Apakah yang dimaksud dengan remaja, dilihat dari sudut pandang psikologi?

Menurut Santrock (2006), adolescence atau masa remaja adalah periode perkembangan yang merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa.

Monks (1999)membagi remaja dalam tiga kelompok usia, yaitu :

  1. Early Adolescence (remaja awal)
    Berada pada rentang usia 12-15 tahun. Pada masa ini terdapat sikap dan sifat negatif yang belum terlihat dalam masa kanak-kanak. Menurut Ahmadi dan Sholeh (dalam Monks, 1999), individu sering merasa bingung, cemas, takut, dan gelisah.

  2. Middle Adolescence (remaja pertengahan)
    Berada pada rentang usia 15-18 tahun. Pada masa ini individu menginginkan sesuatu dan mencari-cari sesuatu. Menurut Ahmadi dan Sholeh (dalam Monks, 1999), merasa sunyi dan merasa tidak bisa mengerti dan tidak dimengerti oleh orang lain.

  3. Late Adolescence (remaja akhir)
    Berada pada rentang usia 18-22 tahun. Menurut Ahmadi dan Sholeh (dalam Monks, 2001), pada masa ini individu mulai merasa stabil, mulai mengenal dirinya, mulai menyadari tujuan hidup dan mempunyai pendirian tertentu.

Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.

Masa remaja disebut sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual (Kartono, 1995).

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Ali & Asrori, 2006).

Menurut Rice masa remaja adalah masa peralihan, ketika individu tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang memiliki kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan remaja melakukan pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah, pertama, hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan lingkungan, dan kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik di dalam diri remaja yang membuat remaja relatif lebih bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya (storm and stress period).

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum; 2009).

Pubertas (puberty) ialah suatu periode di mana kematangan kerangka dan seksual terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja. Akan tetapi, pubertas bukanlah suatu peristiwa tunggal yang tiba-tiba terjadi. Pubertas adalah bagian dari suatu proses yang terjadi berangsur-angsur (gradual) (Santrock, 2002).

Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksual. Kata pubertas berasal dari kata latin yang berarti “usia kedewasaan”. Kata ini lebih menunjukkan pada perubahan fisik daripada perubahan perilaku yang terjadi pada saat individu secara seksual menjadi matang dan mampu memperbaiki keturunan (Hurlock, 1980).

Santrock (2002) menambahkan bahwa kita dapat mengetahui kapan seorang anak muda mengawali masa pubertasnya, tetapi menentukan secara tepat permulaan dan akhirnya adalah sulit. Kecuali untuk menarche, yang terjadi agak terlambat pada masa pubertas, tidak ada tanda tunggal yang menggemparkan pada masa pubertas.

Pada 1974, WHO (World Health Organization) memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut. Remaja adalah suatu masa di mana:

  1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda- tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

  2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

  3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Dalam tahapan perkembangan remaja menempati posisi setelah masa anak dan sebelum masa dewasa. Adanya perubahan besar dalam tahap perkembangan remaja baik perubahan fisik maupun perubahan psikis (pada perempuan setelah mengalami menarche dan pada laki-laki setelah mengalami mimpi basah) menyebabkan masa remaja relatif bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya. Hal ini menyebabkan masa remaja menjadi penting untuk diperhatikan.

Batasan Usia Remaja


Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga masa tua akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir.

Kriteria usia masa remaja awal pada perempuan yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun. Kriteria usia masa remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan pada laki-laki yaitu 17-19 tahun. Sedangkan kriteria masa remaja akhir pada perempuan yaitu 18-21 tahun dan pada laki-laki 19-21 tahun (Thalib, 2010).

Menurut Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

Jahja (2012) menambahkan, karena laki-laki lebih lambat matang daripada anak perempuan, maka laki-laki mengalami periode awal masa remaja yang lebih singkat, meskipun pada usia 18 tahun ia telah dianggap dewasa, seperti halnya anak perempuan. Akibatnya, seringkali laki-laki tampak kurang untuk usianya dibandingkan dengan perempuan. Namun adanya status yang lebih matang, sangat berbeda dengan perilaku remaja yang lebih muda.

Menurut Mappiare masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir (Ali & Asrori, 2006).
Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti pada ketentuan sebelumnya. Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah (Hurlock dalam Ali & Asrori, 2006).

Masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 sampai masa remaja akhir atau awal usia dua puluhan, dan masa tersebut membawa perubahan besar saling bertautan dalam semua ranah perkembangan (Papalia, dkk., 2008).

Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 samapi 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti dkk., 2009).

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa usia remaja pada perempuan relatif lebih muda dibandingkan dengan usia remaja pada laki-laki. Hal ini menjadikan perempuan memiliki masa remaja yang lebih panjang dibandingkan dengan laki-laki.

remaja

Tugas Perkembangan Remaja


Hurlock (1980) menjelaskan bahwa semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada pusaka penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Tugas-tugas tersebut antara lain:

  1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

  2. Mencapai peran sosial pria, dan wanita.

  3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

  4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

  5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.

  6. Mempersiapkan karir ekonomi.

  7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

  8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.

Ali & Asrori (2006) menambahkan bahwa tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Hurlock (dalam Ali & Asrori, 2006) juga menambahkan bahwa tugas- tugas perkembangan masa remaja adalah berusaha:

  1. Mampu menerima keadaan fisiknya;

  2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;

  3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis;

  4. Mencapai kemandirian emosional;

  5. Mencapai kemandirian ekonomi;

  6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat;

  7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua;

  8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa;

  9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan;

  10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.

Kay (dalam Jahja, 2012) mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut:

  1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

  2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas.

  3. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kolompok.

  4. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.

  5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.

  6. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, psinsip-psinsip, atau falsafah hidup. (Weltan-schauung).

  7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan.

Hurlock (1980) juga menjelaskan sebagian besar orang-orang primitif selama berabad-abad mengenal masa puber sebagai masa yang penting dalam rentang kehidupan setiap orang. Mereka sudah terbiasa mengamati berbagai upacara sehubungan dengan kenyataan bahwa dengan terjadinya perubahan- perubahan tubuh, anak yang melangkah dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Setelah berhasil melampaui ujian-ujian yang merupakan bagian penting dari semua upacara pubertas, anak laki-laki dan anak perempuan memperoleh hak dan keistimewaan sebagai orang dewasa dan diharap memikul tanggung jawab yang mengiringi status orang dewasa.

Dalam masa remaja, penampilan anak berubah, sebagai hasil peristiwa pubertas yang hormonal, mereka mengambil bentuk tubuh orang dewasa. Pikiran mereka juga berubah; mereka lebih dapat berpikir secara abstrak dan hipotesis. Perasaan mereka berubah terhadap hampir segala hal. Semua bidang cakupan perkembangan sebagai seorang remaja menghadapi tugas utama mereka: membangun identitas –termasuk identitas seksual- yang akan terus mereka bawa sampai masa dewasa (Papalia, Old, & Feldman; 2008).

Perkembangan Fisik Masa Remaja


Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012) menjelaskan bahwa perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Piaget (dalam Papalia & Olds 2001, dalam Jahja, 2012) menambahkan bahwa perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya ialah kematangan. Perubahan fisik otak strukturnya semakin sempurna untuk meningkatkan kemampuan kognitif.

Pada masa remaja itu, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) sehingga tercapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut:

  • Tanda-tanda seks primer
    Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun tingkat kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Berat uterus pada anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa menopause. Menopause bisa terjadi pada usia sekitar lima puluhan (Widyastuti dkk, 2009).

  • Tanda-tanda seks sekunder
    Menurut Widyastuti dkk (2009) tanda-tanda seks sekunder pada wanita antara lain:

    1. Rambut.
      Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.

    2. Pinggul.
      Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit.

    3. Payudara.
      Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

    4. Kulit.
      Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita tetap lebih lembut.

    5. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat.
      Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.

    6. Otot.
      Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.

    7. Suara.
      Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada wanita.

Perkembangan Psikis Masa Remaja


Widyastuti dkk (2009) menjelaskan tentang perubahan kejiwaan pada masa remaja. Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah:

a) Perubahan emosi.

Perubahan tersebut berupa kondisi:

  1. Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi.

  2. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.

  3. Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang pergi bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah.

b) Perkembangan intelegensia.

Pada perkembangan ini menyebabkan remaja:

  1. Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan kritik.
  2. Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.
    Tetapi dari semua itu, proses perubahan kejiwaan tersebut berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisiknya.

Perkembangan Kognitif Masa Remaja


Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa (Jahja, 2012).

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001; dalam Jahja, 2012), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga mengembangkan ide-ide ini. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengholah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.

Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang membuka cakrawala kognitif dan cakrawala sosial baru. Pemikiran mereka semakin abstrak (remaja berpikir lebih abstrak daripada anak-anak), logis (remaja mulai berpikir seperti ilmuwan, yang menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji secara sistematis pemecahan-pemecahan masalah), dan idealis (remaja sering berpikir tentang apa yang mungkin. Mereka berpikir tentang ciri- ciri ideal diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia); lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain, dan apa yang orang lain pikirkan tentang diri mereka; serta cenderung menginterpretasikan dan memantau dunia sosial (Santrock, 2002).

Masa remaja awal (sekitar usia 11 atau 12 sampai 14 tahun), transisi keluar dari masa kanak-kanak,menawarkan peluang untuk tumbuh – bukan hanya dalam dimensi fisik, tetapi juga dalam kompetensi kognitif dan sosial (Papalia dkk, 2008).

Perkembangan Emosi Masa Remaja


Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, status remaja remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya (Ali & Asrori, 2006).

Semiawan (dalam Ali & Asrori, 2006) mengibaratkan: terlalu besar untuk serbet, terlalu kecil untuk taplak meja karena sudah bukan anak-anak lagi, tetapi juga belum dewasa. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.

Ali & Ansori (2006) menambahkan bahwa perkembangan emosi seseorang pada umumnya tampak jelas pada perubahan tingkah lakunya. Perkembangan emosi remaja juga demikian halnya. Kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak dalam tingkah laku itu sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada pada individu tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat beberapa tingkah laku emosional, misalnya agresif, rasa takut yang berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti diri, seperti melukai diri sendiri dan memukul-mukul kepala sendiri.

Sejumlah faktor menurut Ali & Asrori (2006) yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah sebagai berikut:

  1. Perubahan jasmani.
    Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya perubahan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tak terduga pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap remaja dapat menerima perubahan kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih jika perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh remaja dan seringkali menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.

  2. Perubahan pola interaksi dengan orang tua.
    Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja. Cara memberikan hukuman misalnya, kalau dulu anak dipukul karena nakal, pada masa remaja cara semacam itu justru dapat menimbulkan ketegangan yang lebih berat antara remaja dengan orang tuanya.

  3. Perubahan pola interaksi dengan teman sebaya.
    Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama dengan membentuk semacam geng. Interksi antaranggota dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Pembentukan kelompok dalam bentuk geng seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi pada masa remaja awal saja karena biasanya bertujuan positif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama.

  4. Perubahan pandangan luar.
    Ada sejumlah pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut:

    • Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten. Kadang- kadang mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang dewasa. Seringkali mereka masih dianggap anak kecil sehingga menimbulkan kejengkelan pada diri remaja. Kejengkelan yang mendalam dapat berubah menjadi tingkah laku emosional.

    • Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja laki- laki memiliki banyak teman perempuan, mereka mendapat predikat populer dan mendatangkan kebahagiaan. Sebaliknya, apabila remaja putri mempunyai banyak teman laki-laki sering sianggap tidak baik atau bahkan mendapat predikat yang kurang baik. Penerapan nilai yang berbeda semacam ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian secara bijaksana dapat menyebabkan remaja bertingkah laku emosional.

    • Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral.

  5. Perubahan interaksi dengan sekolah.
    Pada masa anak-anak, sebelum menginjak masa remaja, sekolah merupakan tempat pendidikan yang diidealkan oleh mereka. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu, tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru semacam ini sangat strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif.

1 Like

Remaja (adolescence) berasal dari kata adolescere (Latin) yang berarti tumbuh ke arah kematangan (Muss, 1968). Istilah kematangan di sini meliputi kematangan fisik maupun sosial-psikologis. Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi konseptual tentang remaja, yang meliputi kriteria biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Menurut WHO, remaja adalah suatu masa di mana:

  1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. (kriteria biologis)

  2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. (kriteria sosial-psikologis)

  3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. (kriteria sosial-ekonomi)

Karakteristik Remaja


Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi dua, yaitu masa remaja awal (11/12-16/17 tahun) dan remaja akhir (16/17-18 tahun). Pada masa remaja akhir, individu sudah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.

Masa remaja merupakan suatu periode penting dari rentang kehidupan, suatu periode transisional, masa perubahan, masa usia bermasalah, masa dimana individu mencari identitas diri, usia menyeramkan (dreaded), masa unrealism, dan ambang menuju kedewasaan. (Krori, 2011)

Menurut Hall (Sarwono, 2011), masa remaja merupakan masa “sturm und drang” (topan dan badai), masa penuh emosi dan adakalanya emosinya meledak-ledak, yang muncul karena adanya pertentangan nilai-nilai. Emosi yang menggebu-gebu ini adakalanya menyulitkan, baik bagi si remaja maupun bagi orangtua/ orang dewasa di sekitarnya. Namun emosi yang menggebu-gebu ini juga bermanfaat bagi remaja dalam upayanya menemukan identitas diri. Reaksi orang-orang di sekitarnya akan menjadi pengalaman belajar bagi si remaja untuk menentukan tindakan apa yang kelak akan dilakukannya.

Krori (2011) menyatakan bahwa perubahan sosial yang penting pada masa remaja mencakup meningkatnya pengaruh teman sebaya (peer group), pola perilaku sosial yang lebih matang, pembuatan kelompok sosial yang baru, dan munculnya nilai-nilai baru dalam memilih teman dan pemimpin serta nilai dalam penerimaan sosial.

Minat universal paling penting pada masa remaja dapat digolongkan menjadi 7 kategori, yaitu: (Krori, 2011)

  1. Minat rekreasi
  2. Minat pribadi
  3. Minat sosial
  4. Minat pendidikan
  5. minat vokasional
  6. Minat religius
  7. Minat dalam simbol status.

Definisi Remaja


Masa remaja merupakan masa transisi yang kompleks pada saat individu beranjak dari anak-anak menuju perkembangan ke arah dewasa. Masa ini merupakan dimana individu memiliki persahabatan pada kelompok sebayanya. Hal ini didukung dengan banyaknya waktu yang dihabiskan remaja lebih banyak pada kelompok sebayanya atau yang disebut dengan peer group daripada orangtua mereka.

Kartono (1999) menjelaskan bahwa masa remaja disebut pula sebagai penghubung antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual.

Santrock (1998) berpendapat, remaja merupakan masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa WHO (dalam Sarwono, 2000) memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan 3 kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dan saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat individu mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka. Pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.

Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai. Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990).

Remaja berada diantara masa kanak-kanak dan orang dewasa dengan kondisi yang masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik dan psikisnya, sehingga mereka masih terus berusaha menemukan posisi yang tepat di masyarakat. Piaget (dalam Hurlock, 1990) menyatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, berada dalam yang tingkatan yang sama dengan orang dewasa, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.

Menurut Calon, masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan, karena remaja belum memperoleh status orang dewasa, tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak. Masa remaja awal berlangsung kira-kira dari umur 13 atau 14 tahun sampai 16 atau 17 tahun. Masa remaja akhir bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum (dalam Hurlock, 2004).

Pada 1974, WHO (World Health Organization) memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut. Remaja adalah suatu masa di mana:

  1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
  2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
  3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman dalam Sarwono, 2010).

Dalam tahapan perkembangan, remaja menempati posisi setelah masa anak dan sebelum masa dewasa. Adanya perubahan besar dalam tahap perkembangan remaja baik perubahan fisik maupun perubahan psikis (pada perempuan setelah mengalami menstruasi dan pada laki-laki setelah mengalami mimpi basah) menyebabkan masa remaja relatif bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya. Hal ini menyebabkan masa remaja menjadi penting untuk diperhatikan.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, dimana remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak.

Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia, menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003).

Masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual (Kartono, 1995).

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Ali & Asrori, 2006).

Menurut Rice (dalam Gunarsa, 2004), masa remaja adalah masa peralihan, ketika individu tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang memiliki kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan remaja melakukan pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah, pertama, hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan lingkungan, dan kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik di dalam diri remaja yang membuat remaja relatif lebih bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya (storm and stress period).

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum; 2009).

Pubertas (puberty) ialah suatu periode di mana kematangan kerangka dan seksual terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja. Akan tetapi, pubertas bukanlah suatu peristiwa tunggal yang tiba-tiba terjadi. Pubertas adalah bagian dari suatu proses yang terjadi berangsur-angsur (gradual) (Santrock, 2002).

Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksual. Kata pubertas berasal dari kata latin yang berarti “usia kedewasaan”. Kata ini lebih menunjukkan pada perubahan fisik daripada perubahan perilaku yang terjadi pada saat individu secara seksual menjadi matang dan mampu memperbaiki keturunan (Hurlock, 1980).

Santrock (2002) menambahkan bahwa kita dapat mengetahui kapan seorang anak muda mengawali masa pubertasnya, tetapi menentukan secara tepat permulaan dan akhirnya adalah sulit. Kecuali untuk menarche, yang terjadi agak terlambat pada masa pubertas, tidak ada tanda tunggal yang menggemparkan pada masa pubertas.

Pada 1974, WHO (World Health Organization) memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut. Remaja adalah suatu masa di mana:

  1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

  2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

  3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman dalam Sarwono, 2010).

Dalam tahapan perkembangan remaja menempati posisi setelah masa anak dan sebelum masa dewasa. Adanya perubahan besar dalam tahap perkembangan remaja baik perubahan fisik maupun perubahan psikis (pada perempuan setelah mengalami menarche dan pada laki-laki setelah mengalami mimpi basah) menyebabkan masa remaja relatif bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya. Hal ini menyebabkan masa remaja menjadi penting untuk diperhatikan.

Referensi

Sumber : http://digilib.uinsby.ac.id/1883/5/Bab%202.pdf

Remaja secara etimologis berasal dari kata Puberty (Inggris) dan Puberteit (Belanda) yang berasal dari bahasa latin Pubescere. Kata ini berarti mendapat pubes atau rambut kemaluan yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual. Istilah puber dimaksudkan remaja sekitar masa pematangan seksual. Pada umumnya, masa pubertas terjadi antara 12-16 tahun pada anak laki-laki dan 11-15 tahun pada anak wanita (Monks, 2006).

Remaja biasa diartikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak (Calon, dalam Monks, 2006).

Ciri-Ciri Remaja

Remaja memiliki sejumlah ciri-ciri yang akan membedakannya dengan periode sebelumnya dan sesudahnya (periode masa kanak-kanak dan dewasa). Adapun ciri-ciri remaja berdasar pendapat Hurlock (2003) adalah sebagai berikut :

  1. Masa remaja sebagai periode yang penting

  2. Masa remaja sebagai periode peralihan

  3. Masa remaja sebagai usia bermasalah

  4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

  5. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

  6. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

  7. Masa remaja sebagai masa ambang dewasa

Rentang Usia Remaja

Monks (2006) membagi usia remaja sebagai berikut :

  1. Masa pra pubertas : 10-12 tahun

  2. Masa pubertas : 12-15 tahun, dengan anak wanita beberapa saat lebih dulu mulainya daripada anak laki-laki.

Hurlock (2012) berpendapat bahwa masa remaja awal dimulai sekitar usia tiga belas tahun atau empat belas tahun hingga usia enam belas tahun. Masa remaja akhir dimulai dari usia 16 atau 17 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Maka dari itu, masa remaja merupakan masa yang paling singkat yang dijalani oleh individu.

Tugas Perkembangan Remaja

Havighurst (dalam Monks, 2006) mengemukakan sejumlah tugas perkembangan bagi remaja berusia 12-18 tahun. Tugas perkembangannya adalah :

  1. Perkembangan aspek-aspek biologis

  2. Menerima peranan dewasa berdasarkan pengaruh kebiasaan masyarakat sendiri

  3. Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan/atau orang dewasa yan lain

  4. Mendapatkan pandangan hidup sendiri

  5. Merealisasi suatu identitas sendiri dan dapat mengadakan partisipasi dalam kebudayaan sendiri.

Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus, namun masa remaja tidak mempunyai tempat yang jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Ia tidak termasuk golongan anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau tua.

Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Sehingga dalam perkembangan emosi mereka masih banyak yang terikat dengan orang tua. Pola emosi pada remaja adalah sama dengan masa anak-anak.

Perbedaan terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajat khususnya pada pengendalian latihan pada individu terhadap lingkungan emosi mereka (Hurlock, 1997).

Istilah adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata bendanya adolescentia = remaja), yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa (Desmita, 2006).

Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir.

Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Desmita, 2006).

Remaja adalah kelompok individu yang sedang mengalami masa pertumbuhan, masa peralihan dari kanak-kanak menuju kedewasa. Diawali dengan masa puber, yang ditandai dengan perubahan fisik, kematangan seksual, kognisi dan psikososial. Dengan rentang usia antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.

Ciri-Ciri Remaja


Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelumnya Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1997), antara lain :

  1. Masa remaja sebagai periode yang penting
    Yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

  2. Masa remaja sebagai periode pelatihan.
    Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.

  3. Masa remaja sebagai periode perubahan
    Yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.

  4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri
    yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.

  5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan.
    Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.

  6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik.
    Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.

  7. Masa remaja sebagai masa dewasa.
    Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat- obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.

Perubahan-Perubahan Pada Remaja


Perubahan yang dialami remaja akan mempengaruhi mengapa anak bertindak dengan cara tertentu yang menyebabkan penilaian berbeda orang tua. Menurut Desmita (2006) perubahan itu meliputi :

  1. Perubahan fisik
    Perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan pada remaja, yang berdampak tergadap perubahan- perubahan psikologis Sarwono, 1994 (dalam Desmita: 2006). Usia remaja dianggap sebagai usia perkembangan tubuh. Perkembangan ini ada kalanya terjadi secara cepat tidak teratur, misalnya kaki dan tangan tumbuh lebih cepat dari pada bagian badan lainnya.

  2. Perkembangan mobilitas
    Maksudnya ialah pergerakan badan dan keterampilan seperti menulis, melukis, dan seni-seni tangan yang lainnya, yang menyebabkan kegundahan remaja adalah sikap-sikap orang-orang dewasa yang seolah-olah membebani mereka suatu tanggung jawab sosial yang tidak sesuai dengan kemampuan mereka.

  3. Perkembangan psikologi
    Yaitu perkembangan fungsi anggota badan, seperti system saraf-nervous system, detak jantung, tekanan darah, pernafasan, tidur, dan kelenjar endoktrin, yang mempengaruhi perkembangan.

  4. Perkembangan kognitif
    Yaitu perkembangan fungsi daya pikir seperti kecerdasan, ingatan, perhatian, khayalan, berpikir, dan pencapaian prestasi. Masa remaja adalah suatu periode kehidupan dimana kepastian untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisienmencapai puncaknya. Hal ini karena selama periode remaja, proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan.

  5. Perkembangan seksual
    Perkembangan ini meliputi system reproduksi, serta bentuk tingkah laku seksual, mulai dari melakukan aktivitas pacaran, bercumbu, sampai dengan melakukan kontak sosial.

  6. Perkembangan emosional
    Remaja biasanya mengalami kesukaran dalam mengendalikan emosi, sehingga sikap mereka menjadi tidak menentu, karena tingkah laku mereka seolah mengalami transisi, antara sikap anak-anak dan dewasa.

  7. Perkembangan sosial
    Sebagaian besar remaja akan berusaha mandiri dan menghindari ketergantungan kepada orang lain. Mereka akan menjalin hubungan dengan orang lain yang seusianya untuk berbagi pengalaman.

    Adanya perubahan pada perkembangan remaja diatas juga mempengaruhi perilaku remaja. Perubahan emosional menyebabkan remaja sulit mengendalikan emosi yang pada akhirnya sulit pula mengendalikan perilaku mereka. Hal ini tentu sangat berbahaya jika kesulitan tersebut membawa kearah perilaku negatif.

    Salah satunya pembelian impulsif yang dapat terjadi karena adanya dorongan agar diterima oleh kelompoknya, sehingga remaja berusaha mengikuti tren yang tidak ketinggalan zaman. Apalagi dengan adanya kesulitan dalam pengendalian emosi tersebut membuat remaja sangat mudah terbawa ke arah impulsive buying behaviour.

Masa remaja adalah masa terjadinya peningkatan pengambilan resiko dan pencarian sensasi dengan pergeseran dari eksistensi yang berpusat pada orang tua ke dominasi teman sebaya dalam proses pengembangan identitas (Knowles et al., 2014).

Remaja yaitu masa yang berlangsung antara usia 12 sampai dengan 21 tahun bagi perempuan dan 13 sampai 22 tahun bagi laki-laki. Remaja dalam bahasa aslinya disebut ‘adolescence’ yang berasal dari bahasa latin ‘adolescere’ yang artinya tumbuh untuk mencapai kematangan. Istilah adolescence dalam perkembangannya memiliki arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 2011).

Batasan Usia Remaja

Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah usia 12 tahun sampai 24 tahun (Efendi, 2008). Sedangkan batasan usia remaja menurut Wong, Donna L (2009) dibagi menjadi tiga fase, yakni:

  1. Remaja awal: dimulai pada usia 11 tahun sampai dengan 14 tahun.

  2. Remaja pertengahan: dimulai pada usia 15 tahun sampai dengan 17 tahun.

  3. Remaja akhir: dimulai pada usia 18 tahun sampai dengan 20 tahun.

Ciri-Ciri Remaja

Menurut Hurlock (2011) ciri-ciri remaja yaitu:

  1. Pertumbuhan fisik berubah dengan pesat, lebih cepat dibandingkan masa kanak-kanak.

  2. Perkembangan seksual dapat menyebabkan timbulnya masalah seperti: perkelahian, bunuh diri, dan lainnya.

  3. Remaja mulai terbiasa untuk berpikir kritis dengan menghubungkan antara sebab dan akibat.

  4. Emosi pada remaja masih labil, sehingga masih tidak mampu menahan emosinya yang meluap-luap dan tidak terkontrol.

  5. Remaja mulai tertarik dengan lawan jenis.

  6. Remaja mulai mencari perhatian dari lingkungannya, mereka berusaha mendapatkan status dan peran dalam kegiatan remaja di lingkungannya.

  7. Remaja sangat tertarik pada kelompok sebayanya daripada orang tuanya, hal tersebut membuat mereka menjaga jarak dengan orang tuanya.

Tugas Perkembangan

Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya untuk meningkatkan sikap dan perilaku. Tugas-tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (1961) dalam (Hurlock, 2011) yaitu:

  1. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya

  2. Mencapai peran sosial yang sesuai dengan jenis kelaminnya

  3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya dengan efektif

  4. Mencapai dan berperilaku sosial yang bertanggung jawab

  5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa yang berada di sekitarnya

  6. Mempersiapkan karir dan ekonomi

  7. Mempersiapkan pernikahan dan keluarga

  8. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan

  9. Memperoleh tingkatan nilai dan sistem etis sebagai pedoman untuk berperilaku dalam mengembangkan ideologi

  10. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab (Hurlock, 2011)

Remaja ( adolensence) adalah masa transisi (peralihan dari kanak-kanak menuju masa dewasa) yang ditandai dengan adanya perubahan aspek positif, psikis, dan psikososial. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa, yang meliputi masa perkembangan yang dialami sebagai masa persiapan memasuki masa dewasa (Nadliroh, 2013). Pada masa ini terjadi suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Dimana salah satu tanda yang khas pada remaja adalah terjadinya pubertas. Pubertas didefinisikan sebagai waktu kematangan seksual yang ditandai dengan adanya manarche (mentruasi pertama kali) yang merupakan salah satu tanda terjadinya masa reproduksi pada anak perempuan (Savitri, 2015).

Tugas Perkembangan Remaja

Menurut (Al-Mighwar, 2008) tugas perkembangan remaja dibagi menjadi 6 kelompok yaitu :

  1. Menerima kondisi jasmani

    Pada periode pra-remaja (periode pubertas), anak tumbuh cepat yang mengarahkanya pada bentuk orang dewasa. Pertumbuhan ini diiringi juga oleh perkembanagan sikap dan cinta diri. Mereka memiliki gambaran diri seolah-olah sebagai model pujaanya. Mereka sering membandingkan dirinya dengan temen-temen sebayanya, sehingga akan cemas bila kondisinya tidak seperti model pujaanya atau teman-teman sebayanya. Pada masa remaja, hal itu semakin berkurang, dan mereka mulai menerima kondisi jasmaninya, serta memelihara dan memanfaatkanya seoptimal mungkin (Al-Mighwar, 2008)

  2. Mendapatkan hubungan baru dengan teman-teman sebaya yang berlainan jenis

    Kematangan seksual yang dicapai sejak awal masa remaja mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial, terutama dengan lawan jenis. Remaja diharapkan bisa mencari dan mendapatkan teman baru yang berlainan jenis. Mereka ingin mendapatkan penerimaan dari kelompok teman sebaya lawan jenis ataupun sesama jenis agar merasa dibutuhkan dan dihargai. Kematengan fisik dan psikis banyak mempengaruhi penerimaan teman-teman sekelompok remaja dalam pergaulanya. Tanpa penerimaan teman sebaya, dia akan mengalami berbagai gangguan perkembangan psikis dan sosial, seperti membentuk geng sendiri yang berperilaku menggangu orang lain (Al-Mighwar, 2008:)

  3. Menerima kondisi dan belajar hidup sesuai jenis kelaminya

    Sejak masa puber, perbedaan fisik antara laki laki dan wanita tampak jelas lalu berkembang matang pada masa dewasa. Apabila bentuk tubuhnya memuaskan, mereka menyesali diri sebagai laki-laki atau wanita. Padahal, mereka seharunya menerima kondisinya dengan penuh tanggung jawab. Remaja laki-laki harus bersifat maskulin, lebih banyak memikirkan sosial pekerjaan sedangkan remaja wanita harus bersiaft feminim, memikirkan pekerjaan yang berkaitan dengan urusan rumah tangga dan pola asuh anak (Al-Mighwar, 2008)

  4. Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainya

    Bebas dari ketergantungan emosinoal merupakan tugas perkembangan penting yaitu dihadapi remaja. Apabila tidak memiliki kebebasan emosional, mereka akan menemui berbagai kesukaran dalam masa dewasa, tidak bisa membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditempuhnya (Al-Mighwar, 2008)

  5. Mendapatkan kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah ekonomi

    Tugas lainya adalah kesanggupan berdiri sendiri dalam maslah ekonomi karena kelak mereka akan hidup sebagai orang dewasa. Kesanggupan disini mencakup dua tugas, pertama, mencari sumber keuwangan atau pemasukan. Dalam hal ini, remaja diharapkan belajar untuk lepas dari bantuan orangtua dengan mendapat pekerjaan (jangka pendek) dan mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja tetap pada masa depan (jangka panjang). Kedua, pengelolaan keuwangan. Dalam hal ini, remaja diharapkan mampu mengatur pengeluaranya (Al-Mighwar, 2008)

  6. Memperoleh nilai-nilai dan filsafat hidup

    Para remaja memang diharapkan memiliki pola pikir, sikap perasaan, dan perilaku yang menuntut dan mewarnai berbagai aspek kehidupannya dalam masa dewasa kelak. Dengan demikian mereka memiliki kepastian diri, tidak mudah bingung, tidak, mudah terbawa arus kehidupan yang terus berubah yang pada akhirnya tidak mendaptkan kebagiaaan (Al-Mighwar, 2008)

Menurut Asrori (2011) tugas-tugas perkembangan masa remaja yaitu :

  • Mampu menerima keadaan fisiknya;

  • Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;

  • Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis;

  • Mencapai kemandirian emosional;

  • Mencapai kemandirian ekonomi;

  • Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa;

  • Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan;

  • Memahami dan mempersiapkan berbagai tangguang jawab kehidupan keluarga.

Ciri-ciri Remaja

Menurut Khoerunisya (2015) ciri-ciri remaja yaitu:

  • Masa remaja sebagai periode yang penting;
  • Masa remaja sebagai periode peralihan;
  • Masa remaja sebagai periode perubahan;
  • Masa remaja sebagai usia bermasalah;
  • Masa remaja sebagai masa mencari identitas;
  • Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan;
  • Di Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik;
  • Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

Menurut (Jahja, 2011) terdapat perubahan yang terjadi selama masa remaja yaitu:

  • Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal sebagai masa strom & stress;
  • Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual;
  • Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain;
  • Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi.

Pembagian Masa Remaja

Menurut Nadliroh (2013) pembagian masa remaja yaitu :

  • Masa remaja awal (12-15 tahun)

    Pada masa remaja ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua (Nadliroh, 2013).

  • Masa remaja dalam pertengahan (16-18 tahun)

    Masa ini ditandai dengan perkembangan kemampuan berfikir yang baru teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri self direcred (Nadliroh, 2013).

  • Masa Remaja Akhir

    Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tuan yang rasional dan mengembangkan sense of personal identity. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas 3, yaitu 12- 15 (remaja awal), 15-18 tahun (remaja pertengahan), dan 18-21 (remaja akhir). Tetapi Monks, Knoers, & Haditono membedakan masa remaja menjadi 4 bagian, yaitu masa pra-remaja 10-12 tahun, masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 18-21 tahun (Nadliroh, 2013).

Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja

Pencapaian tugas perkembangan satu individu akan berbeda dengan individu lainya karena dipengaruhi oleh perkembangan yang dialami masing masing induvidu, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut dibagi menajdi dua macam yaitu faktor yang berasal dari dalam individu dan faktor yang berasal dari luar individu (Santrock, 2007).

Secara umum ada 2 faktor yang memperngaruhi perkembangan yaitu :

  • Faktor endogen

    Faktor endogen adalah perubahan fisik maupun psikis dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat herediter yaitu dengan dfitentukan minat, dan kesadaran (Nadliroh, 2013).

  • Faktor eksogen

    Faktor eksogen adalah perubahan dan perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri (Nadliroh, 2013).

Kata remaja berasal dari bahasa latin, yaitu “adolescere”. Istilah tersebut mengandung pengertian bahwa remaja merupakan masa transisi, berpindah dari ketidakmatangan di masa kanak-kanak menuju kematangan masa dewasa (Steinberg, 2002).

Hal serupa juga dikatakan Santrock (2007) yang mendefinisikan masa remaja sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial- emosional. Remaja merupakan suatu konstruksi sosial dan sebelum abad keduapuluh, masyarakat tidak mengenal konsep remaja. Hal tersebut memiliki implikasi bahwa pada masa itu seorang anak langsung memasuki dunia orang dewasa begitu ia matang secara fisik dan memiliki keterampilan untuk bekerja (Papalia, et. al., 2007).

Batasan Usia Remaja

Beberapa ahli memberikan batasan yang berbeda mengenai kategori individu sebagai remaja. Menurut Papalia, et. al., (2007), masa remaja berlangsung ketika individu berusia 11 atau 12 tahun, dan berakhir pada awal duapuluhan. Santrock (2007) usia remaja dimulai antara usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir antara usia 18 dan 22 tahun. Di lain pihak, WHO memberikan tiga kriteria untuk menentukan definisi mengenai remaja secara biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja yang bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Definisi tersebut menyatakan bahwa remaja adalah suatu masa ketika (Muangman, dalam Sarwono, 2006):

  1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual
  2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa
  3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih stabil.

Pada tahun-tahun berikutnya, WHO memberikan definisi yang lebih bersifat konkret dan operasional mengenai remaja. Ditinjau dari bidang kesehatan dan masalah yang paling mendesak saat itu yaitu kehamilan dini, WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja. WHO membagi masa remaja ke dalam dua tahap, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Dalam hal ini, PBB sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda (Sarwono, 2006).

Menurut Sarwono (2006), merupakan hal yang sulit untuk mendefinisikan serta memberikan batasan mengenai usia remaja pada masyarakat Indonesia karena begitu beragamnya suku, adat, dan tingkatan sosial ekonomi maupun pendidikan. Dengan perkataan lain, tidak ada profil remaja Indonesia yang seragam dan berlaku secara nasional. Walaupun demikian, sebagai pedoman umum dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

  1. Usia sebelas tahun adalah usia ketika pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik)
  2. Di banyak masyarakat Indonesia, usia sebelas tahun sudah di anggap akil balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial)
  3. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa, seperti tercapainya identitas diri, tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual dan tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral.
  4. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal untuk memberi peluang bagi individu yang masih bergantung pada orangtua, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa, dan sebagainya. Dengan perkataan
    lain, individu yang sampai batas usia 24 tahun belum memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologis, masih dapat digolongkan sebagai remaja.
  5. Dalam definisi di atas, status pernikahan sangat menentukan. Hal itu
    karena arti pernikahan sangat penting pada masyarakat Indonesia. Seseorang yang sudah menikah, pada usia berapapun, dianggap dan diperlakukan sebagai individu dewasa, baik secara hukum maupun dalam kehidupan masyarakat dan keluarga. Oleh karena itu definisi remaja dibatasi bagi individu yang belum menikah.

Perkembangan Remaja

1. Perkembangan Fisik Remaja

Menurut Sarwono (2006), perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan fisik dimulai dengan terjadinya pubertas, yaitu proses yang dialami individu untuk menuju kematangan seksualnya. Pubertas yang ditandai dengan perubahan hormon dapat mempengaruhi kondisi mood dan perilaku remaja.

Menurut Papalia, et. al.(2007) perubahan fisik yang terjadi pada masa ini meliputi pertumbuhan yang pesat pada berat dan tinggi badan, perubahan dalam bentuk dan proporsi tubuh, dan kematangan seksual. Kematangan seksual ditandai dengan pertumbuhan rambut-rambut halus pada beberapa bagian tubuh, perubahan suara, serta pertumbuhan otot. Kematangan pada organ reproduksi memampukan remaja perempuan mengalami ovulasi dan menstruasi serta dimulainya produksi sperma pada remaja laki-laki.

2. Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget (dalam Papalia et. al., 2007) remaja memasuki level tertinggi dalam perkembangan kognitif, yaitu tingkat operasi formal. Pada level ini, individu mampu mengembangkan kapasitas untuk berpikir secara abstrak. Perkembangan ini memberi remaja kesempatan untuk berpikir secara lebih fleksibel dalam memanipulasi informasi yang mereka terima. Remaja tidak lagi terikat pada masa kini dan saat ini, melainkan dapat mengerti historical time dan extraterrestrial space. Remaja dapat berpikir menggunakan istilah ‘apa yang dapat terjadi’ dan bukan hanya ‘apakah ini’. Mereka dapat membayangkan kemungkinan-kemungkinan dan dapat membentuk serta menguji hipotesis. Individu dengan level perkembangan operasi formal dapat mengintegrasikan hal yang telah dipelajari pada masa lalu dengan tantangan yang dihadapi saat ini serta membuat rencana untuk masa depan (Papalia et. al., 2007).

Elkind (dalam Papalia et. al., 2007) menyatakan bahwa pada remaja terdapat egosentrisme yang ditandai dengan meningkatnya kesadaran diri. Egosentrisme remaja terdiri dari dua tipe yaitu imaginary audience dan personal fable.

  • Imaginary audience adalah perasaan dimana remaja memiliki kesadaran yang tinggi akan dirinya dan merasa bahwa mereka menjadi pusat perhatian orang lain (Rice, 1996).

  • Personal fable adalah bagian dari egosentrisme remaja yang meliputi keyakinan bahwa diri mereka unik dan tak terkalahkan. Sebagai bagian dari usaha untuk mempertahankan keyakinan tersebut, remaja mungkin membuat suatu cerita mengenai dirinya yang dipenuhi dengan fantasi, membenamkan diri mereka ke dalam suatu dunia yang jauh dari kenyataan. Keyakinan bahwa diri mereka tak terkalahkan membuat remaja percaya bahwa mereka tak akan dapat mengalami pengalaman yang dapat terjadi pada orang-orang lain (Papalia, et. al., 2007).

3. Perkembangan Psikososial

Menurut Erikson, pencarian akan identitas diri merupakan fokus utama dari perkembangan psikososial remaja. Identitas itu sendiri didefinisikan sebagai konsep yang dimiliki individu mengenai dirinya yang bersifat koheren, yang dibangun berdasarkan tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan
yang dimiliki individu secara kuat (Papalia et. al., 2007). Tugas perkembangan yang harus dihadapi remaja adalah menyelesaikan krisis identity vs identity confusion, untuk menjadi seorang dewasa yang unik dan memiliki konsep yang menyatu mengenai dirinya serta peran dalam masyarakat. Tahap ini merupakan tahap perkembangan Erikson dimana remaja berusaha menemukan siapakah mereka sebenarnya, apa saja yang ada dalam diri mereka, dan arah mereka dalam menjalani hidup (Santrock, 2007).

Remaja membentuk identitas melalui modifikasi serta mensintesiskan identifikasi yang telah terbentuk sebelumnya pada masa anak-anak menjadi sebuah struktur psikologis yang baru (Kroger, dalam Papalia et. al., 2007). Untuk membentuk sebuah identitas, remaja harus mengetahui dan mengorganisasikan kemampuan, kebutuhan, ketertarikan, serta hasrat mereka untuk dapat diekspresikan dalam konteks sosial.

Menurut Marcia (1987, dalam Santrock, 2007), terdapat tiga aspek dalam perkembangan remaja muda yang penting dalam pembentukan identitas, yaitu remaja muda harus membentuk rasa percaya terhadap dukungan orangtua, mengembangkan suatu pemikiran untuk giat melakukan sesuatu, dan memperoleh perspektif mengenai masa depan yang merefleksikan diri mereka sendiri. Pencarian akan identitas diri merupakan salah satu fokus utama dalam kehidupan remaja. Oleh sebab itu, remaja akan lebih menyibukkan diri dengan pencapaian tujuan dan impian masa depannya.

Kekurangan yang ada dalam diri remaja tentunya akan menimbulkan masalah dalam perjalanan mencapai tujuan masa depan mereka. Remaja yang memiliki kekurangan akan mempersepsikan sedikit kontrol dalam dirinya untuk membuat keinginannya menjadi kenyataan. Ketidakmampuan dalam mencapai tujuan masa depan tersebut akan menimbulkan perasaan tidak berdaya akan masa depan mereka (Shorey, et. al., 2003).

Referensi:

  • Steinberg, Laurence. (2002). Adolescence. 6th ed. New York: McGraw-Hill Companies.
  • Santrock, John W. (2007). Adolescence. 11th ed. New York: McGraw-Hill.
  • Papalia, Diane E., Olds, Sally Wendkos, & Feldman, Ruth Duskin. (2007).
    Human Development. 10th ed. Boston : McGraw-Hill Companies.
  • Sarwono, Sarlito Wirawan. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: Grafindo.
  • Rice, Phillip F. (1996). The Adolescent: Development, Relationship, and Culture. Boston: Allyn and Bacon.
  • Shorey, Hal S., Snyder, C. R., Yang, Xiangdong, Lewin, Michael, R. (2003). The Role of Hope as a mediator in Recollected Parenting, Adult Attachment, and Mental Health. [Electronic version]. Journal of Clinical and Social Psychology 22 (6), 685-715.