Bagaimana cara Mengembangkan Keterampilan Mendengar secara Empatik?

Mendengarkan secara empati

Mendengarkan secara empati adalah berarti sebagai pendengar yang bersedia tidak menghakimi, menilai, atau mengkritik, tetapi lebih cenderung menerima, memaafkan, dan memahami.

Mendengarkan secara empati dapat diartikan dengan mendengar “yang tersirat”. Dengan mendengarkan yang tersirat, kita meningkatkan kewaspadaan dan kepekaan antar personal kita terhadap seluruh pesan yang dicoba dikomunikasikan dengan seseorang.

Bagaimana cara mengembangkan keterampilan mendengar secara Empatik ?

Untuk memiliki kemampuan mendengarkan secara empatik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi, antara lain:

Membuat Kontak Mata dengan Pembicara

Agar pembicaraan yang sedang berlangsung dapat berlanjut terus maka tataplah mata lawan bicara kita. Tatapan mata juga dapat mengurangi kemungkinan perhatian kita teralihkan. Tampilkan komunikasi nonverbal, seperti anggukan atau gelengan kepala dan ekspresi wajah yang sesuai untuk menunjukkan kepada pembicara bahwa kita menaruh perhatian terhadap pembicaraan tersebut.

Kontak mata dengan lawan bicara akan memberi kesan dan pesan kepada orang tersebut bahwa kita sungguh-sungguh terhadap sesuatu yang dikomunikasikan. Kesungguhan ini akan menciptakan suasana keakraban dan rasa saling percaya sehingga akan lebih mudah baginya memberikan dukungan ataupun memberikan jawaban ”ya”, atau melakukan apapun yang kita harapkan.

Hindari Gerakan atau Komunikasi Nonverbal yang Justru Mengganggu atau Tidak Sesuai dengan Maksud Kita untuk Mendengarkan

Pada saat mendengarkan, hindari gerakan-gerakan yang dapat mengganggu proses mendengarkan itu sendiri, seperti: melihat-lihat jam, memutar-mutar pensil atau pulpen, merobek- robek kertas, melihat-lihat pemandangan atau melakukan akitivitas lainnya. Dengan melakukan hal seperti itu, pembicara akan mengartikan bahwa kita tidak tertarik, bosan dan tidak peduli sehingga akhirnya topik pembicaraan tidak sesuai dengan maksud komunikasi tersebut. Bersikaplah yang wajar dan tidak berlebih-lebihan.

Mengungkapkan Kembali dan Mengajukan Pertanyaan

Apabila memang perlu, ulangi apa yang disampaikan pembicara dengan menggunakan bahasa sendiri. Ini merupakan tahap perkembangan mendengar secara empatik. Proses ini selain merupakan proses untuk memperjelas makna, juga merupakan cara terbaik untuk mengetahui jika kita benar-benar mengerti atau tidak.

Pendengar yang empatik akan menganalisis yang dia dengar dan akan mengajukan pertanyaan. Dengan mengajukan pertanyaan, akan memperjelas maksud yang dibicarakan dan meyakinkan pembicara bahwa kita mengerti, sekaligus memberikan dukungan kepada pembicara untuk berbicara lebih lanjut karena kita benar-benar memerhatikan dan mendengarkan secara serius.

Buat Transisi yang Baik Antara Menjadi Pendengar yang Baik dan Pembicara yang Baik

Kita memiliki kecenderungan untuk berbicara daripada mendengarkan. Dan kita juga memiliki kecenderungan untuk berbicara sambil mendengarkan. Pendengar yang empatik tidak akan melakukan hal tersebut. Sebuah proses komunikasi adalah proses antara mendengarkan dan berbicara, dan dalam proses komunikasi yang efektif, kita melakukan peran tersebut secara bergantian. Lakukan peran transisi antara peran mendengarkan dan peran berbicara secara baik.

Berusaha Mengerti, kemudian Dimengerti

Usaha untuk mengerti orang lain tidak terbatas pada mengerti kata-kata yang diucapkannya. Kalau kita mengerti orang lain seperti itu, berarti kita masih melihat orang lain melalui kaca mata kita sendiri. Kita harus melangkah lebih jauh lagi masuk ke diri orang itu, untuk melihat dunia sebagaimana ia memandangnya, mengerti keadaannya, dan juga harus bisa merasakan emosi kejiwaannya.

Seorang manajer pemasaran produk elektronik berteknologi tinggi sedang menawarkan produknya kepada calon pelanggan. Supaya terkesan canggih, dalam menjelaskan spesifikasi produk yang ditawarkan, manajer tersebut menggunakan istilah-istilah teknis yang berhubungan dengan produk elektronik tersebut. Dia juga langsung menjelaskan pilihan unggulan dari produk ini serta mendemokan penggunaan produk tersebut. Namun demikian, karena bahasa yang digunakan terlalu canggih bagi calon pembeli, serta produk yang didemokan ternyata bukan produk yang dibutuhkan calon pembeli, maka bisa dibayangkan hal yang terjadi sesudahnya, calon pelanggan tidak mau membeli produk yang ditawarkan (Masturi, 2010).

Mengapa terjadi kegagalan seperti itu? Itu terjadi karena manajer tersebut tidak terlebih dahulu mencoba mengerti calon pembeli jika mereka cukup paham dengan penggunaan istilah teknis, dan mengerti akan kebutuhan calon pembeli. Maka dalam mengkomunikasikan produk yang akan dijualnya, ia bisa menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami dan memulai dengan pendekatan solusi bagi calon pembeli, bukan solusi yang diasumsikan dibutuhkan oleh calon pembeli tersebut.

Diagnosis sebelum Respons

Mendiagnosis terlebih dahulu sebelum membuat resep merupakan prinsip yang penting bagi semua profesional. Pendengar yang empatik akan melakukan diagnosis terlebih dahulu untuk meneliti permasalahan yang dihadapi oleh lawan bicaranya sebelum memberikan pendapat, masukan, atau jawaban. Setelah menemukan akar permasalahannya, akan lebih mudah untuk membantu memberikan jawaban, solusi ataupun masukan yang diperlukan lawan bicara. Mungkin ada orang yang protes bahwa melakukan hal itu akan menghabiskan terlalu banyak waktu. Memang hal itu akan menghabiskan banyak waktu pada awalnya, tetapi akan menghemat waktu nantinya.

Bapak Salim pergi ke dokter mata. Kepada dokter, Pak Salim mengeluh ia tidak bisa menggunakan matanya untuk membaca. Dokter memeriksa mata Pak Salim, lalu memintanya membeli kaca mata yang sesuai dengan resep yang diberikan. Seminggu kemudian, Pak Salim kembali ke dokter mata yang sama. Ia mengeluh walaupun sudah membeli dan menggunakan kaca mata yang disarankan dokter, ia tetap tidak bisa membaca. Dokter menjadi bingung. Setelah diselidiki lebih jauh, ternyata permasalahannya bukan pada ukuran kaca mata, tetapi pada Bapak Salim sendiri karena Bapak Salim buta huruf. Dalam hal ini, walaupun dokter menyarankan menggunakan kaca mata yang paling canggih sekalipun, Pak Salim tetap tidak akan bisa membaca (Masturi, 2010).

Tunjukkan Minat, Perhatian, dan Kepedulian

Dalam berkomunikasi kita bisa menunjukkan minat kita yang begitu besar kepada lawan bicara kita dengan perhatian dan kepedulian kepadanya. Apabila ia merasakan bahwa ia mendapatkan perhatian, kepedulian, dan rasa hormat ketika berbicara ataupun menyampaikan pendapat, maka ia juga akan bersedia mendengarkan dengan penuh perhatian sesuatu yang kita komunikasikan kepadanya.

Dengan fokus perhatian kita kepada orang lain akan bisa lebih mudah memahami dan mengetahui keadaannya, apakah seputar tentang keinginan, permasalahan atau apa yang ia perlukan dari kita. Jika telah dipahami dengan baik, kita tentu bisa mengomunikasikan hal yang mungkin dapat menarik perhatiannya dan sesuatu yang mungkin mereka mau terima atau dukung.

Sumber : Sukron Makmun, Memahami orang lain melalui keterampilan mendengar secara empatik, Character Building Development Center, BINUS University