Bagaimana ciri-ciri arsitektur candi gaya Majapahit ?

Candi majapahit

Candi merupakan sebuah bangunan keagamaan tempat ibadah peninggalan purbakala yang berasal dari peradaban Hindu-Buddha. Bangunan ini digunakan sebagai tempat pemujaan dewa-dewi ataupun memuliakan Buddha atau tempat pendarmaan raja-raja Jawa. Selain itu, candi juga dapar merujuk pada istana (kraton), pemandian (petirtaan), gapura, dan sebagainya.

Bagaimana ciri-ciri arsitektur candi gaya Majapahit ?

Arsitektur bangunan candi masa Majapahit abad ke-14-15 M, menurut Munandar (1992), adalah sebagai berikut :

  1. Kaki candi ada yang berjumlah 1, 2 dan 3 teras.
  2. Candi induk terletak di tengah agak bergeser ke belakang
  3. Candi menggunakan atap dari bata/batu
  4. Banyak candi tidak menggunakan atap, mungkin dari bahan yang tidak tahan lama.

Sedangkan ciri-ciri candi gaya Majapahit menurut Santiko (1996) adalah sebagai berikut :

  1. Kaki candi berundak teras tiga, salah satu bagian tubuh tidak dijumpai karena terbuat dari bahan yang mudah rusak

  2. Bingkai dasar (horizontal) dan tegak (vertikal) dihiasi motif geometri, flora, fauna dan berbagai motif jambangan

  3. Jika ada relief cerita maka sumbernya adalah kakawin dan kidung yang bertema kalepasan. Relief digambarkan mirip wayang kulit

  4. Denah bangunan tidak berbentuk bujur sangkar, tetapi persegi panjang, dengan pola memanjang ke belakang dan candi induk di halaman belakang.

  5. Candi-candi masa Majapahit mempunyai sepasang tangga di kiri kanan pintu masuk, yang kemudian bertemu membentuk tangga tunggal;

  6. Kaki candinya berundak tiga, satu atau dua tangga menghubungkan ketiga teras tersebut. Teras ketiga menggeser ke belakang; Atap candi tidak ditemukan kemungkinan dari bahan tidak permanen bentuknya berupa meru yang bertingkat-tingkat;

  7. Pada masa Majapahit dikenal bangunan berundak teras 3 yang menempel pada lereng-lereng gunung, terdapat altar atau miniatur candi pada teras teratasnya.

  8. Keistimewaan lain candi masa Majapahit adalah adanya usaha memberi penjelasan mengenai kronologi dan status bangunan serta tempat suci yang didirikan pada waktu itu. Beberapa candi dan arca dibubuhi angka tahun. Di samping itu terdapat beberapa naskah Jawa kuna yang secara langsung atau tidak menyebutkan status bangunan suci tersebut.