Bagaimana cara menangani luka yang benar?

Luka

Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau animal bite

Untuk menangani luka, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain ; Mencuci Luka, Anastesi Luka dan Menutup Luka

MENCUCI LUKA


Tindakan mencuci luka harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi luka. Jika kulit terbuka, bakteri yang berada di sekitarnya akan masuk ke dalam luka. Paling baik adalah menggunakan air mengalir dan sabun. Tekanan dari pancaran air akan membersihkan luka dari bakteri dan material kontaminan lain.

Pencucian luka harus dilakukan pada :

  1. Luka dangkal

  2. Luka dengan risiko tinggi terjadinya infeksi :

    • Gigitan binatang atau manusia
    • Luka kotor/ terkontaminasi
    • Laserasi (tension laceration dan crush laceration).
    • Luka dengan kerusakan otot, tendo atau tulang di bawahnya.
    • Luka tusuk

Untuk membersihkan luka yang sangat kotor, misalnya kontaminasi kotoran atau aspal, diperlukan irigasi tekanan tinggi (5-8 psi) atau tindakan scrubbing. Irigasi tekanan tinggi dilakukan dengan menyemprotkan NaCl fisiologis atau akuades menggunakan spuit 10- 50 mL.Irigasi dengan tekanan terlalu tinggi (>20-30 psi, misalnya dengan jet shower) tidak boleh dilakukan karena justru merusak jaringan.Dokter dapat mengenakan kacamata pelindung untuk menghindari percikan air ke mata.Jika luka sangat kotor, mungkin diperlukan washlap dan pinset untuk membersihkan kotoran dari dalam luka.

Larutan antiseptik seperti alkohol atau hydrogen peroksida sebaiknya tidak digunakan, sementara larutan antiseptik seperti povidone iodine 10% hanya digunakan pada luka akut, dan tidak digunakan terlalu sering, karena justru akan merusak sel-sel kulit baru dan sel-sel fagosit yang bermigrasi ke area luka, sehingga risiko infeksi lebih besar dan penyembuhan luka lebih lama.

Kiri : Mencuci luka dengan saline, B. Irigasi luka dengan tekanan
Gambar Kiri : Mencuci luka dengan saline, B. Irigasi luka dengan tekanan

ANESTESI LUKA


Agen anestetikum yang sering diberikan adalah lidocaine 1% atau bupivacaine. Penambahan epinefrin sebagai vasokonstriktor bertujuan untuk mengurangi perdarahan, dan memperpanjang efek anestesi. Epinefrin tidak boleh diberikan pada laserasi yang
terjadi di ujung-ujung jari atau area yang divaskularisasi oleh end artery, seperti hidung, pinna dan penis.

Efek Lidocaine berakhir dalam 1 jam, sementara efek Bupivacaine dalam 2-4 jam.

Prosedur :

  1. Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik

  2. Lakukan injeksi menggunakan jarum ukuran kecil (ukuran 25-30).

  3. Injeksikan secara perlahan ke dalam atau ke bawah kulit di sekeliling luka untuk mencegah material kontaminan terdorong ke area yang bersih.

  4. Jika anestetikum telah masuk secara benar, akan terlihat edema kulit sesaat setelah disuntikkan.

  5. Jika laserasi terjadi di area di mana dapat dilakukan blockade saraf (misalnya di ujung-ujung jari), lakukan anestesi blok, karena efek anestesi lebih baik.

  6. Tunggu 5-10 menit sampai anestesi bekerja.

  7. Sebelum dan selama melakukan tindakan eksplorasi luka dan pencucian, cek apakah anestesi masih efektif. Sensasi tekan tidak ditumpulkan oleh anestesi lokal. Dengan anestesi yang adekuat pasien masih merasakan tekanan, tapi tidak menyakitkan. Jepit ujung kulit dengan pinset atau sentuh menggunakan ujung jarum. Bila anda masih merasakan nyeri, tambahkan anestesi.

MENUTUP LUKA (WOUND DRESSING)


Karakteristik Pembalut Luka yang Ideal

Pembalut luka yang ideal harus dapat memberikan lingkungan yang optimal bagi penyembuhan luka dan melindungi luka dari trauma. Berikut ini adalah karakteristik pembalut luka yang ideal :

  1. Dapat mempertahankan kelembaban pada area luka. Dasar luka yang kering menghambat penyembuhan luka.

  2. Dapat menyerap eksudat yang berlebihan. Cairan berlebihan di sekitar luka mengakibatkan maserasi dan berpotensi infeksi.

  3. Mempertahankan suhu dalam luka tetap optimal bagi penyembuhan luka dan melindungi luka dari perubahan suhu lingkungan. Penurunan suhu di dasar luka akan menghambat aktifitas fibroblast.

  4. Impermeable terhadap mikroorganisme.

  5. Cukup menempel dengan erat sehingga tidak mudah terlepas, namun tidak memberikan trauma yang berlebihan saat penggantian pembalut. Pembalut yang menempel terlalu erat sehingga sulit dilepas mengakibatkan rasa nyeri dan rusaknya jaringan granulasi baru yang masih rapuh.

  6. Harga tidak terlalu mahal.

  7. Mudah diperoleh.

  8. Aplikasi sederhana sehingga penggantian pembalut dapat dilakukan sendiri oleh pasien atau keluarganya di rumah.

TEKNIK PEMASANGAN BALUTAN

  • Balutan basah-kering

    Indikasi : untuk membersihkan luka kotor atau terinfeksi.

    Teknik :

    • Lembabkan kassa dengan saline steril.
    • Buka lipatannya dan tutupkan pada luka.
    • Pasang lembaran kassa steril kering di atasnya.
    • Biarkan kassa menjadi kering kemudian diangkat.
    • Saat kassa terangkat akan membawa serta debris. Jika kassa menempel terlalu erat, lembabkan kassa supaya mudah diangkat.
    • Idealnya balutan diganti 3-4 kali sehari. Bahkan dapat lebih sering pada luka sangat kotor. Pada luka bersih, balutan boleh diganti 1-2 kali sehari.


    Gambar Balutan basah-kering

  • Balutan basah-basah

    Indikasi :

    • Mengusahakan luka agar tetap kering
    • Menyerap eksudat

    Teknik :

    • Lembabkan kassa dengan saline steril.
    • Buka lipatannya dan tutupkan pada luka.
    • Pasang lembaran kassa kering di atasnya.
    • Kassa tidak boleh mengering dan menempel pada luka.
    • Idealnya balutan diganti 2-3 kali sehari. Jika terlihat mengering, tuangkan sedikit saline ke atasnya.
  • Salep antibiotika

    Indikasi : supaya luka bersih tetap bersih; menstimulasi penyembuhan luka.

    Cara :

    • Aplikasikan salep di atas luka tipis-tipis menggunakan aplikator atau cotton bud.
    • Tutup dengan kassa kering.
    • Salep diaplikasikan 1-2 kali sehari.

Memilih balutan

  • Untuk luka bersih, gunakan balutan basah-basah atau balutan mengandung pelembab.

  • Untuk luka yang memerlukan debridement, gunakan balutan basah-kering sampai luka bersih dan diganti dengan regimen balutan yang berbeda.

  • Untuk luka yang tertutup oleh jaringan nekrotik, tetap harus dilakukan debridement mekanis, baru kemudian ditutup dengan balutan yang sesuai.

MENGGANTI BALUTAN


Langkah 1: Melepas balutan

Tindakan melepas perban merupakan tahapan yang paling menyakitkan selama penggantian balutan karena perban mungkin telah kering atau ada bagian yang menempel pada luka, sehingga langkah ini harus dilakukan sangat hati-hati. Melembabkan balutan menggunakan saline dapat memudahkan melepas balutan yang menempel. Oleh karena itu, penting untuk mempertahankan kelembaban di area luka, salah satunya adalah untuk memudahkan saat penggantian balutan.

Langkah 2 : Membersihkan luka

Luka dicuci menggunakan saline. Sebaiknya tidak menggunakan sabun atau larutan pembersih lain karena justru akan merusak sel-sel baru dan melarutkan substansi-substansi biokimia alamiah yang penting untuk penyembuhan luka. Bahan kimia justru juga akan membuat kulit kering sehingga luka akan lebih nyeri. Setelah luka bersih, keringkan hati-hati
dengan handuk bersih dan kering.

Langkah 3 : Mengaplikasikan obat-obat topikal

Pada luka kronis, obat topikal digunakan untuk memanipulasi suasana lingkungan di dasar luka. Yang sering diberikan adalah antibiotika topikal atau pelembab (moisturizer). Jika masih terdapat jaringan nekrotik dapat diberikan obat yang mengandung enzim proteolitik (papain, urea, collagenase). Obat diaplikasikan menggunakan lidi kapas secara merata ke seluruh dasar luka.

Langkah 4: Memasang perban baru

Dipasang 2 lapis perban. Perban lapis pertama dipilih yang dapat mempertahankan kelembaban luka dan menjaga dasar luka tetap bersih. Perban lapis kedua dipilih yang dapat menempel dengan erat sehingga melindungi luka dari trauma.