Lebih Mudah Mana? Mendengarkan Atau Berbicara?

d40cfed0ed2e92ffe78f3e95a55dadfa

Kadang kalo kita lagi sharing sama temen, suka sebel ya kalo lagi cerita terus dipotong. Kadang kalo lawan bicara kita terlalu lama bercerita, kita juga bingung harus merespon seperti apa karena malah ga paham sama ceritanya. Lantas kalau menurut kalian lebih mudah mendengarkan atau berbicara?

Menurut saya menjadi pendengar lebih sulit daripada berbicara. Kita bisa berbicara tentang sesuatu yang ada di pikiran kita namun kita belum tentu dapat menjadi pendengar yang baik. Terkadang memang kita sedikit kehilangan konsentrasi ketika mendengarkan orang lain berbicara sehingga bingung dengan apa yang sedang dibicarakan. Berbeda dengan berbicara kita bisa menyampaikan apa saja yang ada dalam pikiran kita dan biarkan orang lain yang merespon.

Kalau menurutku, lebih mudah mendengarkan dibanding berbicara. Karena dengan berbicara kita harus memastikan pesan yang ingin kita sampaikan dapat tersampaikan dengan baik kepada pendengar, dengan mengatur tata bahasa yang baik dan benar. Agar tidak terjadi miskomunikasi. Sedangkan mendengar, hanya butuh diam, memasang kuping, dan memberi perhatian saja. Dua-duanya memang tetap membutuhkan usaha dan tidak mudah, namun ‘mendengar’ (sepertinya) tidak terlalu membutuhkan usaha yang lebih seperti ketika kita sedang ‘berbicara’.

Menurut aku, karna kita sebagai manusia diberikan 2 telinga dan 1 mulut, sehingga lebih baik untuk banyak mendengar daripada berbicara. Kenapa? karena dengan mendengar kita lebih banyak mendapatkan informasi atau pengetahuan, sementara kalau banyak berbicara yang tujuan seharusnya untuk menyampaikan sebuah kebenaran, malah berbanding terbalik dengan menyampaikan hal-hal yang tidak masuk akal atau sesat untuk orang lain seperti memfitnah, menggibah, menuduh hingga menimbulkan permusuhan.

Banyak sekali orang yang menyesal di kemudian hari hanya karena perkataan yang diucapkannya. Menarik perkataan yang belum terucap jauh lebih mudah daripada menarik perkataan yang “sudah terlanjur” diucapkan. Mengapa? Karena jika kita banyak berbicara, maka akan ada banyak sekali perkataan yang menguasai diri, baik itu benar atau tidak.

Banyak mendengar bukan berarti tidak boleh berbicara, namun perlu memilah-milah, mana waktu yang tepat untuk berbicara dan mana waktu yang tepat untuk mendengarkan.

Bagi sebagian orang, dua hal itu mampu mereka lakukan sama baiknya.

Sementara sebagian yang lain tidak. Yang satu mengaku, lebih senang berbicara daripada mendengar. Baginya ngomong berjam-jam itu gampang, tapi mendengarkan itu melelahkan dan menyiksa diri. Yang lain lebih suka mendengarkan, meski harus memiliki kesabaran tinggi. Maklum, ia selalu takut keliru bicara atau khawatir omongannya disalahartikan.

Jadi, jika di beri pilihan antara 2 tersebut. Mungkin masing-masing orang akan berbeda jawaban, sesuai dengan kemampuan yang ia miliki

Kalau saya pribadi lebih memilih yang mudah mendengarkan. Karena saya sendiri terkadang sulit untuk berbicara dan mengungkapkan. Hal lainnya juga karena saya lebih suka untuk mendengarkan hal-hal baru atau unik lainnya dari orang lain. Namun orang yang sering mendengarkan pun juga ingin didengarkan pula, namun kenyataannya kadang orang yang sudah kita dengarkan memilki respon yang kurang enak ketika kita berada di posisi mereka sebelumnya.

Menurut saya pribadi dan beberapa pengalaman saya, lebih mudah mendengarkan, karena berbicara kita harus bisa lebih memilih kosa kata dan beberapa kata harus sudah matang jika ingin diucapkan agar pendengar tidak merasa tersinggung atau bahkan sakit hati karena omongan kita, dan menurut saya membuat pembicaraan yang enak didengar dan tidak menyakiti hati itu susah

Menurut saya, mendengarkan dan berbicara ini keduanya sama-sama sulit. Ketika berbicara kita harus pastikan bahwa pesan yang tersampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik. Dan ketika mendengarkan pun, kita harus menyimak dan memahami dengan baik juga. Keduanya membutuhkan keahlian. Kita tidak dapat sembarangan berbicara karena ditakutkan seorang yang mendengarkan cerita kita bisa saja terginggung dengan ucapan kita. Dan kita juga tidak dapat diam saja mendengarkan tanpa benar-benar paham akan pesan yang sedang disampaikannya dan tidak dapat memposisikan diri pada mereka yang berbicara. Keduanya dibutuhkan keahlian untuk saling menghargai satu sama lain. Keduanya akan lebih mudah jika keduanya juga sama-sama berusaha untuk memberikan yang terbaik.

Based on my self, jujur enak mendengarkan daripada berbicara. Mungkin kalo dari sisi psikologis sebenarnya memang ada karakteristik manusia yang lebih sensitifnya mendengarkan daripada mencurahkan apa yang ingin dia sampaikan. Karena alasan lebih nyaman mendengarkan lama-kelamaan sisi sensifitas terhadap mendengarkan lebih terbilang gampang daripada berbicara yang jarang dilakukan. Tapi sebenarnya pastinya setiap manusia punya kelebihan ini, baik dia pandai ngomong atau dia pandai berbicara bahkan ada yang bisa keduanya. Mungkin kata ‘gampang’ itu dipengaruhi karena dia lebih sering dan terbiasa melakukan itu. Misal, kita yang lebih sering mendengarkan curhat temen, kita jadi terbiasa mendengarkan orang lain. Dan menurutku caraku berbicara ya dari memahami orang tanpa harus mengeluarkan suara. Tapi yang ga enaknya karena lebih sering mendengarkan kalo mau beropini apa-apa jadi males buat bersuara hehe. Tapi lebih baik tingkat kepekaannya diasah keduanya sih. Bayangin kalo jago mendengarkan plus bisa menyuarakan apa yang kita dengarkan dengan tujuan positif, itu oke banget kan?

Menurut argumentasi saya dan didukung juga oleh beberapa sumber yang saya baca, akan jauh lebih mudah berbicara dibandingkan mendengarkan. Mengaka demikian, menurut Leslie H. Farber, psikolog terkenal dari AS yang bukunya menjadi kajian dunia ilmu psikologi terapan selama puluhan tahun, mendengar itu tidak hanya berarti mengunci mulut, lantaran menyimak obyek yang didengarkan. Mendengar menuntut sesuatu yang lebih. Yakni kemampuan untuk mengikuti secara imaginatif sekaligus mengenal adanya ”bahasa” lain. Sesungguhnya dalam aktivitas mendengar itu kita bicara dalam kata-kata yang lain. Bagaimana kita bisa mengartikan, ”makan” tapi bukan karena ”lapar”; ”going to bed” tapi bukan ”sleeping”; ”membaca” tapi tidak untuk ”memahami”; ”religius” tapi bukan ”agama”. Apabila kita memperhatikan omongan seseorang dengan seksama, maka kita tidak hanya mendengar kata dan kalimat yang terucap melainkan juga perasaan dan pesan yang dibawa lewat kalimat-kalimat tersebut.

Saya pribadi sempat berpikiran bahwa lebih mudah mendegarkan dibanding berbicara. Karena mendengarkan hanya tinggal diam saja sedangkan berbicara kita harus mempersiapkan hal apa yang harus dibicarakan. Namun makin kesini, ternyata mendengarkan itu tidak semudah berbicara. Kalau berbicara kita hanya tinggal mempersiapkan hal apa yang ingin dibicarakan. Nmaun kalo mendengarkan, terkadang saya harus menahan diri untuk teteap diam menunggu sampai orang lain yang berbicara itu selesai bercerita atau menjelaskan suatu hal. Dan terkadang saya kalau hanya mendegarkan saja mudah kehilangan fokus, karena tadi itu saya kalau mendengarkan kita hanya diam saja. Jad intinya menurut saya lebih mudah berbicara

Menurutku lebih mudah berbicara dari pada mendengar, bicara berjam-jam menurutku sangat mudah tapi ketika mendengarkan berjam-jam akan sangat susah dan pasti melelahkan serta dapat menurunkan konsentrasi bahkan dapat menyiksa diri karena kita seakan-akan tidak diberi kesempatan untuk berbicara. Mendengarkan bukan hanya sekedar mendengar, namun terdapat proses intelektual dan emosional didalamnya. Terdapat beberapa cara untuk dapat mendengarkan dengan baik sehingga dapat berlangsung secara efektif, yaitu:

  1. Perhatikan dengan baik siapa yang berbicara, mulai dari kontak mata, gerakan, nada, serta ekspresinya sehingga dapat membantu pemahaman kita
  2. Berikan feedback atau umpan balik
  3. Bersabar karena mendengarkan juga membutuhkan waktu

Tapi aku setuju kalo keduanya harus seimbang sehingga kita dapat menyuarakan pendapat kita tapi kita juga bisa mendengarkan pendapat atau perspektif lainnya.

Referensi

https://kumparan.com/tambara-boyak/banyak-orang-pintar-berbicara-tapi-mari-belajar-mendengarkan-1uGJEgtMSmD/4

Kalau menurut saya jauh lebih mudah mendengarkan, walaupun keduanya sama-sama penting. Ketika berbicara, kita harus melakukan persiapan agar apa yang kita bicarakan dapat tersampaikan dengan baik kepada pendengar kita. Sementara ketika mendengar, kita hanya perlu memberikan perhatian lebih saja untuk menyimak, tidak perlu melakukan banyak persiapan. Walaupun terkadang, ketika mendengar rasa jenuh mungkin saja menghampiri kita.

mendengarkan, mengapa? karena aku sendiri tipe orang yang senang kalau merespon cerita dari orang lain, meskipun aku juga suka berbicara namun bicaraku terkadang hanya ke lingkungan dekatku saja, jika dengan lingkungan baru perlu waktu untuk aku beradaptasi dengan lingkungan itu.

Menurutku, kebiasaan untuk berbicara lebih mudah dilakukan daripada mendengarkan. Mendengarkan adalah sebuah kegiatan yang lebih sulit untuk dilakukan karena mendengarkan perlu memiliki konsentrasi lebih serta harus bisa menahan keinginan untuk berbicara ketika ada pembahasan yang sependapat dengan lawan bicara kita.

Serta menjadi pendengar yang baik harus bisa menahan respon yang dapat merusak momen saat bercerita. Dengan Mendengarkan secara konsentrasi terlebih dulu sebelum bicara, akan melatih kita untuk berpikir kritis, membuat pertanyaan, serta menggali informasi lebih dalam. Dengan begitu, percakapan bisa berjalan dengan baik dan “nyambung”.

Ada beberapa orang yang mudah untuk mendengarkan dan berbicara. Namun menurut saya pribadi lebih mudah untuk berbicara dibanding mendengarkan tetapi tidak berarti bahwa mendengarkan juga tidak mudah, tergantung dari apa yang kita dengarkan dan jika kita tertarik dan siap untuk mendengarkan seseorang berbicara tentunya pasti akan lebih mudah kita mendengarkan.

Menurut saya lebih mudah berbicara karena kita dapat langsung mengutarakan apa yang ingin sampaikan dan juga kadang jika kita tidak siap atau fokus untuk mendengarkan pastinya kita tidak dapat memahami apa yang dimaksud atau apa yang ingin disampaikan oleh orang yang berbicara kepada kita.

Menurut saya keduanya sama-sama menyenangkan, namun bagi saya lebih mudah untuk mendengarkan orang lain berbicara, karena saya tidak cukup pandai dalam membuka suatu obrolan, dan lebih suka untuk mendengarkan orang lain bercerita.

Menurut saya lebih mudah mendengarkan, karena terkadang orang curhat atau menyampaikan pendapat hanyalah ingin didengar orang atau dimengerti orang, dan hal ini sangat mudah. Berbeda dengan berbicara, berbicara mempunyai peluang untuk salah, entah kata-kata kita yang kurang sopan atau pun karena tidak memahai permasalahan. Sehingga mendengar topik yang sedang dibicarakan sangat penting. Dengan begitu kita pun akan nyambung untuk diajak bicara jika kita mendengar dengan baik, dan selanjutnya pembicaraan kita juga akan membaik karena telah mendengar topik yang kita pahami.

Menurutku pribadi, bagi saat ini yang lebih susah adalah mendengarkan. Mengapa? Karena mendengarkan juga membutuhkan kesabaran dan tidak mengedepankan ego agar lawan bicara yang kita dengarkan merasa dihargai dan dihormati. Dengan mendengarkan orang lain, kita harus bisa membuat orang lain bisa nyaman bisa berbicara dengan kita. Jangan menyepelekan dalam mendengarkan orang lain karena bisa saja mereka sakit hati atau tersinggung karena merasa tidak didengarkan.

Namun, berbicara tentunya juga tidaklah mudah. Kita bisa berbicara mulai dari poin A sampai Z tapi juga percuma jika tidak berbobot. Orang yang mendengarkan juga akan malas dan merasa tidak tertarik. Kita juga tentunya harus menjaga kaidah-kaidah ataupun batasan tertentu agar tidak menyinggung orang lain karena pembicaraan yang kita buat. Jadi, menurutku masih lebih mudah berbicara daripada mendengarkan.

menurut saya menjadi pendengar lebih sulit daripada berbicara. dikarenakan ketika kita menjadi pendengar kita harus memahami perasaan serta kondisi lawan bicara kita yang mana tentunya tidak mudah. kita juga harus berhati-hati dalam memberikan respon serta saran sesuai dengan kondisi lawan bicara kita.