Apa yang mendasari seseorang berperilaku empati?

Empati

Empati merupakan respons afektif dan kognitif yang kompleks pada distres emosional orang lain. Empati termasuk kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang lain.

Empati tidak sama dengan meniru atau imitasi. Untuk memiliki rasa empati kita harus memiliki kesadaran diri dan juga jarak antara diri sendiri dan orang lain. Empati juga tidak hanya dimiliki manusia, namun para ilmuwan menemukannya pada primata bukan manusia, bahkan pada tikus.

Apa yang mendasari seseorang berperilaku empati ?

Beberapa faktor, baik psikologis maupun sosiologis yang mempengaruhi proses empati sebagai berikut, antara lain:

  1. Sosialisasi

    Dengan adanya sosialisasi memungkinkan seseorang dapat mengalami sejumlah emosi, mengarahkan seseorang untuk melihat keadaan orang lain dan berpikir tentang orang lain.

  2. Perkembangan kognitif

    Empati dapat berkembang seiring dengan perkembangan kognitif yang bisa dikatakan kematangan kognitif, sehingga dapat melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (berbeda).

  3. Mood dan Feeling

    Situasi perasaan seseorang ketika berinteraksi dengan lingkungannya akan mempengaruhi cara seseorang dalam memberikan respon terhadap perasaan dan perilaku orang lain

  4. Situasi dan Tempat

    Situasi dan tempat tertentu dapat memberikan pengaruh terhadap proses empati seseorang. Pada situasi tertentu seseorang dapat berempati lebih baik dibanding situasi yang lain.

  5. Komunikasi

    Pengungkapan empati dipengaruhi oleh komunikasi (bahasa) yang digunakan seseorang. Perbedaan bahasa dan ketidakpahaman tentang komunikasi yang terjadi akan menjadi hambatan pada proses empati.

Selain itu, menurut Suzanne Denham, penulis buku Emotional Development in Young Children, terdapat sembilan faktor yang umumnya dapat meningkatkan dan mendorong pengembangan perilaku empati, yaitu :

  1. Usia. Kemampuan untuk memahami perspektif orang lain akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia; jadi, orang yang lebih besar umumnya lebih dapat berempati daripada anak yang masih kecil.

  2. Gender. Manusia cenderung lebih berempati terhadap teman yang memiliki gender yang sama karena mereka merasa memiliki banyak persamaan.

  3. Intelegensia. Orang yang lebih cerdas biasanya lebih dapat menenangkan orang lain karena lebih dapat memahami kebutuhan orang lain dan berusaha mencari cara untuk membantu.

  4. Pemahaman emosional. Orang yang secara bebas mengekspresikan emosi biasanya lebih berempati karena mereka lebih mampu memahami dengan tepat perasaan ornag lain.

  5. Orang tua yang berempati. Orang yang mempunyai orangtua yang berempati cenderung akan menjadi orang yang berempati pula karena mencontoh perilaku orang tuanya.

  6. Rasa aman secara emosional. Orang yang asertif dan mudah menyesuaikan diri cenderung suka membantu orang lain.

  7. Tempramen. Orang yang yang ceria dan mudah bergaul biasanya lebih dapat berempati terhadap orang yang lain yang sedang stres.

  8. Persamaan kondisi. Manusia akan lebih mudah berempati terhadap mereka yang mengalami kondisi atau pengalaman sama.

  9. Ikatan. Manusia lebih dapat berempati terhadap teman daripada terhadap orang lain yang tidak terlalu dekat.

Shapiro (1997) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi empati yaitu:

  • Faktor kognitif.

    Bertambah matangnya wawasan dan ketrampilan kognitif, anak-anak secara bertahap belajar mengenali tanda-tanda kesedihan orang lain dan mampu menyesuaikan kepeduliannya dengan perilaku yang tepat;

  • Faktor bawaan

    Anak laki-laki sama sosialnya dengan anak perempuan tetapi anak laki-laki cenderung lebih suka memberikan bantuan fisik atau bertindak sebagai pelindung. Sedangkan anak perempuan lebih suka memberikan dukungan psikologis misalnya menghibur anak lain yang sedang sedih;

  • Faktor pendidikan

    Pendidikan khususnya pendidikan agama mengambil peranan penting dalam pelaksanaan empati tersebut. Penerapan akan pendidikan agama dalam kehidupan sehari-hari justru efektif dalam mempengaruhi anak.

  • Keluarga

    Penerapan peraturan keluarga yang jelas, konsisten dan tidak mudah memberikan memberikan keringanan kepada anak serta tuntutan akan tanggung jawab kepada anak tanpa adanya imbalan apapun akan mempengaruhi serta menghasilkan anak yang peduli, tanggung jawab, peka dan lebih penyayang.

  • Pengalaman akan perilaku empati

    Praktek akan perilaku simpatik dapat mempengaruhi hidup manusia. Pelaksanaan kebaikan secara acak dan melibatkan diri dalam kegiatan bermasyarakat akan mengajari anak akan pengalaman untuk melakukan perilaku empati serta lebih peduli pada orang lain.