Bisa banget! Alasannya berkaitan dengan maskulinitas, Segala tindakan yang melenceng dari konsep maskulinitas yang dominan akan berpotensi mengundang pelecehan terhadap mereka. Hal utama yang implisit dari kasus pelecehan seksual adalah persoalan dominasi. Pelecehan seksual lebih mungkin terjadi ketika ada relasi kuasa, baik terhadap perempuan maupun laki-laki. Di sisi korban, ada faktor ketidakpahaman mengenai apa saja yang termasuk pelecehan seksual, ke mana harus mencari advokasi, serta pemakluman terhadap tindakan ini dari berbagai level. Selain itu, se-pemerhatianku, biasanya circle pergaulan laki-laki lebih menormalisasi segala tindakan sexual harrasment baik secara verbal maupun fisik dengan dalih âhanya bercandaâ . Dulu aku pernah baca thread di twitter, ada seorang laki-laki (normal, tidak mengalami minoritas seksual), bahkan melek isu feminisme mendapatkan sexual harassment dari teman-temannya dengan dalih agar ia (korban) megerti perasaan perempuan jika laki-laki membicarakan fisiknya. Padahal, apapun alasannnya, kekerasan atau pelecehan seksual tidak dibenarkan. Ternyata, pelecehan seksual terhadap laki-laki bukan hanya ditemukan dalam konteks ruang pergaulan. Di tempat kerja, sejumlah data pun menunjukkan bahwa mereka mengalami kejadian tidak pantas ini. US Equal Employment Opportunity Commision (EEOC) has reported that in 2011 terdapat 16,1% kasus pelecehan seksual yang dilaporkan oleh laki-laki, dan duua tahun kemudian, persentase ini bertambah hingga mencapai 17,6%. Selain EEOC, Association of Women for Action and Research (AWARE) juga merilis data terkait pelecehan seksual yang dialami laki-laki. Mereka membuat studi terhadap 500 responden dan 92 perusahaan di Singapura. Salah satu temuannya, sebanyak 21% laki-laki pernah mengalami pelecehan seksual di tempat kerja.
Kemduain, mungkin akan timbul suatu pertanyaan âmengapa pelecehan seksualjuga dapat dialami oleh laki-laki?â Pertanyaan ini dijawab oleh pakar Psikologi dari York University, Toronto, Ontario, Romeo Vitelli Ph.D. daam Psychology Today ia mengemukakan bahwa di ranah profesional, baik sesama pekerja maupun atasan, sering mengharapkan laki-laki untuk bertingkah semaskulin mungkin, sehingga hal ini mengakibatkan segala tindakan yang âmelencengâ dari konsep maskulinitas yang dominan akan berpotensi mengundang pelecehan terhadap mereka. Namun, sekali lagi, sebagian besar penelitian yang melihat pelecehan seksual berfokus pada wanita, dengan relatif sedikit penelitian yang membahas pria yang dilecehkan. Sebuah studi penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal Psychology of Men and Masculinity mencoba untuk mengatasi kesenjangan ini dan memeriksa beberapa faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan pria menghadapi pelecehan di tempat kerja. Dilakukan oleh Kathryn J. Holland dari University of Michigan dan tim peneliti lainnya, penelitian ini mensurvei lebih dari 600 pria dan wanita yang direkrut secara online dan menanyai mereka tentang pengalaman mereka sendiri dengan pelecehan. Selain melihat berbagai cara pria dapat dilecehkan, penelitian ini juga mengeksplorasi beberapa faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan pelecehan. Dan hasilnya cukup mengejutkan. Dalam studi tersebut, rata-rata, orang-orang dalam penelitian ini melaporkan mengalami setidaknya satu bentuk pelecehan gender sebagai bagian dari masa kerja mereka. Ini termasuk hal-hal seperti memiliki seseorang yang terkait dengan pekerjaan mereka (apakah rekan kerja, atau pengunjung tempat kerja) terlibat dalam salah satu dari delapan aktivitas pelecehan gender, seperti âBerulang kali menceritakan kisah atau lelucon seksual yang menyinggungâ, âDirujuk ke jenis kelamin orang dalam hal menghina atau menyinggung,â dll. Juga, dalam penelitian ini melaporkan pria mengalami setidaknya satu bentuk pelecehan seksual di muka pada tahun sebelumnya, termasuk kegiatan seperti âMenyentuh dengan cara yang membuat merasa tidak nyamanâ atau âPromosi yang lebih cepat atau perlakuan yang lebih baik jika kooperatif secara seksual,â dll.
Berdasarkan bukti-bukti data tersebut cukup kuat membuktikan bahwa pelecehan seksual tidak hanya terjadi pada perempuan, tetapi juga laki-laik.
Data Pendukung:
Holland, K. J., Rabelo, V. C., Gustafson, A. M., Seabrook, R. C., & Cortina, L. M. (2016). Sexual harassment against men: Examining the roles of feminist activism, sexuality, and organizational context. Psychology of Men & Masculinity, 17 (1), 17â29. https://doi.org/10.1037/a0039151
Romeo Vitell, Ph.D. 2015. When Men Face Sexual Harassment: A new study looks at the kind of sexual harassment male workers can experience. Retrieved from When Men Face Sexual Harassment | Psychology Today