat pelatihan profesional dan sebagainya.

Seminar yang menyediakan sertifikat akan lebih banyak menarik perhatian masyarakat dibandingkan dengan seminar yang tidak menyediakan sertifikat. Pada dasarnya, sertifikat digunakan sebagai bukti telah mengikuti kegiatan seminar dan menambah poin plus ketika melamar kerja nanti.

Saya sebagai mahasiswa juga merasakan pentingnya sertifikat seminar sebagai tambahan Angka Kredit Mahasiswa (AKM). Karena sebagian kampus, ada yang menjadikan syarat untuk mengikuti seminar sebagai pengajuan skripsi dan tugas akhir. Selain itu, sebagai pelamar kerja nantinya, sertifikat dari seminar bisa ditambahkan sebagai daftar Curriculum Vitae (CV) yang pernah diikuti.

Namun, perilaku pemburu sertifikat terkadang membuat miris karena hanya ingin mendapatkan sertifikat tersebut tanpa memahami ilmu yang telah diberikan di seminar. Padahal, seminar biasanya diselenggarakan oleh intuisi dengan menghadirkan narasumber yang kompeten dan profesional. Jangan sampai, seminar yang telah kita ikuti terbuang sia-sia ilmunya karena hanya mengincar sertifikat saja.

Kalau saya pribadi mengikuti webinar untuk mengambil ilmunya, terkadang jika tidak mendapat sertifikatpun tidak masalah, karena yang menarik bagi saya isi dari webinarnya.

Ya, Fenomena ini sudah sangat tidak asing, banyak saya jumpai ketika mengikuti webinar, acara baru dimulai sudah ada saja yang meminta link absen, namun kembali lagi “pemburu sertifikat” ini pasti mempunyai tujuan tersendiri, bisa jadi mereka benar-benar ingin mengejar ilmunya dan mengumpulkan sertifikatnya untuk hal-hal tertentu, misal: syarat sidang atau kelulusan harus mempunyai 10 sertifikat, sedangkan ada seseorang yang dari dulunya tidak tertarik atau tidak mempunyai waktu untuk mengikuti seminar/webinar maka sudah dijamin dia akan menjadi si “pemburu sertifikat”.

Pada awalnya saya lebih berfokus kepada sertifikatnya, namun setelah mengikuti webinarnya, saya justru tertarik mendengarkan ilmu yang ada dalam setiap webinar yang saya ikuti, sehingga sampai sekarang jika sayamengikuti webinar, saya lebih tertarik kepada ilmunya, tapi juga sertifikatnya wkwk

Pemburu sertifikat webinar dengan pemburu ilmu webinar menurut saya keduanya sangat penting. Seperti yang kita ketahui, di kampus sertifkat seperti webinar, gitu-gitu ada yang menjadi salah satu persyaratan untuk bisa lulus dari kampus, seperti kampus saya. Lalu, ilmu webinar juga sangat penting untuk masa depan kita.

Sepengalaman saya sendiri, mengikuti kegiatan web seminar atau webinar merupakan selingan kegiatan selain kegiatan utama sehari-hari. Biasanya saya mengikuti seminar jika memang tema yang diangkat sesuai dengan minat saya, sehingga dengan ini alasan saya mengikuti tidak melulu tertuju pada e-sertifikat melainkan dengan pembahasan yang dibawakan. Meskipun tidak salah juga jika ada yang mengikuti webinar dengan tujuan mendapatkan e-sertifikat, karena beberapa kampus mempunyai persyaratan kepemilikan SKPI dengan jumlah tertentu sebagai syarat kelulusan.

Awalnya saya adalah hanya seorang pemburu sertifikat webinar karena untuk sidang skripsi saya harus mengumpulkan beberapa sertifikat untuk dikonversikan menjadi poin.

Namun sekarang ini saya mulai mempunyai minat pada beberapa hal, dan itu membuat saya mencari-cari webinar yang sesuai dengan minat saya. Entah webinar tersebut mendapat e-sertif atau tidak, entah berbayar atau free.

Karena kadang ilmu atau pandangan dari pembicara dari webinar tersebut lebih menberikan insight baru dan cara berpikir baru yang tentunya lebih berharga daripada hanya sebuah sertifikat.

Menurutku keduanya sama-sama penting. Ilmu dan sertifikat sebagai penghargaan karena sudah mengikuti suatu kegiatan sekaligus sebagai bukti. Kalau aku sebisa mungkin dalam kegiatan webinar onkem dan aktif semisal ada sesi tanya jawab dengan narasumsber.
Karena keduanya sama pentingnya, kalau ilmu ya buat nambah pengetahuan sedangkan kalau sertif itu sebagai syarat SKPI diperkuliahan.
Dann lebih asik lagi kalau ada yang dapat doorprize ehehe

Sejujurnya saya merasa bisa masuk ke dalam dua tipe di atas; pemburu sertifikat webinar & pemburu ilmu webinar. Selama ini tidak semua webinar asal saya ikuti. Maksudnya adalah, saya akan memilih-milih dahulu apakah tema bahasan di webinar tersebut relevan dengan jurusan yang saya ambil di bangku perkuliahan? Namun tak jarang juga saya mengikuti webinar yang bahasannya di luar bidang yang saya pelajari.

Berbicara mengenai fenomena tersebut, saya hanya ingin mengomentari mengenai sikap para pemburu sertifikat yang selalu spamming di chat box atau group chat mengenai link sertifikat. Menurut saya sendiri hal tersebut kurang sopan dilakukan, dan takutnya membuat penyelenggara merasa tersinggung karena terlihat bahwa para pendaftar lebih menginginkan sertifikanya. Padahal sepemahaman saya, admin atau selaku penanggung jawab webinar tersebut pasti memberi tahu di awal acara bahwa link sertifikat akan diberikan setelah acara selesai. Dan tak jarang juga beserta link absensi kehadiran.

Aku termasuk keduanya, memburu ilmu iya, sertifikat juga ayo.
Pembicara yang dihadirkan dalam suatu webinar pastinya tidak dapat aku jumpai setiap hari dengan mudah sehingga aku merasa harus memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyimak perkataaan mereka dengan seksama ketika mengikuti webinar. Kalau untuk fenomena pemburu sertifikat webinar, menurutku agak disayangkan kalau mereka mengikuti webinar hanya karena ingin mendapatkan sertifikatnya saja. Apalagi sampai spam di kolom chat/komentar untuk menanyakan link absen atau sibuk mengabsen dirinya sendiri, seperti yang telah dituliskan oleh kak @Sherlyeza, sehingga mengganggu peserta lain yang ingin mengajukan pertanyaan. Kalau memang tidak tertarik untuk mengikuti rangkaian webinar sebaiknya jangan mendaftar, masih banyak pendaftar lain yang benar-benar ingin ikut tapi ternyata slotnya sudah habis diburu para pemburu sertifikat webinar. Lagipula, tidak enak juga kalau pembicara sampai mengira peserta webinarnya hanya tertarik kepada sertifikatnya bukan isi webinarnya.

Sebagai mahasiswa, ini sudah tidak asing lagi. Aku tidak bermaksud menyalahkan pihak kampus, tapi memang ada beberapa kampus yang mewajibkan mahasiswa mengumpulkan sejumlah poin kegiatan non-akademik untuk lulus. Apakah niat universitas baik? Tentu saja. Tapi dengan adanya kewajiban seperti ini, terkadang itu memaksa mahasiswa untuk ikut webinar (dan kegiatan non-akademik lainnya) hanya demi selembar sertifikat daripada ilmu aslinya.

Kalau ditanya aku tipe yang mana, bisa dibilang 50-50 sih, ya. Ada masanya gencar mencari sertifikat demi poin, jadi segala macam cara dilakukan. Bahkan beberapa waktu lalu (mungkin sekarang masih berjalan), Harvard University punya program webinar online non-stop. Semua orang dari semua kalang, semua negara bisa ikut karena bisa memilih topik webinar yang ada banyak dan jam dimulainya (karena webinarnya sendiri dari video pre-recorded, bukan live, jadi mau daftar pukul satu malam pun bisa). Lalu untuk mendapatkan sertifikatnya tinggal menjawab beberapa pertanyaan yang bahkan kalau salah bisa diulang. Sangat mudah, bukan, demi selembar sertifikat? Banyak yang tertarik karena ini sifatnya internasional, jadi dikiranya poin yang didapat akan lebih besar.

Nah, tapi ada masanya juga menemukan topik webinar yang memang asyik dan bikin penasaran. Kalau sudah begini, apa hanya mengincar sertifikat? Tentu tidak. Tapi kembali lagi, tidak dapat dipungkiri kalau semuanya tergantung keadaan. Jadi kalau ditanya aku termasuk tipe yang mana… well, harus diakui aku tipe dua-duanya.

Pemburu sertifikat atau pemburu ilmu sama-sama harus melakukan sesuatu demi mendapatkannya. Klo aku sendiri, zuzur aku lebih ke pemburu sertifikatnya karena terkadang dalam beberapa kegiatan memerlukan sertifitat sebagai bukti kita aktif dalam mengikuti webinar. Tapi walaupun aku lebih ke pemburu sertifikatnya bukan berarti aku sama sekali ga tertarik kepada ilmu yang di paparkan.

Yaps,Saya setuju dengan pendapat dari @mabdadr1909 bahwa dua-duanya penting dan ngga papa diikuti, tidak ada masalah.
Namun kalau saya pribadi, Saya akan pilij-pilih untuk materi yang akan disampaikan pada webinar terbut, apakah menarik dan sesuai dengan minat saya atau tidak. Menurut saya itu yang lebih utama.