Bagaimana Pendapat Anda Mengenai Sarjana Perempuan yang Menjadi Ibu Rumah Tangga?

Terimakasih atas jawaban yang memuaskan. Sehingga saya dapat menarik kesimpulan bahwa sarjana perempuan yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga dapat menerapkan ilmunya menjadi bisnis rumahan tetapi cukup untuk menambah biaya rumah tangga. Misalnya jika pada jurusan saya yaitu Sistem Informasi sarjana ibu rumah tangga tersebut dapat membuat aplikasi berbasis android untuk kebutuhan rumah tangga. Contohnya aplikasi preorder untuk sayur mayur, lauk pauk, dan berbagai jenis kebutuhan. Jadi aplikasi tersebut mempermudah ibu-ibu yang mungkin malas keluar rumah untuk membeli bahan untuk memasak, nantinya ibu-ibu tersebut cukup memilik sayur yang akan dipesan. Jadi keesokannya pesanan tersebut akan diantar melalui karyawan yang sudah tersedia

3 Likes

Menurut saya, kamu salah besa kalau ungkit dari tingkatan pendidikan orang tua. Sejatinya kecerdasan seseorang tidak bisa dinilai hanya dari banyaknya gelar. Banyak cara untuk melihat indikasi kecerdasan seseorang. Bisa saja orang tuanya hanya lulusan sd karena memang kesempatan di masa lampau yang tidak semudah sekarang. Dan saat anak-anaknya mendapat kesempatan pendidikan tinggi, ia manfaatkan untuk meningkatkan derajat orang tuanya, dan hal itu patut ditiru, sisi pengorbanan dan kerja kerasnya, serta kegigihan yang saya sendiri masih lemah di bagian itu. Seorang perempuan bisa cerdas dari cara apapun, bayangkan saja seorang ibu rumah tangga harus mengatur kehidupan seorang suami dan anak-anaknya, dengan segala akal sang ibu memasak, melakukan pekerjaan rumah, menjahit, bahkan menjadi pengatur keuangan rumah. Kesimpulan dari saya, perempuan cerdas melahirkan manusia hebat dan berguna di masa depan. Jadi gelar sarjana untuk para perempuan adalah suatu keharusan demi memajukan kualitas sumber daya manusia di negeri kita.

4 Likes

tidak ada ilmu yang sia-sia sekalipun sudah membayar UKT/biaya kuliah tetapi ujungnya menjadi ibu rumah tangga. Pada zaman dahulu wanita tidak boleh bersekolah karena masalah emansipasi, kedudukan mereka dianggap lebih rendah daripada laki-laki. Namun setelah perjuangan R.A Kartini, wanita pun bisa bersekolah dan menuntut ilmu. Jadi manfaatkan kesempatan yang ada untuk menuntut ilmu setinggi mungkin, meski cuma jadi ibu rumah tangga tapi dengan tetap menuntut ilmu setinggi mungkin, kita juga menghargai jasa R.A Kartini dalam memperjuangkan hak wanita untuk bersekolah.

2 Likes

Terimakasih atas jawabannya yang sangat memuaskan saudara bagas, saya sangat setuju dengan pendapat anda

2 Likes

Terimakasih atas jawaban yang sangat memuaskan, menghargai merupakan karakter yang sangat mulia. Dengan menghargai jasa R.A Kartini kita akan lebih sadar bagaimana susahnya perjuangan perempuan untuk setara dengan kaum laki-laki pada masa R.A Kartini. Penghormatan tidak dapat dibangun dengan ancaman dan kekerasan. Ketaatan dan rasa hormat memiliki sesuatu yang sama, tetapi berbeda. Rasa hormat hanya ada dalam hubungan yang dibangun di atas saling pengertian dan kebajikan.

2 Likes

Halo @Panji_Wicaksono saya sangat tertarik dengan topik yang Anda buat :heart_eyes:. Sedikit memberikan opini tentang topik ini. Sesungguhnya memang tidak ada yang sia-sia di dunia ini apalagi tentang Ilmu. Ilmu yang telah didapatkan sewaktu Sekolah maupun Kuliah tidak akan pernah sia-sia, hanya saja kita tidak mengetahui secara pasti kapan ilmu itu digunakan atau diterapkan.

Ada salah satu topik menarik yang terdapat di dictio tentang wanita-wanita hebat di jagad teknologi. Saya sertakan linknya. inilah-wanita-wanita-hebat-di-jagad-teknologi saya menarik sisi lain dari para wanita, saya mengambil contoh tersebut tidak dari segi pendidikannya saja baik lulusan sarjana atau tidak. Tetapi yang saya ingin tekankan adalah semua hal yang telah dipelajari tidak pernah ada yang sia-sia.

Seperti para wanita tersebut, memiliki karir cemerlang di Dunia kerja tetapi tidak meninggalkan kewajiban sebagai ibu rumah tangga yang harus mengurusi keluarganya.

Semoga dapat menginspirasi bagi kita semua. :grin:

5 Likes

Menurut saya, itu hak dari wanita tersebut. Dan yang namanya Ilmu tidak akan pernah sia sia. Seorang wanita, memilih untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya, lalu ia memilih untuk menjadi Ibu Rumah Tangga. Hal itu tidak salah. Ia dengan ilmu yang ia dapat selama perkuliahan dapat ia terapkan untuk mendidik anak-anaknya kelak seperti yang saudara Julia Ferlin paparkan. Kuliah bukan hanya tentang belajar, membaca buku dan mengerjakan tugas, Kuliah lebih dari itu. Kuliah membantu kita semua memiliki pola pikir dan perspektif lebih tajam akan masalah. Kembali lagi kepada topik, ini semua hak wanita tersebut. Ini pilihan hidup. Jika ia dapat memilih untuk berpendidikan tinggi , ia juga dapat memilih untuk menjadi Ibu Rumah Tangga, dengan gelar sarjananya, dengan pola pikir dan kepintarannya.

2 Likes

Kalau menurut pendapat saya tentang sarjana perempuan yang menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan dari masing-masing wanita untuk memilih berkarir atau menjadi ibu rumah tangga. Menjadi ibu rumah tangga tentunya juga merupakan pilihan terbaik dan bertanggung jawab atas apa yang dipilih. Seorang wanita yang memiliki pendidikan tinggi namun memilih untuk menjadi seorang ibu rumah tangga tentunya memiliki alasan yang jelas. Pilihan menjadi ibu rumah tangga pada era ini justru menjauhkan dari streotipe miring tentang ibu rumah tangga. Karena pada kenyataannya menjadi ibu rumah tangga tidak akan membuat wanita ketinggalan jaman, namun justru akan dapat mengikuti perkembangan yang ada sebagai pembelajaran untuk keluarganya. Dian Sastrowardoyo pernah berkata bahwa “Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi Ibu. Ibu yang cerdas akan menghasilkan anak-anak yang cerdas”. Kewajiban seorang wanita untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya sangat diwajibkan sehingga kelak ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama masa pendidikan pun dapat diimplementasikan secara nyata. Selanjutnya, memilih menjadi ibu rumah tangga atau berkarier setelah menempuh pendidikan yang tinggi sama-sama hal yang baik.

2 Likes

Prinsip ini seperti yang di-propaganda-kan oleh pemerintah Jepang untuk warga negara perempuannya, dengan Gerakan Ryousai Kenbo.

Ryousai kenbo ialah perempuan Jepang yang mendedikasikan seluruh waktunya untuk mengurus keluarga, terutama mendidik anak-anak. Inilah cita-cita tertinggi perempuan Jepang.
Ryousai artinya istri yang baik, sedangkan kenbo adalah ibu yang bijaksana.

Dari gerakan tersebut, muncullah istilah “Kyoiku-Mama” (Ibu-Pendidikan). Para Kyoiku-Mama ini kebanyakan lulusan S1, bahkan tidak sedikit yang lulus S2. Mereka mengambil pendidikan tinggi sebagai bekal untuk mendidik anaknya.

Hal tersebut memang tidak lepas dari pengaruh budaya, dimana, sistem pendidikan dan kebudayaan Jepang sepenuhnya mengandalkan peran ibu dalam membesarkan anak. Sehingga masa depan Jepang dibentuk oleh tangan para ibu.

Referensi :

7 Likes

tidak sia sia, karena menurut saya ilmu yang diperoleh selama ia kuliah bisa tetap bermanfaat bagi sanak keluarganya dan orang lain di sekitarnya.

1 Like

Pada prinsipnya menuntut ilmu adalah hal yang wajib hingga akhir hayat kita. Esensi dari sebuah pendidikan tersebut bukan hanya mempelajari sebuah teori, mengejar nilai, lulus mendapat gelar dan melamar sebuah pekerjaan, tetapi dengan adanya pendidikan bagi manusia pada umumnya dan khususnya bagi wanita supaya mempunyai pola pikir kedepan yang bagus, mempunyai wawasan luas/pandangan luas tentang kehidupan yang akan dijalani bersama keluarganya nanti, dan yang paling penting berlatih untuk menjadi ibu yang bertanggung jawab atas anak yang harus ia besarkan. Dengan gelar sarjana yang ibu rumah tangga sandang, merupakan jaminan untuk medidik anak-anak nya kelak yang menjadi kunci dari pertumbuhan sebuah perdaban yang lebih maju.

1 Like

Menurut saya tidak ada yang salah apabila seorang wanita yang mempunyai pendidikan tinggi memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, namun di era modern seperti sekarang memang sangat disayangkan apabila sudah menuntut ilmu tinggi-tinggi tapi tidak dimanfaatkan sebaik mungkin. Ibu Kartini saja yang pada jaman dahulu sudah memperjuangkan emansipasi wanita agar wanita-wanita Indonesia dapat bersekolah seperti kaum lelaki sehingga di generasi selanjutnya diharapkan wanita-wanita Indonesia memiliki daya saing yang tinggi setara dengan kaum lelaki. Saya yakin seorang sarjana tentunya mempunyai pemikiran-pemikiran yang cerdas pula, tidak ada orang yang mempunyai pikiran/cita-cita setelah sarjana ingin menjadi ibu rumah tangga atau menjadi pengangguran saja, karena seburuk-buruknya orang pasti memiliki mimpi karir yang baik. Tetapi hidup adalah pilihan, bisa saja setelah menikah sarjana wanita yang sudah berkarir itu diminta suaminya untuk tidak usah bekerja dan menjadi ibu rumah tangga saja agar lebih bisa mengurus keluarga. Maka disini seseorang harus memilih antara karir atau keluarga. Jika menjadi Ibu rumah tangga bukan berarti dia berdiam diri di rumah saja, tetapi dia bisa berbisnis yang berbasis rumahan saja misalnya seperti bisnis online shop, dll.

2 Likes

Menurut saya tidak ada yang sia-sia. Terutama ilmu. Karena menjadi seorang ibu rumah tangga bukanlah sebuah halangan untuk mengembangkan ilmu yang telah didapatkan selama ini hingga mendapat gelar sarjana. ilmu tersebut masih bisa dikembangkan dan diteruskan melalui berbagai cara, salah satunya dengan memberikan ilmu tersebut kepada anak-anaknya,

1 Like

menurut saya, banyak perempuan yang berakhir dengan menjadi ibu rumah tangga itu bukanlah pilihan mereka. bisa saja itu adalah permintaan dari suami mereka, pasti semua orang ingin menerapkan ilmu yang telah di dapatkan, tetapi demi menjadi seorang istri yang solehah, perempuan tersebut akhirnya memilih menjadi ibu rumah tangga. dan menurut saya seorang ibu sarjana yang tidak menerapkan ilmu bukanlah hal yang sia-sia, ibu itu dapat menerapkan ilmunya atau mengajari ilmunya itu kepada anak-anaknya.

1 Like

menurut saya, tidak begitu buruk sarjana wanita menjadi ibu rumah tangga. mungkin dalam peran di kehidupan nyata iburumah tangga hanya terlihat mengurus anak, rumah, dan suami.tetapi di balik itu seorang ibu rumah tangga mempunyai peran penting dalam berbagai hal. seperti contoh, mendidik anak dalam pendidikan. jika seorang ibu rumah tangga memiliki ilmu yang cukup maka ibu tersebut dapat mempertimbangkan metode pendidikan yang pas buat anak. dan pelajaran2 yang perlu dipelajari seorang anak untuk masa depan nya karena ibu tersebut mempunyai pengalaman yang cukup dalam bidang pendidikan. sehingga hal tersebut penting karena pendidikan terbaik berasal dari keluarga. terutama seorang ibu.

1 Like

Menurut pendapat saya, tidak ada salahnya perempuan mengenyam ilmu setinggi tingginya, karena biarpun pada akhirnya perempuan tersebut menjadi ibu rumah tangga, pastinya nanti anak akan butuh ibu yang cerdas pula, seperti komentar diatas, “Anak yang cerdas lahir dari Ibu yang cerdas pula”. Maka dari itu tak ada salahnya Perempuan yang mengenyam pendidikan setinggi mungkin agar bisa mendidik anak-anaknya nanti.

1 Like

Ibu saya sendiri seorang Sarjana Hukum yang sampai sekarang menjadi ibu rumah tangga. Saya tidak pernah mendengarnya mengeluh ingin berkerja daripada mengurus rumah. Dalam hal pendidikan tidak ada yang namanya sia-sia. Meskipun tujuan tiap-tiap individu memang berbeda-beda, ada yang memilih untuk menempuh pendidikan tinggi untuk menuruti keinginan orang tua atau mungkin sekadar mengejar gelar. Saya yakin setiap perempuan sarjana yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga mengerti tanggung jawab dari pilihan yang mereka buat. Jadi pendapat saya tentu saja pendidikan yang sudah ditempuh tidak akan sia-sia.

2 Likes

Sebenarnya seorang sarjana perempuan menjadi ibu rumah tangga itu pasti mempunyai alasan tersendiri. Memang mungkin banyak yang akan berpikir bahwa seorang sarjana perempuan menjadi ibu rumah tangga adalah suatu kesalahan karena ia sekolah tinggi-tinggi yang dijalaninya selama ini menjadi sia-sia. Tapi menurut saya sendiri, ilmu itu tidak akan sia-sia, paling tidak dia akan mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada anak-anaknya.

1 Like

Menurut saya, tidak ada ilmu yang sia-sia. Ilmu yang sudah susah payah kita cari di bangku perkuliahan tidak hanya berguna untuk mendapat pekerjaan tetapi, dapat berguna untuk hal lain. Menjadi ibu rumah tangga yang baik bukanlah hal yang mudah. Untuk mendidik anak di zaman sekarang diperlukan sosok perempuan yang tidak hanya pandai memasak, mencuci, dan membereskan rumah. Seorang Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya yang juga harus mengerti berbagai hal. Mendidik moral dan intelektual seorang anak memerlukan bekal yang matang. Jika kita tidak memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi rasanya memiliki anak-anak cerdas pun akan sulit dicapai. Terlebih lagi, suami pasti mendambakan seorang pendamping hidup yang berpikiran terbuka dan memiliki wawasan luas agar bisa melihat penyelesaian sebuah masalah dari berbagai sudut pandang.

2 Likes

salam kak @Panji_Wicaksono , setelah kuliah menjadi ibu rumah tangga? tergantung perspektif. kalo perspektif kondisi, bukan menjadi hal yang percuma seorang sarjana perempuan jadi ibu rumah tangga, karena dengan pola pikir yang terlatih, terdidik dan memilik daya saing bisa mengurus rumah tangga hingga mendidik keturunannya dengan baik. lagipula ibu rumah tangga jaman sekarang bukan cuma yang benar2 mengurus keperluan rumah tangga. dengan adanya teknologi yang canggih di segala bidang kususnya informasi, memungkinkan para ibu bekerja lebih praktis, sehingga memiliki waktu lebih untuk berkarya hingga berbisnis. kemudian dari perspektif karier. jadi ibu rumah tangga bisa jadi pilihan kedua, dikandung maksud sebagai ibu - ibu rumahan. karena karir menuntut jenjang pendidikan dan etos kerja yang tinggi, yang keseluruhan didapat melalui terjun langsung dalam dunia kerja. seorang sarjana yang kemudian berkarier juga masih memiliki kesempatan menjadi ibu rumah tangga pada waktu - waktu yang sudah di prioritaskan dan dimanajemen sedemikian rupa.

4 Likes