Nikah Muda, Mudahkah?

44e644e57881f4070d69a947dd82b276

Nikah muda tak jarang dianggap sebagai gaya hidup yang keren. Sebab, keputusan ini dipandang sebagai langkah untuk menjalin hubungan suci dan lebih baik daripada melakukan perzinahan. Nikah muda pun kian menjadi fenomena ketika banyak figur publik yang melakukannya.

Lalu apakah nikah muda benar-benar semudah yang dibayangkan? dan kira-kira seberapa besar resiko yang ditanggung ketika memilih nikah muda?

1 Like

Memang sih sekarang lagi trend nikah muda, apalagi di masa pandemi seperti ini. Banyak orang berifkiran bahwa dengan menikah muda dimasa pandemi ini menghemat budget. Tetapi kembali lagi, menikah itu butuh kesiapan secara finansial, mental, dll. Kebanyakan kita menemui pernikahan muda dengan alasan sudah hamil duluan, faktor penjodohan, hanya keinginan semata. Ketika 2 orang belum sama sama memiliki pendapatan tetap, maka nanti akan kebingungan dalam menghidupi kehidupan sehari-hari. Permasalahan ekonomi inilah yang bisa mempengaruhi mental dari 2 orang tersebut sehingga bisa memicu banyak konflik lain. Bisa di pahami bahwa anak muda memiliki emosi yang tidak stabil, dan jarang bisa untuk mengontrol emosinya. Akibatnya, bisa menimbulkan perceraian yang lebih tinggi.

Dibalik itu semua, sebenarnya nikah muda ada positif dan negatifnya.

Positif :

  1. Menghindari pergaulan bebas
  2. Belajar memikul tanggungjawab
  3. Umur anak tidak terpaut terlalu jauh
  4. Bisa mengejar mimpi bersama

Negatif :

  1. Kehilangan masa remaja
  2. Kondisi ekonomi belum stabil
  3. Menjalani peran sebagai orang tua yang terlalu berat
  4. Dianggap belum dewasa
  5. Masalah komitmen
Referensi

Dampak Positif dan Negatif Nikah Muda

Menurut saya, perkara menikah sebenarnya memiliki untung dan ruginya yang tentunya bisa menjadi bahan pertimbangan bagi setiap pasangan muda apakah mereka akan mengambil sumpah pernikahan atau tidak. Dan memang betul jika saat ini trend menikah muda memang tengah booming di tengah - tengah masyarakat kita. Akan tetapi, penafsiran dari usia menikah muda ini sendiri juga beragam. ada yang menganggap pernikahan muda itu terjadi usia produktif (17 - 35 tahun), usia subur (20 - 30 tahun), lalu ada juga yang menafsirkan menikah muda itu terjadi di rentang usia 17 - 23 tahun dan ada juga yang berpendapat 15 - 25 tahun.

Pertama - tama, menikah muda memiliki beberapa keuntungan yang bisa dijadikan pertimbangan oleh pasangan muda. keuntungan pertama adalah ketika menikah muda, tentunya kita berada di usia produktif yang menurut para ilmuwan, usia 20-an merupakan usia terbaik untuk bereproduksi. keuntungan kedua adalah lebih mudah dalam merencanakan masa depan karena dengan menikah muda, tentu akan ada upaya bahu membahu dari pasangan untuk merealisasikan rencana - rencana tersebut. keuntungan ketiga adalah Keuangan yang lebih terkontrol terlebih jika pasangan sama - sama bekerja dan juga bisa saling backup dalam hal keuangan dan yang terakhir, menikah muda juga menghindarkan kita dari perbuatan zina menurut hukum agama.

Tetapi, menikah muda pun juga memiliki beberapa kerugian. kerugian pertama adalah kebebasan yang mulai terbatasi dengan prioritas - prioritas rumah tangga bersama pasangan dibanding ketika kita masih dalam status single. di masa muda ini tentunya mungkin ada ambisi pribadi dan keinginan untuk mengekspresikan diri sebebas - bebasnya yang tentunya akan sulit jika kita memilih untuk menikah muda. Kedua, ada kemungkinan jika mental dan psikologis pasangan ternyata belum siap dalam mengarungi rumah tangga mengingat ketika mereka menikah, campur tangan kedua orang tua mulai berkurang dan tanggung jawab kepada satu sama lain menjadi bertambah. hal itu juga belum ditambah dengan kemampuan untuk menghadapi hal - hal besar dalam rumah tangga entah itu positif dan negatif yang tidak semua pasangan muda memilikinya.

Melihat semua keuntungan dan kerugian dari pernikahan muda, maka opsi untuk menikah muda otomatis menjadi pilihan atau preferensi masing - masing pasangan. Yang namanya menikah tentu bukanlah perkara yang mudah. banyak yang harus disiapkan dan dipertimbangkan seperti kemapanan secara finansial , kesiapan mental dan psikologis, komitmen yang kuat dari kedua belah pihak ,dan lain sebagainya selain cinta untuk membangun sebuah rumah tangga sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya perceraian yang banyak menimpa pasangan yang menikah muda. resiko dari menikah muda ini sendiri bisa dibilang relatif, tergantung dari bagaimana tiap pasangan menghandle pernikahan dan rumah tangga mereka.

Menurut saya nikah muda itu tidak semudah kelihatannya. banyak hal yang sangat perlu dipersiapkan. Terutama masalah mental. Karena masih muda tentu mental kita bisa dibilang terkadang belum stabil. Maka dari itu, banyak orang yang hanya memikirkan enak nya saja jika menikah muda, rata-rata karena ingin memiliki anak yang jarak nya tidak jauh dengan dirinya, namun banyak idak sedikit orang yang mengambil keputusan untuk nikah muda malah berujung perceraian.

Dalam pandanganku, nikah muda sangat lah tidak mudah saat kedua mempelai belum siap mental dan belum memiliki stable income. Kedua hal tersebut penting dalam perikahan muda. Mungkin untuk masalah finasial, selama mempelai memiliki previlage dari orang tua, hidup mereka secara finansial akan stabil. Namun berbeda dengan pemikiran yang belum matantg. Apalagi dengan usia yang begitu muda berarti pemikirannya pun masih berkembang. Bisa saja kedua faktor tersebut apabila tidak dipenuhi menyebabkan perceraian dini juga. Dalam penelitian skripsi oleh Zuhrina S. (2020) disebutkan bahwa Faktor Ekonomi dan Faktor ketidak dewasaan sikap pasangan suami istri, termasuk kedalam faktor perceraian dini.

Referensi

S, Zuhrina. 2020. PERCERAIAN PADA USIA DINI (ANALISIS PENYEBAB DAN DAMPAKNYA: STUDY KASUS DESA MALAPARI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI). Jambi. FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN.

Memang, nikah muda terasa indah bagi pasangan muda-mudi untuk menghindarkan perzinahan. Tetapi apakah mereka sudah siap secara mental dan finansial? Perceraian tidak hanya berasal dari perselingkuhan saja tetapi bisa terjadi karena mental yang belum siap dań dari segi finansial juga belum memadai. Menikah itu menyatukan 2 kepala yang kenyataannya tidak akan pernah sama dalam satu jalan, apabila dari segi mental dan emosi yang belum stabil bisa saja menimbulkan keributan dan berujung perceraian. Belum lagi Jika finansialnya belum memadai, bagaimana bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya? dengan kata “CINTA” saja tidak akan cukup untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan sehari-hari.

Menurut saya, hal tersebut tergantung individu masing-masing seberapa siap dan matang akan kehidupan pernikahan. Mau nikah saat usia muda ataupun usia tua jika mental dan kesiapan tersebut belum ada maka akan terasa sulit.
Dan tidak ada jaminan bahwa menikah saat usia tua akan lebih mudah menjalanani bahtera rumah tangga, begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, menikahlah saat kamu benar-benar sudah siap dan bertemu dengan orang yang tepat.

Pernikahan yang dilakukan di usia muda saat ini bukan lagi suatu hal yang jarang didengar. Sebagian besar orang beranggapan bahwa orang yang menikah muda dilatarbelakangi oleh adanya keterbatasan ekonomi, karena dengan menikah muda akan mengurangi beban dan tanggung jawab orang tua mereka. Namun nyatanya yang aku perhatikan, dewasa ini semakin banyak orang yang menikah di usia muda baik di daerah pedesaan maupu perkotaan dengan berbagai latar belakang. Menurut Akhiruddin (2016), terdapat beberapa faktor terjadinya pernikahan usia muda seperti kemauan diri sendiri, ekonomi, Pendidikan, keluarga, dan tradisi. Bahkan tidak jarang pula banyak orang yang memutuskan untuk menikah muda karena telah memasuki usia yang ideal dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Namun, tentu saja menikah muda tidaklah semudah yang kita bayangkan. Hal ini karena ada banyak sekali hal yang perlu kita siapkan sebelum memutuskan untuk menikah agar suatu pernikahan tersebut dapat langgeng. Untuk mewujudkannya diperlukan beberapa syarat yang diantaranya adalah Pendidikan.

Menurut Akhiruddin (2016), Pendidikan yang memadai merupakan salah satu syarat untuk dapat menghadapi kehidupan berumah tangga. Hal ini karena perselisihan yang kerap terjadi di kehidupan rumah tangga disebabkan rendahnya pengetahuan mereka tentang pernikahan, khususnya pasangan yang menikah pada usia muda sehingga mereka tidak dapat menyelesaikan persoalan dengan hati yang jernih, pikiran yang tenang dan kebanyakan dari mereka lebih mengedepankan emosional dibandingkan dengan akal sehat.

Selain itu dilihat dari sisi ekonomi, maraknya perceraian pada pasangan usia muda disebabkan oleh ketidakmampuan ekonomi. Hal ini karena ekonomi merupakan faktor keberlangsungan pernikahan. Terlebih di zaman sekarang kebutuhan hidup terus meningkat, harga bahan pokok mengalami inflasi dan beban semakin berat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nikah muda tidak semudah yang kita bayangkan, sebab ada banyak resiko yang mungkin akan muncul jika kita tidak mempersiapkannya dengan matang.

Sumber

Akhiruddin. 2016. Dampak Pernikahan Usia Muda (Studi Kasus Di Desa Mattirowalie Kecamatan Libureng Kabupaten Bone). 1(1)

Menurut saya, orang-orang yang menikah muda merupakan orang-orang yang sungguh berani. Saya sangat kagum pada mereka yang berani untuk mengambil langkah untuk menikah di usia yang muda ini. Karena untuk memustuskan menikah di usia muda, banyak sekali yang dapat di pertimbangkan. Apalagi mereka yang masih belum bisa bersikap secara dewasa baik mental dan perilakunya. Kurangnya pengalaman dalam problem-solving bisa saja menjadi penyebab pertikaian dan hal ini bisa saja beresiko akan berefek kepada anak-anak mereka nantinya. Terlebih, mereka yang memilih menikah muda tidak mempersiapkan dengan matang permasalahan investasi untuk kedepannya. Biaya pendidikan anak yang makin tahun ke tahun semakin mahal, biaya kesehatan yang juga mahal membutuhkan banyak sekali persiapan yang menurut saya ini tidak sebentar, kecuali mereka yang memang terlahir dari keluarga yang mampu.

Resiko yang dimiliki untuk memutuskan menikah muda itu besar sekali dan membutuhkan persiapan yang benar-benar matang dan benar-benar siap baik secara mental dan fisik, tidak cukup hanya bermodalkan cinta dan uang yang mereka miliki saat itu untuk membuat resepsi. Namun, ada juga kebutuhan lain dalam jangka panjangnya.

Belakangan ini, menikah muda seolah sedang menjadi tren. Banyak pasangan yang memilih untuk melakukannya sekadar ikut-ikutan, tetapi tidak jarang juga atas alasan lainnya. Pemerintah resmi menetapkan minimal usia yang baru untuk pernikahan dengan legalitas negara. Calon pasangan pengantin harus berusia setidaknya 19 tahun untuk mendapatkan akta nikah resmi.
Masuk dalam dunia pernikahan memang membutuhkan kesiapan dan pertimbangan yang sangat matang. Terlebih lagi ketika kita memutuskan untuk menikah di usia yang muda. Menurut saya nikah muda tidak bisa dikatakan mudah, ada beberap hal yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk mengambil pilihan ini, diantaranya :

  1. Organ Reproduksi Belum Berkembang Sempurna Sebelum Usia 20
    Sebuah studi menyebut risiko kematian cenderung meningkat 2 - 4 kali lipat pada wanita yang hamil di usia muda (kurang dari 20 tahun). Hal ini terjadi akibat belum matangnya organ reproduksi wanita di usia tersebut, sehingga meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia, eklamsia, perdarahan setelah persalinan, hingga keguguran saat hamil. Itu sebabnya sebelum memutuskan nikah muda, kamu dan pasangan dianjurkan berbicara pada dokter tentang risiko kesehatan yang mungkin dihadapi dan cara pencegahannya.
  2. KDRT Rentan Terjadi pada Pasangan Muda
    Menurut hasil sebuah riset, frekuensi Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) pada pelaku pernikahan dini cenderung tinggi. Riset tersebut menunjukkan bahwa dari seluruh pelaku pernikahan dini, 44 persen mengalami KDRT frekuensi tinggi dan 56 persen mengalami KDRT frekuensi rendah. Hal ini bisa terjadi akibat kurangnya kesiapan mental pasangan muda dalam menghadapi konflik rumah tangga. Itu sebabnya kamu dan pasangan perlu mempersiapkan mental sebelum memutuskan untuk nikah muda.
  3. Waspada dengan Perceraian di Usia Muda
    Angka perceraian pada usia 20 - 24 tahun lebih tinggi pada pasangan yang menikah sebelum usia 18 tahun, baik di wilayah kota maupun pedesaan. Alasan perceraian bisa beragam, mulai dari cekcok yang terus-menerus terjadi, perbedaan prinsip, masalah ekonomi, perselingkuhan hingga KDRT. Data Kementerian Agama menunjukkan dari 347.256 kasus perceraian di tahun 2017, sebagian besar diajukan perempuan dan sepertiganya berusia di bawah 35 tahun.
  4. Risiko Gangguan Psikologis saat Menikah Muda
    Sebuah studi menunjukkan bahwa semakin muda usia menikah, semakin tinggi risiko terkena gangguan psikologis, seperti gangguan kecemasan, gangguan mood dan depresi di kemudian hari. Hal ini juga berkaitan dengan kesiapan mental untuk membina rumah tingga.
Summary

https://www.halodoc.com/artikel/nikah-muda-boleh-tapi-ketahui-dulu-4-fakta-ini

Pernikahan muda adalah pernikahan yang dilakukan oleh anak yang berada pada masa peralihan di antara masa anak-anak dan masa dewasa di mana anak-anak mengalami perubahan cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk badan, sikap dan cara berpikir dan bertindak, tetapi bukan orang dewasa yang telah matang (Akhiruddin, 2016). Terdapat beberapa faktor penyebab pernikahan dini, diantaranya adalah permasalahan ekonomi keluarga dan tidak adanya edukasi mengenai dampak positif dan negatif dari pernikahan dini baik (Fauji Hadiono, 2018).

Pada pasangan nikah muda, seringkali terjadi perselisihan akibat minimnya pengetahuan tentang pernikahan. Sehingga ketika menghadapi permasalahan, mereka tidak mampu menyelesaikan persoalan dengan hati yang jernih, pikiran yang tenang, dan kebanyakan dari mereka lebih mengedepankan emosional dibandingkan dengan akal sehat. Sedangkan dari sisi ekonomi, pasangan nikah muda terkadang memiliki masalah finansial, sehingga tidak jarang akan berujung perceraian. Apalagi di zaman sekarang kebutuhan hidup terus meningkat, harga bahan pokok mengalami inflasi dan beban yang harus ditanggung pun terasa semakin berat (Akhiruddin, 2016). Jika dilihat dari sudut pandang psikologis, nikah muda dapat memberikan dampak yang berpotensi menjadi trauma. Munculnya trauma disebabkan oleh ketidaksiapan individu menjalankan tugas-tugas perkembangan yang muncul setelah adanya pernikahan, sedangkan hal tersebut tidak didukung dengan kemampuan dan kematangan diri yang dimiliki (Setyawan et al., 2016).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa nikah muda sangatlah tidak mudah, karena terdapat berbagai macam hal yang perlu dipertimbangkan agar tidak terjadi penyesalan. Namun, dikembalikan lagi ke masing-masing individu. Jika individu merasa sanggup dan mau menanggung berbagai macam risiko, maka nikah muda seharusnya tidak menjadi masalah. Meskipun, mungkin nanti akan muncul beberapa hambatan.

Sumber

Akhiruddin. (2016). DAMPAK PERNIKAHAN USIA MUDA (Studi Kasus Di Desa Mattirowalie Kecamatan Libureng Kabupaten Bone). Jurnal Mahkamah: Kajian Ilmu Hukum Dan Hukum Islam , 1 (1), 205–222. View of DAMPAK PERNIKAHAN USIA MUDA (Studi Kasus Di Desa Mattirowalie Kecamatan Libureng Kabupaten Bone)

Fauji Hadiono, A. (2018). PERNIKAHAN DINI DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi Dan Pemikiran Hukum Islam , IX (2), 385–397.

Setyawan, J., Marita, R. H., Kharin, I., & Jannah, M. (2016). DAMPAK PSIKOLOGIS PADA PERKAWINAN REMAJA DI JAWA TIMUR. Jurnal Penelitian Psikologi , 7 (2), 15–39. View of DAMPAK PSIKOLOGIS PADA PERKAWINAN REMAJA DI JAWA TIMUR

Menjawab pertanyaan diatas, menurut saya kemudahan dari nikah muda itu tergantung dari kesiapan masing-masing individu, mau itu kesiapan dalam tanggung jawab, ataupun kesiapan dalam materi. Menjalani nikah muda juga tentu ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dan teman-teman dapat membacarnya di situs https://www.untukyangterbaik.com/nikah-muda-kenali-10-tantangan-dan-kelebihannya/

Pernikahan yang berkembang di masyarakat juga tidak hanya dapat dilihat sebagai bentuk perjanjian yang membuahkan perikatan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Pernikahan pada dasarnya merupakan bentuk fenomena sosial di masyarakat yang melibatkan banyak pihak dalam prosesinya. Oleh karena itu, aturan-aturan yang melandasi terjadinya suatu pernikahan tidak hanya dapat ditentukan atas kehendak kedua mempelai yang melangsungkannya, melainkan sifatnya tertutup atau sudah ada ketentuan umum yang mengaturnya. Pernikahan juga dinilai sakral di masyarakat karena merupakan manifestasi nasib dari seorang laki-laki dan perempuan di dalam mengarungi sisa hidupnya.

Namun pernikahan yang dianggap sakral oleh masyarakat seringkali menimbulkan masalah dalam proses pelaksanaannya, mulai dari kekerasan dalam rumah tangga hingga pengabaian kewajiban oleh salah satu pihak. Apakah karena suami dan/atau istri belum siap untuk melanjutkan hidup berumah tangga ataukah karena faktor lain? Jika memang karena suami dan/atau istri belum siap untuk memulai hidup berumah tangga, apakah karena suami dan/atau istri belum cukup umur untuk menikah? Oleh karena itu, persiapan yang matang diperlukan pada tahap kehidupan ini. Pernikahan dini dapat menimbulkan berbagai perselisihan keluarga, yang dapat berujung pada ketidakharmonisan dan perceraian. Pernikahan dini memang tidak mudah.

Menurut saya, nikah muda itu tidaklah mudah. Menikah itu bukan hanya perkara meresmikan hubungan yang sudah dijalin sebelumnya, namun bagaimana melalui hari hari setelah menikah serta menjaga pernikahan itu sampai akhir hayat. Menikah muda itu tidak salah, namun banyak hal yang peerlu dipertimbangkan. Seperti kematangan setiap individu secara emosional. Usia memang tidak selalu menentukan kedewasaan psikologis dan emosional seseorang, tapi tetap memiliki pengaruh – terutama soal stabilitas jangka panjang dalam dua poin tersebut. Pasangan di bawah 19 tahun masih memiliki ego kuat yang mudah memancing amarah. Jika tidak terkendali, pernikahan bisa bertahan hanya sebentar saja. Kemudian, pertimbangan lain yang tidak kalah penting terkait dengan kesiapan finansial. Konsep ‘menikah saja dulu, susah bersama, sukses sama-sama’ bukan sesuatu yang mudah dijalani. Lebih baik, tiap individu sama-sama mapan dalam keuangan terlebih dulu sebelum menikah. Selanjutnya, poin penting yang harus dipertimbangkan ketika hendak melangkah ke pernikahan pada usia yang relatif muda yaitu siap dengan segala konsekuensi yang ada. Jadi, tidak akan ada penyesalan yang membuat “kapal” tersebut karam atau penyesalan ketika terjadi pertengkaran. Jadi, pertimbangkan dengan sangat matang sebelum mengambil keputusan terpenting dalam hidup.

Menurut saya, hal tersebut tergantung dengan persiapan setiap orang. Apakah mau menikah pada usia muda atau pada usia tua apabila telah siap maka itu tidak menjadi masalah. Akan tetapi, perlu ada pertimbangan yang harus dipikirkan apabila ingin menikah diusia muda yaitu kematangan terhadap emosional, tujuan hidup, siap terhadap konsekuensi, dan finansial. Apabila menikah diusia muda perlu mempertimbangkan yang saya sebutkan diatas agar siap untuk kedepannya.

menurut saya nikah muda tergantung kesiapan mental, mengendalikan emosi, dan finansial mereka. karena jika masih belum siap mental dan finansial dikemudian hari bisa saja terjadi kdrt karena masalah tersebut. namun jika kita sudah memiliki kesiapan tidak masalah jika memilih untuk menikah muda. namun tentu kembali lagi ke diri sendiri lebih siap nikah muda atau tidak.

Sebenarnya, kembali ke pribadi tiap-tiap orang, ya. Ada yang mentally and physically stable untuk menikah, tapi, ada juga yang unstable tapi memaksakan diri untuk menikah. Itulah main problem nya. Menikah itu tidak gampang, dan bukan main-main. Miris jika kita bisa lihat di zaman sekarang, pernikahan cenderung dijadikan main-main. Nikah muda tak jarang dianggap sebagai gaya hidup yang keren. Sebab, keputusan ini dipandang sebagai langkah untuk menjalin hubungan suci dan lebih baik daripada melakukan perzinahan. Nikah muda pun kian menjadi fenomena ketika banyak figur publik yang melakukannya.

Mengapa fenomena nikah muda masih terjadi di era modern seperti sekarang ini? Lalu, apa yang terjadi ketika ada anak yang memilih untuk menikah muda? Menurut data yang dipublikasikan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, persentase orang yang nikah muda di Indonesia masih tergolong tinggi, menduduki peringkat 37 di dunia dan tertinggi kedua di ASEAN setelah Kamboja.Sementara itu, [usia kawin pertama perempuan di perkotaan sekitar 16-19 tahun, sedangkan di perdesaan sekitar 13-18 tahun. Pertama, tingkat pendidikan yang rendah membuat masyarakat susah memperoleh pekerjaan layak. Bagi beberapa orang tua, hal ini menjadi alasan bagi mereka untuk menikahkan anaknya daripada menambah beban hidup keluarga. Kedua, ada anggapan negatif bahwa perempuan yang belum menikah setelah usia 17 tahun dianggap perawan tua. Ketiga, pernikahan dini dengan orang yang lebih mapan diharapkan dapat meningkatkan derajat dan ekonomi orang tua maupun keluarga. Meskipun demikian, tidak sedikit juga remaja yang masih dalam masa pubertas memutuskan nikah muda atas kesadaran pribadi. Dalam hal ini, mereka berpikir telah saling mencintai dan siap mengarungi bahtera kehidupan berdua, apapun yang terjadi.

Nikah muda tanpa persiapan matang dapat menghancurkan kedua belah pihak, tapi biasanya perempuan menjadi pihak yang paling dirugikan.

Nikah muda itu mudah jika calon suami istri sudah memiliki kesiapan yang matang. Sebaliknya, akan menjadi sangat tidak mudah, atau bahkan hanya menambah masalah hidup, jika pasangannya belum siap.

Kesiapan apa saja yang saya maksud? Pertama, kesiapan mental dan emosi. Jangan sampai nikah muda hanya menjadi wadah penyaluran nafsu seksual yang sah dan halal. Banyak anak muda yang terlalu tergesa-gesa dalam meresmikan hubungan padahal belum siap mental. Membangun rumah tangga baru juga perlu mental yang siap menjalankan tanggung jawab.

Kesiapan modal harta juga sangat penting. Menikah bukan hanya modal cinta, tapi juga harta. Acara pernikahan saja sudah membutuhkan uang, apalagi biaya hidup rumah tangga.

Komunikasi terhadap pasangan juga penting. Harus dikomunikasikan rencana ingin menikah muda ini secara baik-baik kepada semua pihak, termasuk orang tua. Jangan sampai nikah muda terlaksana hanya karena paksaan dari salah satu pihak.

Kira-kira begitulah kesiapan yang diperlukan untuk menikah muda. Jika hanya asal menikah muda, menggunakan dalih “beribadah” untuk penyaluran nafsu yang tergesa-gesa tanpa kesiapan, itu hanya akan membuat hidup semakin susah.

Berbicara mengenai mudah atau tidaknya nikah muda, kembali pada pasangan masing-masing. Pasangan yang menikah muda dengan pertimbangan dan persiapan yang matang akan terasa cukup mudah dalam menjalani rumah tangga.
Mengapa demikian? Dan apa aja sih pertimbangannya? Karena menikah muda itu tidak hanya soal menghasilkan keturunan, melainkan perihal bagaimana menyatukan dua insan yang berbeda agar tercapainya satu tujuan yang sama. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan saat seseorang memutuskan untuk menikah muda diantaranya yaitu kematangan emosional, kesamaan tujuan hidup, kesiapan finansial, dan siap dengan segala konsekuensi yang ada.
Pasangan yang telah memikirkan dan memenuhi beberapa pertimbangan tersebut akan terasa mudah dalam menjalani kehidupan dalam berumah tangga. Namun sebaliknya, akan terasa tidak mudah dan justru mengalami berbagai permasalahan dalam rumah tangganya jika pasangan tidak mempertimbangkan hal-hal diatas.

Menikah muda tidak semudah yang dilihat dan dibayangkan banyak hal yang harus difikirkan sebelum menikah muda seperti apakah memang benar benar siap dengan kondisi yang ada nantinya, bagaimana kehidupan setelah menikah dll. Banyak hal yang hatus dipikirkan secara matang. Ketika seseorang mau menikah muda tetepi mental belum siap akan ada dampak terburuk yang terjadi seperti perceraian. Memang di agama islam lebih baik menikah muda dari pada pacaran. Menikah akan mendapatkan pahala akan tetapi jika belum siap maka akan berdampak menjadi perceraian.