Apakah Dampak Bullying Bagi Pelaku dan Korban?

Bullying

Bullying merupakan serangan berulang secara fisik, psikologis, sosial, ataupun verbal, yang dilakukan dalam posisi kekuatan yang secara situasional didefinisikan untuk keuntungan atau kepuasan mereka sendiri. Bullying merupakan bentuk awal dari perilaku agresif yaitu tingkah laku yang kasar. Bisa secara fisik, psikis, melalui kata-kata, atau pun kombinasi dari ketiganya.

Apa dampak Bullying bagi pelaku maupun korban ?

Dampak terhadap korban bullying contohnya: kurang minat mengerjakan tugas dari sekolah, sering absen dan bolos sekolah, prestasi menurun, kurang pergaulan dengan teman-teman sekolahnya, mudah emosi (labil) ketika depresi, marah, sedih , sering mengalami sakit kepala, sakit perut, nafsu makan menurun, sulit tidur, sering terlihat ada luka dan memar, barang-barang pribadi banyak hilang karena dipalak atau dicuri.

Dampak terhadap pelakunya seperti contoh berikut: prestasinya rendah,suka menyendiri, termasuk merokok, menggunakan narkoba, dan tindakan-tindakan kepada kekerasan dan anarkis, sering bolos sekolah, sikap yang menantang orang tua maupun orang dewasa,khususnya bagi mereka yang memegang otoritas, dihukum pidana di pengadilan.

Perilaku bullying berdampak negatif tehadap pihak yang terlibat dalam perilaku bullying baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak negatif bagi korban bullying adalah timbulnya rasa rendah diri, kehilangan kepercayaan diri, penolakan dan isolasi sosial, permasalahan physicosomatic, kekhawatiran, dan ketidakmampuan sosial.

Bahkan lebih jauh bullying berdampak negatif pada tingkat kehadiran siswa, prestasi akademik hingga mengakibatkan perilaku bunuh diri. Dampak emosi ini dapat dideteksi dengan adanya perubahan mood, kurang aktif berargumentasi, penarikan diri dari lingkungan sosial, sakit fisik, dan kehilangan ketertarikan terhadap sekolah (Perren dan Alsaker dalam Benitez dan Justicia, 2006).

Sementara itu, bullying akan berdampak negatif terhadap pelaku bullying. Dampak ini berupa kegagalan dalam mengembangkan kemampuan sosial, seperti empati, negosisasi, dan balas budi; kehilangan emosi sehingga pelaku cenderung menggunakan kekerasan untuk mendapatkan keinginanya; serta kerugian secara akademik akibat perilaku agresif yang memicu ketidakdisiplinan dan ketidakfokusan pada tugas sekolah (Farington dalam Benitez dan Justicia, 2006).

Dalam hal ini, Hasil penelitian Kowalski dan Limber (2012) menguatkan bahwa depresi, perasaan khawatir, kepercayaan diri, permasalahan kesehatan, tingkat kehadiran dan prestasi belajar memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku bullying.

Perilaku bullying berdampak negatif terhadap pelaku dan korban. Dampak ini dapat berupa dampak fisik maupun dapak psikologis. Dampak bagi korban bullying berupa kehilangan percaya diri, ketidakmampuan sosial, khawatir, dan gangguan fisik. Sementara itu, dampak bagi pelaku bullying adalah dampak akademik, ketidamampuan mengembangkan kemampuan sosial, dan potensi kehilangan kontrol emosi.

Mengenali Efek dan Ciri-ciri Anak Korban Bully

Tindakan bully tidak hanya terjadi ketika pelaku melakukan kekerasan secara fisik kepada korban, seperti memukul, menampar, atau menendang. Bully juga bisa dilakukan tanpa melakukan kekerasan fisik, yakni secara verbal seperti mengejek, memanggil seseorang dengan sebutan yang hina, menyebarkan gosip tentang korban, atau mempermalukan di depan banyak orang.

Di era teknologi seperti sekarang ini tindakan bully makin mudah terjadi, kerap dikenal sebagai cyber bullying. Pelaku cukup memakai media sosial untuk menjatuhkan korbannya, seperti menyebarkan teks, foto, atau video bertema negatif tentang korban. Perilaku bully tersebut menimbulkan banyak efek negatif bagi korban, di antaranya:

  • Mengalami gangguan mental, seperti depresi, rendah diri, cemas, sulit tidur nyenyak, ingin menyakiti diri sendiri, atau bahkan keinginan untuk bunuh diri.
  • Menjadi pengguna obat-obatan terlarang.
  • Prestasi akademik menurun. Efek ini mungkin bisa terjadi karena korban takut pergi ke sekolah sehingga berdampak kepada kegiatan belajar.
  • Ikut melakukan kekerasan atau melakukan balas dendam.

Oleh karena itu, sebagai orang tua Anda harus jeli melihat ciri perubahan tingkah laku anak, misalnya tidak semangat berangkat ke sekolah, prestasi belajar menurun, atau nafsu makan berkurang. Perubahan lainnya yang bisa tampak, seperti:

  • Tiba-tiba kehilangan teman atau menghindari ajakan pertemanan.
  • Barang-barang miliknya sering hilang atau hancur.
  • Mengalami gangguan tidur.
  • Kabur dari rumah.
  • Terlihat stres saat pulang sekolah atau usai mengecek ponselnya.
  • Mungkin ada luka di tubuhnya.

Jika ciri-ciri tersebut ada pada diri anak Anda, coba ajak dia bicara dari hati ke hati. Mulailah obrolan dengan cara yang halus agar anak mau mengutarakan isi hatinya. Ajari dia bagaimana cara menyikapi orang-orang yang berlaku kasar kepadanya, seperti menghindar ketika bertemu dengan mereka atau katakan, “Jangan ganggu saya.”

Satu hal lain yang perlu diingat adalah jangan mengajari untuk balas melawan atau melakukan kekerasan kepada para pelaku. Namun ajarkan agar ia tetap tangguh, dan jangan beri kesempatan para bully untuk merasa menang karena berhasil membuatnya putus asa. Berikan juga semangat untuk tetap percaya diri dan tetap bergaul dengan anak-anak lain yang baik.

Bullying memiliki dampak yang negatif bagi perkembangan karakter anak, menurut Elliot dalam Astuti (2008) baik bagi si korban maupun pelaku. sementara kegagalan untuk mengatasi tindakan bullying akan menyebabkan agresi lebih jauh.

Akibat bullying pada diri korban timbul perasaan tertekan oleh karena pelaku menguasai korban. Menurut Rigby dalam Astuti (2008) kondisi ini menyebabkan korban mengalam:

  • Kesakitan fisik dan psikologis
  • Kepercayaan diri (self-esteem) yang merosot
  • Malu
  • Trauma,
  • Tak mampu menyerang balik,
  • Merasa sendiri,
  • Serba salah dan takut sekolah (school phobia), dimana ia merasa tak ada yang menolong. Dalam kondisi selanjutnya, Astuti (2008) juga menemukan bahwa korban mengasingkan diri dari sekolah, menderita ketakutan sosial (social phobia), bahkan menurut Field dalam Astuti (2008) cenderung ingin bunuh diri.

Di sisi lain, apabila dibiarkan, dampak buruk bullying bagi pelaku bullying akan belajar bahwa tidak ada risiko apapun bagi mereka bila mereka melakukan kekerasan, agresi maupun mengancam anak lain. Ketika dewasa, pelaku memiliki potensi lebih besar untuk menjadi pelaku kriminal dan akan bermasalah dalam fungsi sosialnya. (Pengaruh Bullying , 2008)