Mahasiswa Kura-Kura (Kuliah Rapat- Kuliah Rapat) dijamin akan Sukses, Benarkah?


Ketika mendengar istilah “kura-kura”, pasti banyak yang mengira orang tersebut sibuk, tidak bisa bergaul dengan santai, bahkan ada yang beranggapan bahwa ?mahasiswa kura-kura hanya butuh sedikit waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas kuliah.

Sebelum membahas tentang mahasiswa kura-kura, apakah kalian benar-benar tahu apa itu mahasiswa kura-kura? Ya, bagi yang belum tahu, mahasiswa Kura-kura adalah mahasiswa yang kegiatannya terutama terdiri dari kuliah, rapat, kuliah, rapat. Mahasiswa Kura-Kura ini biasanya bergabung dengan banyak organisasi atau mahasiswa yang menempati posisi penting dalam organisasi agar mahasiswa memiliki kegiatan lain di luar kurikulum yaitu rapat organisasi.

Menjadi mahasiswa kura-kura merupakan sebuah pilihan dan tidak terlalu buruk. Saat kamu menjadi mahasiswa Kura-kura, artinya kamu siap untuk membagi waktu antara hal-hal yang bisa kamu pelajari dan bahkan hal-hal yang bisa berguna untukmu.

Referensi
Image: freepik.com

Tidak ada ukuran yang pasti mengenai kesuksesan. Jika berbicara tentang mahasiswa yang menghabiskan waktunya untuk kuliah dan rapat mungkin itu terdengar positif, karena dari kegiatan tersebut mereka belajar untuk memanajemen waktu dengan baik antara kuliah dan menjalankan organisasi. Menurut saya, kesuksesan kembali pada pendapat individu masing-masing bukan berarti yang bukan seorang mahasiswa kura-kura tidak bisa sukses. Mereka dapat menjadi sukses dengan caranya masing-masing. Kesuksesan itu sifatnya cukup luas sehingga tidak bisa di generalisasikan bahwa yang rajin mengikuti organisasi akan bisa selalu sukses ataupun tidak sukses.

terimakasih karena sudah mengurangi ketakutan saya sebagai mahasiswa kupu-kupu mba.
Ya menurut saya kesuksesan tidak hanya didapat dengan satu cara, seperti kata pepatah “banyak jalan menuju roma”. Begitupun dengan kesuksesan yang jalannya tidak hanya melalui “organisasi”. Meskipun tidak ikut organisasi dan rapat, kalau ketika di rumah melakukan hal-hal produktif seperti belajar skil-skil baru, itu juga bisa mengantarkan kita pada kesuksesan kok.

Menurut saya, mahasiswa kura-kura ini punya keunggulan dibandingkan mahasiswa lainnya. Mereka lebih banyak mendapatkan pengalaman dengan bertemu dengan orang-orang baru, berdiskusi, bertukar pikiran, dan berdinamika. Pengalaman bekerja dengan orang lain inilah yang sulit didapatkan oleh mahasiswa yang hanya fokus ke akademik saja. Ini melatih softskills kita dalam membangun networking, leadership, time management, work under pressure, dan build relations.

Saya meyakini bahwa mahasiswa kura-kura pasti memiliki banyak relasi di berbagai tempat dimana itu bisa membantunya di berbagai keadaan yang berbeda. Hal itulah yang saya rasa dibutuhkan untuk kedepannya. Sudah banyak sekali cerita bahwa seseorang merasa dimudahkan dalam mencari pekerjaannya karena memiliki riwayat hubungan dengan orang tertentu. Relasi yang terbentuk itu sangat menguntungkan. Oleh karena itu, mahasiswa kura-kura semakin banyak dijumpai di sekitar kita.

Menurut saya, hal ini tergantung bagaimana value yang didapat mahasiswa selama kegiatannya, dan bagaimana ia menerapkan value tersebut dalam karirnya di masa mendatang. Ada mahasiswa yang mengikuti berbagai macam organisasi hanya untuk memenuhi resumenya, ada mahasiswa yang kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang) padahal di luar sana ia mengikuti berbagai macam lomba, event, dan lain-lain. Kita tidak bisa menilai kesuksesan seseorang hanya dinilai dari aktivitasnya di perkuliahan, karena kita dapat mencari ilmu dan softskill dari mana saja. Jadi, organisasi kampus tidak dapat menjadi tolak ukur dalam menentukan kesuksesan seseorang. Jika organisasi kampus merupakan cara ternyaman seorang mahasiswa dalam menari value, softskill, dan relasi, maka bisa saja organisasi tersebut dapat membantunya mencapai kesuksesan.

Menurut saya tidak ada kaitan langsung antara rajin datang rapat organisasi dengan kesuksesan. Memang mungkin saja itu dapat berkontribusi terhadap kesuksesan masa depan seperti mendapatkan relasi dan mengasah soft skill, namun itu bukanlah jaminan yang pasti. Kembali lagi ke pribadi masing-masing apakah kita sudah siap atau belum untuk lebih sibuk dan membagi waktu.

Teman saya di kampus ada yang sangat rajin berorganisasi. Bisa dikatakan ia adalah mahasiswa kura-kura sejati. Menjabat ketua organisasi di jurusan saya, dia memiliki banyak relasi dari kakak hingga adik tingkat. Namun nyatanya, dia sering mangkir pada jam kelas kuliah karena kesibukannya di organisasi. Banyak materi kuliah yang tertinggal yang pada akhirnya mempengaruhi nilai IP nya. Banyak mata kuliah yang mengulang sehingga saya tidak yakin bahwa dia akan lulus tepat waktu. Sepertinya ia tidak mampu membagi waktu antara kuliah dan organisasi sampai harus mengorbankan prestasi akademiknya.

Padahal kita semua tahu bahwa ketika melamar pekerjaan, nilai IPK juga menjadi pertimbangan dalam merekrut karyawan. Dari sekian banyak ribuan lamaran yang masuk, HRD biasanya akan menyeleksi dahulu dengan batas IPK tertentu. Jadi, bagaimana bisa sukses di dunia kerja jika IPK kurang maksimal? Yang dalam hal ini dipengaruhi kesibukan rapat?

Jadi, mahasiswa yang sering rapat bukanlah jaminan sukses di masa depan. Tidak ada kaitan langsung antara kedua hal tersebut.

Menurut saya pribadi, menjadi mahasiswa kura-kura tidak menjamin ke suksesan, tetapi itu bisa menjadi poin plus untuk mereka ke jenjang karir yang bagus, karena mereka memiliki pengalaman lebih dahulu, dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak aktif sama sekali.

Saya tidak setuju dengan konteks dalam topik ini. Sebab seorang mahasiswa atau diri kita mencapai kesuksesan bisa kita mampu mengasah skill yang kita miliki juga dengan pengalaman yang mampu menjadi tolak ukur kita untuk mendapatkan sebuah pekerjaan yang kita inginkan. Sebab kalau ditanya sukses, orang lain memiliki sebuah kesuksesan masing-masing entah itu sukses dalam hal akademis dengan peraih coumlaude, sukses menjadi seorang leadership di organisasi yang diamanahkan ataupun sukses dalam meraih pekerjaan semasa mahasiswa yang sibuk dengan dunia kampus namun beberapa mahasiswa juga sibuk bekerja untuk mengasah skill mereka. Jadi jika dikatakan sukses itu sangatlah beragam tergantung dari sudut pandang mana orang lain menilai dan diri kita mensyukuri kesuksesan tersebut

Sebenarnya dengan rapat, kita dituntut dapat bersosialisasi dan berdiskusi dimana banyaknya brainstorming dari masing-masing anggota rapat. Rapat juga menumbuhkan rasa percaya diri karena dapat mengajukan pendapatnya, mengatur waktu, persiapan event/acara/proker. Jadi banyak yang berguna dari mengikuti sebuah kegiatan yang mengharuskan rapat. Relasi juga memberikan kesempatan besar kepada kita untuk dapat bergabung dan mempersiapkan diri ketujuan selanjutnya.

Saya rasa tidak benar jika mahasiswa kura-kura dijamin sukses. Memang benar jika mahasiswa kura-kura ini punya koneksi atau networking dengan banyak orang, namun apakah hal tersebut dapat dijadikan sebagai patokan untuk dia menjadi sukses? saya rasa tidak. Memiliki koneksi dengan banyak orang memang bagus, namun masih ada banyak faktor yang lebih berpengaruh selain memiliki koneksi. Lagipula, mahasiswa kura-kura ini apakah memiliki manajemen waktu yang baik? kalau tidak punya, semakin jelas kalau “stereotip” ini hanyalah omong kosong yang digunakan untuk menakut-nakuti mahasiswa baru yang terlalu polos.

Saya baru tau mengenai julukan mahasiswa kura-kura. Memang benar sih sekarang sedang menjadi mahasiswa kura-kura yang bahkan sibuknya terlihat menggunakan gadget saja. Saya setuju jika menjadi mahasiswa kupu-kupu tidaklah terlalu buruk, justru kita bisa belajar membagi waktu dan belajar memperisapkan mental dan fisik kita sebelum memasuki dunia kerja. Sebagai mahasiswa yang aktif tentu sangat membawa banyak manfaat untuk di masa depan, namun juga harus diingat jangan sampai kita masuk ke fase toxic productivity dimana kita terlalu banyak mengikuti kegiatan dan merasa tidak enak jika tidak memiliki kegiatan. Hal ini bisa membuat diri sendiri kesulitan dan dapat mengganggu kesehatan.