Bagaimana Pendapat Anda Mengenai Sarjana Perempuan yang Menjadi Ibu Rumah Tangga?

sarjana menjadi ibu rumah tangga

Pada dewasa ini banyak sarjana perempuan yang berakhir memilih untuk menjadi ibu rumah tangga. Masalahnya bagaimana penerapan ilmu yang diterima sejak awal pendidikan sampai mendapatkan gelar sarjana. Apakah semua itu sia-sia ?

10 Likes

Menurut saya boleh saja karna sebenarnya menuntut ilmu itu bukan untuk pekerjaan namun karna kewajiban manusia, jika orang tersebut memilih menjadi ibu rumah tangga walau dia sarjana ia masih punya pengetahuan selama ia kuliah

3 Likes

Ga ada yang sia-sia di dunia ini. Bahkan di penelitian yang saya baca, seorang ibu pun menurunkan kecerdasan secara langsung kepada buah hatinya sejak di kandungan.

2 Likes

Lalu bagaimana penerapan ilmu yang didapatkan selama dia belajar dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi ? apakah itu berarti hanya membuang uang spp/ukt saja ?

3 Likes

Jika kecerdasan merupakan sebuah turunan dari orang tua kita, bagaimana jika ada sarjana yang ibu bapaknya hanya lulusan sd ataupun tidak sekolah tetapi anaknya lulus kuliah bahkan mendapatkan beasiswa yang akhir-akhir ini ramai di perbincangkan di media ?

3 Likes

Jika kita tinjau, kehidupan kuliah bukan saja tentang teori, tapi juga pola pikir. Dalam kehidupan perkuliahan kita bisa dapat banyak pengalaman dan pelajaran hidup. Kita bisa mengenal banyak karakter yang berbeda, belajar menghadapi berbagai bentuk masalah dengan pikiran dewasa, dan lebih belajar mengerti situasi dan kondisi. Dengan adanya hal tersebut kita bisa menjadi pribadi ibu rumah tangga yang memiliki pola pikir dan pengalaman tersendiri. Adanya berbagai permasalahan yang kita hadapi dalam kehidupan perkuliahan dapat kita jadikan referensi untuk menghadapi masalah kedepannya. Adanya latar belakang pendidikan yang berbeda pastinya akan berpengaruh juga dalam pola kita mendidik anak. Sehingga ada suatu kutipan “Ibu yang berpendidikan akan melahirkan generasi muda yang berpendidikan dan bermoral”. Dengan menjadi seorang sarjana pastinya akan membuat kita dapat berfikir lebih luas dan logis. Hal ini tentunya sangat berpengaruh dalam metode kita mendidik anak. Jadi, bukanlah suatu yang sia sia jika seorang sarjana hanya menjadi ibu rumah tangga. Karena ibu rumah tangga yang berpendidikan akan memiliki prinsip dan pola pikir yang berguna dalam menentukan masa depan dan caranya mendidik anak.

9 Likes

Kecerdasan itu relatif dan berbanding lurus dengan usaha dan kemampuan (terkecuali gangguan mental) seperti contoh tadi ada juga yang orang tuanya kaya dan pintar namun anaknya bodoh karena terlena dengan harta sehingga malas dan gagal.

1 Like

Ilmu yang bisa diterapkan tergantung matkul yang dia ambil, misal saja sumber daya, dia (baca : orang yg kuliah namun tidak bekerja/ibu rumah tangga) bisa saja membuat perkebunan di perkarangannya sehingga dapat mengurangi pengeluaran untuk keluarganya.

Ilmu itu dapat dimanfaatkan dimana saja dan kapan saja

4 Likes

Terimakasih karena jawaban anda sangat memuaskan, tetapi ada satu hal lagi yang ingin saya tanyakan berdasarkan jawaban anda. Misalnya pada mata kuliah fisika, kimia ,matematika apakah bisa di terapkan pada metode mendidik anak ? Jika mata kuliah pendidikan pancasila atau berhubungan dengan sosial mungkin bisa

2 Likes

Terimakasih atas jawaban yang memuaskan. Sehingga saya dapat menarik kesimpulan bahwa sarjana perempuan yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga dapat menerapkan ilmunya menjadi bisnis rumahan tetapi cukup untuk menambah biaya rumah tangga. Misalnya jika pada jurusan saya yaitu Sistem Informasi sarjana ibu rumah tangga tersebut dapat membuat aplikasi berbasis android untuk kebutuhan rumah tangga. Contohnya aplikasi preorder untuk sayur mayur, lauk pauk, dan berbagai jenis kebutuhan. Jadi aplikasi tersebut mempermudah ibu-ibu yang mungkin malas keluar rumah untuk membeli bahan untuk memasak, nantinya ibu-ibu tersebut cukup memilik sayur yang akan dipesan. Jadi keesokannya pesanan tersebut akan diantar melalui karyawan yang sudah tersedia

3 Likes

Menurut saya, kamu salah besa kalau ungkit dari tingkatan pendidikan orang tua. Sejatinya kecerdasan seseorang tidak bisa dinilai hanya dari banyaknya gelar. Banyak cara untuk melihat indikasi kecerdasan seseorang. Bisa saja orang tuanya hanya lulusan sd karena memang kesempatan di masa lampau yang tidak semudah sekarang. Dan saat anak-anaknya mendapat kesempatan pendidikan tinggi, ia manfaatkan untuk meningkatkan derajat orang tuanya, dan hal itu patut ditiru, sisi pengorbanan dan kerja kerasnya, serta kegigihan yang saya sendiri masih lemah di bagian itu. Seorang perempuan bisa cerdas dari cara apapun, bayangkan saja seorang ibu rumah tangga harus mengatur kehidupan seorang suami dan anak-anaknya, dengan segala akal sang ibu memasak, melakukan pekerjaan rumah, menjahit, bahkan menjadi pengatur keuangan rumah. Kesimpulan dari saya, perempuan cerdas melahirkan manusia hebat dan berguna di masa depan. Jadi gelar sarjana untuk para perempuan adalah suatu keharusan demi memajukan kualitas sumber daya manusia di negeri kita.

4 Likes

tidak ada ilmu yang sia-sia sekalipun sudah membayar UKT/biaya kuliah tetapi ujungnya menjadi ibu rumah tangga. Pada zaman dahulu wanita tidak boleh bersekolah karena masalah emansipasi, kedudukan mereka dianggap lebih rendah daripada laki-laki. Namun setelah perjuangan R.A Kartini, wanita pun bisa bersekolah dan menuntut ilmu. Jadi manfaatkan kesempatan yang ada untuk menuntut ilmu setinggi mungkin, meski cuma jadi ibu rumah tangga tapi dengan tetap menuntut ilmu setinggi mungkin, kita juga menghargai jasa R.A Kartini dalam memperjuangkan hak wanita untuk bersekolah.

2 Likes

Terimakasih atas jawabannya yang sangat memuaskan saudara bagas, saya sangat setuju dengan pendapat anda

2 Likes

Terimakasih atas jawaban yang sangat memuaskan, menghargai merupakan karakter yang sangat mulia. Dengan menghargai jasa R.A Kartini kita akan lebih sadar bagaimana susahnya perjuangan perempuan untuk setara dengan kaum laki-laki pada masa R.A Kartini. Penghormatan tidak dapat dibangun dengan ancaman dan kekerasan. Ketaatan dan rasa hormat memiliki sesuatu yang sama, tetapi berbeda. Rasa hormat hanya ada dalam hubungan yang dibangun di atas saling pengertian dan kebajikan.

2 Likes

Halo @Panji_Wicaksono saya sangat tertarik dengan topik yang Anda buat :heart_eyes:. Sedikit memberikan opini tentang topik ini. Sesungguhnya memang tidak ada yang sia-sia di dunia ini apalagi tentang Ilmu. Ilmu yang telah didapatkan sewaktu Sekolah maupun Kuliah tidak akan pernah sia-sia, hanya saja kita tidak mengetahui secara pasti kapan ilmu itu digunakan atau diterapkan.

Ada salah satu topik menarik yang terdapat di dictio tentang wanita-wanita hebat di jagad teknologi. Saya sertakan linknya. inilah-wanita-wanita-hebat-di-jagad-teknologi saya menarik sisi lain dari para wanita, saya mengambil contoh tersebut tidak dari segi pendidikannya saja baik lulusan sarjana atau tidak. Tetapi yang saya ingin tekankan adalah semua hal yang telah dipelajari tidak pernah ada yang sia-sia.

Seperti para wanita tersebut, memiliki karir cemerlang di Dunia kerja tetapi tidak meninggalkan kewajiban sebagai ibu rumah tangga yang harus mengurusi keluarganya.

Semoga dapat menginspirasi bagi kita semua. :grin:

5 Likes

Menurut saya, itu hak dari wanita tersebut. Dan yang namanya Ilmu tidak akan pernah sia sia. Seorang wanita, memilih untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya, lalu ia memilih untuk menjadi Ibu Rumah Tangga. Hal itu tidak salah. Ia dengan ilmu yang ia dapat selama perkuliahan dapat ia terapkan untuk mendidik anak-anaknya kelak seperti yang saudara Julia Ferlin paparkan. Kuliah bukan hanya tentang belajar, membaca buku dan mengerjakan tugas, Kuliah lebih dari itu. Kuliah membantu kita semua memiliki pola pikir dan perspektif lebih tajam akan masalah. Kembali lagi kepada topik, ini semua hak wanita tersebut. Ini pilihan hidup. Jika ia dapat memilih untuk berpendidikan tinggi , ia juga dapat memilih untuk menjadi Ibu Rumah Tangga, dengan gelar sarjananya, dengan pola pikir dan kepintarannya.

2 Likes

Kalau menurut pendapat saya tentang sarjana perempuan yang menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan dari masing-masing wanita untuk memilih berkarir atau menjadi ibu rumah tangga. Menjadi ibu rumah tangga tentunya juga merupakan pilihan terbaik dan bertanggung jawab atas apa yang dipilih. Seorang wanita yang memiliki pendidikan tinggi namun memilih untuk menjadi seorang ibu rumah tangga tentunya memiliki alasan yang jelas. Pilihan menjadi ibu rumah tangga pada era ini justru menjauhkan dari streotipe miring tentang ibu rumah tangga. Karena pada kenyataannya menjadi ibu rumah tangga tidak akan membuat wanita ketinggalan jaman, namun justru akan dapat mengikuti perkembangan yang ada sebagai pembelajaran untuk keluarganya. Dian Sastrowardoyo pernah berkata bahwa “Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi Ibu. Ibu yang cerdas akan menghasilkan anak-anak yang cerdas”. Kewajiban seorang wanita untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya sangat diwajibkan sehingga kelak ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama masa pendidikan pun dapat diimplementasikan secara nyata. Selanjutnya, memilih menjadi ibu rumah tangga atau berkarier setelah menempuh pendidikan yang tinggi sama-sama hal yang baik.

2 Likes

Prinsip ini seperti yang di-propaganda-kan oleh pemerintah Jepang untuk warga negara perempuannya, dengan Gerakan Ryousai Kenbo.

Ryousai kenbo ialah perempuan Jepang yang mendedikasikan seluruh waktunya untuk mengurus keluarga, terutama mendidik anak-anak. Inilah cita-cita tertinggi perempuan Jepang.
Ryousai artinya istri yang baik, sedangkan kenbo adalah ibu yang bijaksana.

Dari gerakan tersebut, muncullah istilah “Kyoiku-Mama” (Ibu-Pendidikan). Para Kyoiku-Mama ini kebanyakan lulusan S1, bahkan tidak sedikit yang lulus S2. Mereka mengambil pendidikan tinggi sebagai bekal untuk mendidik anaknya.

Hal tersebut memang tidak lepas dari pengaruh budaya, dimana, sistem pendidikan dan kebudayaan Jepang sepenuhnya mengandalkan peran ibu dalam membesarkan anak. Sehingga masa depan Jepang dibentuk oleh tangan para ibu.

Referensi :

7 Likes

tidak sia sia, karena menurut saya ilmu yang diperoleh selama ia kuliah bisa tetap bermanfaat bagi sanak keluarganya dan orang lain di sekitarnya.

1 Like

Pada prinsipnya menuntut ilmu adalah hal yang wajib hingga akhir hayat kita. Esensi dari sebuah pendidikan tersebut bukan hanya mempelajari sebuah teori, mengejar nilai, lulus mendapat gelar dan melamar sebuah pekerjaan, tetapi dengan adanya pendidikan bagi manusia pada umumnya dan khususnya bagi wanita supaya mempunyai pola pikir kedepan yang bagus, mempunyai wawasan luas/pandangan luas tentang kehidupan yang akan dijalani bersama keluarganya nanti, dan yang paling penting berlatih untuk menjadi ibu yang bertanggung jawab atas anak yang harus ia besarkan. Dengan gelar sarjana yang ibu rumah tangga sandang, merupakan jaminan untuk medidik anak-anak nya kelak yang menjadi kunci dari pertumbuhan sebuah perdaban yang lebih maju.

1 Like