Shapiro menyatakan trauma merupakan pengalaman hidup yang mengganggu keseimbangan biokimia dari sistem informasi pengolahan psikologi otak. Keseimbangan ini menghalang pemprosesan informasi untuk meneruskan proses tersebut dalam mencapai suatu adaptif, sehingga persepsi, emosi, keyakinan dan makna yang diperoleh dari pengalaman tersebut “terkunci” dalam sistem saraf. Jarnawi menyatakan bahawa trauma merupakan gangguan psikologi yang sangat berbahaya dan mampu merosakkan kasuseimbangan kehidupan manusia.
Cavanagh dalam Mental Health Channel menyatakan tentang pengertian trauma adalah suatu peristiwa yang luar biasa yang menimbulkan luka dan perasaan sakit, tetapi juga sering diartikan sebagai suatu luka atau perasaan sakit berat akibat sesuatu kejadian luar biasa yang menimpa seseorang langsung atau tidak langsung baik luka fisik maupun luka psikis atau kombinasi kedua-duanya. Berat ringannya suatu peristiwa akan dirasakan berbeda oleh setiap orang, sehingga pengaruh dari peristiwa tersebut terhadap perilaku juga berbeda antara seseorang dengan orang lain.
American Psychiatric Association (APA) dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM.IV-TR), menyatakan ledakan trauma merangkumi salah satu atau dua daripada berikut, yaitu:
-
Seseorang yang mengalami, menyaksikan atau berhadapan dengan kejadian ngeri yang menyebabkan kematian, kecederaan serius atau mengancam fisik diri atau orang lain,
-
Respon individu terhadap ketakutan, rasa tidak ada harapan, horror (kanak-kanak mungkin mengalami kecelaruan tingkah laku).
Begitu juga hal nya dengan gejala trauma. Cavanagh, dalam Mental Health Channel, mendefinisikan trauma adalah suatu peristiwa yang luar biasa, yang menimbulkan luka atau perasaan sakit: namun juga sering diartikan sebagai suatu luka atau perasaan sakit “berat” akibat suatu kejadian “luar bisa” yang menimpa sesorang, secara langsung maupun tidak langsung, baik luka fisik maupun psikis atau kombinasi dari keduanya. Berat ringannya suatu peristiwa akan dirasakan berbeda oleh setiap orang, sehingga pengaruh dari peristiwa itu terhadap perilaku juga berbeda atara seorang dengan yang lainnya.
Trauma bisa saja melanda siapa saja yang mengalami suatu peristiwa yang luar biasa seperti perang, terjadi perkosaan, kematian akibat kekerasan pada orang-orang tercinta, dan juga bencana alam seperti gempa dan tsunami. Gangguan pasca trauma bisa dialami segera setelah peristiwa traumatis terjadi, bisa juga dialami secara tertunda sampai beberapa tahun sesudahnya. Korban biasanya mengeluh tegang, insomnia (sulit tidur), sulit berkonsentrasi dan ia merasa ada yang mengatur hidupnya, bahkan yang bersangkutan kehilangan makna hidupnya.
Lebih parah lagi, orang yang mengalami gangguan pasca traumatic berada pada keadaan stress yang berkepanjangan, yang dapat berakibat munculnya gangguan otak, berkurangnya kemapuan intelektual, gamgguan emosional, maupun gangguan kemampuan sosial. Selanjutnya Cavanagh membagi trauma ke dalam empat tipe yaitu:
-
Trauma situasional. Trauma situasional sering terjadi akibat bencana alam, kecelakaan kenderaan, kebakaran, perampokan, perkosaan perceraian, kehilangan pekerjaan, ditinggal mati oleh orang yang dicintai, kegagalan dalam bisnis, tidak naik kelas bagi beberapa siswa, dan sebagainya.
-
Trauma perkembangan. Trauma perkembangan sering terjadi pada setiap tahap perkembangan, seperti penolakan teman sebaya, kelahiran yang tidak dikehendaki, peristiwa yang berhubungan dengan kencan, berkeluarga dan sebagainya.
-
Trauma intrapsikis. Trauma intrapsikis sering terjadi akibat kejadian internal seseorang yang memenculkan perasaan cemas yang sangat kuat, seperti munculnya homo seksual, munculnya perasaan benci pada seseorang yang seharusnya dicintai, dan sebagainya.
-
Trauma eksistensial. Trauma eksistensional sering terjadi akibat munculnya kekurang berartian dalam kehidupan.
Webb menyatakan bahwa:
-
Trauma dinyatakan sebagai kesakitan yang dialami oleh seseorang yang dapat memberi karusakan kepada fisik dan psikologi sehingga membawa kesusahan kepada kehidupan seperti menurunnya tingkat produktifitas dan aktivitas keseharian,
-
Trauma terjadi karena peristiwa pahit pada fisik dan mental yang menyebabkan kerusakan serta merta kepada tubuh atau kejutan pada otak,
-
Trauma terjadi karena terdapat kebimbangan yang melampau atau kebimbangan yang traumatik oleh kerusakan fisik dan psikis yang dapat menyebabkan gangguan emosi yang dicetuskan oleh peristiwa pahit yang akut,
-
Trauma adalah peningkatan gejala tekanan (stress) yang menyebabkan gangguan emosi kepada kanak-kanak atau pelajar sekolah, sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku, emosi dan pemikiran,
-
Trauma juga dikatakan sebagai kecederaan tubuh yang disebabkan oleh tegangan fisik dari luar seperti tembakan, kebakaran, kemalangan, tikaman senjata tajam, luka akibat berkelahi, diperkosa, kelalaian teknologi dan sebagainya.
Sementara itu seorang psikiater di Jakarta, Roan menyatakan trauma berarti cidera, kerusakan jaringan, luka atau shock. Sedangkan trauma psikis dalam psikologi diartikan sebagai kecemasan hebat dan mendadak akibat peristiwa dilingkungan seseorang yang melampaui batas kemampuannya untuk bertahan, mengatasi atau menghindar.
Everly & Lating menyatakan bahwa trauma adalah peristiwa-peristiwa di luar kebiasaan pengalaman manusia pada umumnya, yang terlihat sangat nyata dan jelas dan menyedihkan, sehingga menimbulkan reaksi ketakutan yang hebat, ketidak berdayaan, seram dan lain-lain. Ketegangan trauma biasanya seperti ancaman intergritas fisik yang dirasa seseorang dari seseorang yang sangat dekat. Pasca peristiwa traumatik, kejutan-kejutan yang keras akan menyebabkan terjadinya tekanan traumatik, dan mekanisme tekanan ini akan menguasai individu sehingga merasakan sesuatu tanpa pengharapan.
Menurut MSF- Holland mengartikan trauma adalah suatu peristiwa yang bersifat mengejutkan dan tidak disangka, situasi yang tidak biasa (diluar keseharian), menimbulkan rasa tidak berdaya, mengancam kehidupan, baik secara fisik mahupun emosional. Sedangkan peristiwa traumatis menurut Vikram adalah suatu peristiwa yang menyebabkan ketakutan dalam kehidupan seseorang dan menimbulkan stress yang negatif.
Yule memaknai peristiwa traumatik sebagai
“… an event that is outside the range of usual human experience and that would be markedly distressing to almost anyone, …”.
Selanjutnya Yule dan Hughes menjelaskan bahwa peristiwa yang dapat mencetuskan terjadinya trauma adalah ancaman serius terhadap kehidupan seseorang atau ancaman terhadap fisiknya. Ancaman tersebut terjadi secara alamiah atau karena ulah manusia seperti kecelakaan kapal terbang, tabrakan kereta api, kerusuhan dalam suatu pertandingan olah raga, atau peristiwa yang mengancam keselamatan anak-anak, isteri, suami, maupun kerabat dekat, pemusnahan secara tibatiba terhadap rumah, atau melihat orang lain yang menjadi korban, atau bisa juga melihat terbunuhnya seseorang akibat suatu peristiwa, atau kekerasan.
Rohmad Sarman menyatakan bahwa trauma berasal dari kata Greek yaitu “tramatos” yang berarti luka dari sumber luar. Tetapi kata trauma dapat juga luka dari sumber dalaman yaitu luka emosi, rohani dan fisik yang disebabkan oleh keadaan yang mengancam diri seseorang. Gejala akibat trauma sangat beragam dan mengelirukan.
Trauma menimbulkan kepedihan dan penderitaan yang dapat berpanjangan. Jika orang mengalami trauma karena faktor luaran, maka analisis dan diagnosis proses penyembuhannya relatif lebih mudah dan cepat. Seperti contoh luka bakar, kepedihan dan sakitnya relatif mudah dirawat. Sekalipun luka itu yang kemudian akan berdampak pada dalaman diri orang yang terbakar, ada perasaan ketakutan yang menghantui ketika melihat api.
Untuk lebih jelas lihat beberapa kasus di bawah ini:
-
Pertama, Rizal adalah seorang pemuda berusia 22 tahun yang tinggal di suatu daerah konflik perkauman. Dalam suatu pertengkaran 5 tahun yang lalu, Rizal melihat ayah dan kakak lelaki tertuanya dibunuh dengan cara dipenggal kepalanya, kemudian dipertontonkan di pasar. Pada waktu peristiwa tersebut terjadi ia bersembunyi ketika rumah mereka diserbu.
Sejak itu, Rizal selalu dihantui mimpi buruk tentang kematian ayah dan kakaknya, setiap kali melewati pasar tersebut, ia selalu merasa ketakutan dan berkeringat dingin mengingati ditempat itulah dulu kepala ayah dan kakaknya dipertontonkan. Akibatnya Rizal selalu mengelak pasar dan berbagai pusat keramaian lain yang dapat mengingatkannya kembali akan peristiwa tersebut.
-
Kedua, Vienna adalah seorang wanita berusia 25 tahun. Datang kepada psikolog karena ingin membunuh diri. Saat berusia 10 tahun, ia mengalami peristiwa perkosaan yang dilakukan oleh kakak kandungnya. Itu adalah rahasia yang disimpannya sendiri selama bertahun-tahun. Setelah peristiwa itu terjadi, ia melarikan diri dari rumahnya dan tinggal dengan neneknya, dengan harapan dapat melupakan peristiwa tersebut.
Akan tetapi semua itu tidak dapat ia lupakan, Vienna tidak pernah berhenti merasa kotor dan berdosa, sehingga perlu dibersihkan. Karena itu, setiap harinya ia mandi berkalikali dan menutup diri dari pergaulan dengan dunia luar. Setiap kali ada laki-laki yang datang bertamu kerumah neneknya (keluarga dan kerabat yang lain) akan membuatnya histeris dan menangis semalaman.
-
Ketiga, pada tahun 2004, Doddy mengalami luka parah akibat letusan bom yang menyebabkan dia kehilangan mata kirinya dan perlu menggunakan bola mata palsu. Sejak saat itu, ianya selalu merasa ketakutan setiap kali mendengar suara keras dan mudah merasa terkejut. Hal-hal kecil yang tidak disukainya dapat membuatnya marah dengan merentak rentak. Ia tidak dapat tidur pada malam hari karena sering bermimpi buruk. Bila sedang sendiri, ia sering merasa mengalami kilas balik peristiwa letusan yang dialaminya tersebut.
Pada suatu hari, ia ketakutan dan histeris, karena mencium bau masakan isterinya yang hangus. Ia merasa teringat kembali dengan tubuh-tubuh korban bom yang hangus terbakar, akhirnya ia mendatangi psikolog.
Ketiga kasus tersebut, merupakan contoh trauma yang dialami korban, setelah peristiwa traumatik itu terjadi, dalam waktu yang lama mereka masih mengingat dan merasakan peristiwa tersebut se akan-akan kejadian itu baru saja mereka alami dalam kehidupannya. Bila hal ini terjadi berkepanjangan, maka secara fisik dan mental akan merubah perilaku seseorang, oleh karena itu harus ada penanganan yang serius dan berterusan dalam rangka pemulihan trauma.
Brewin et al. menyatakan faktor-faktor yang berisiko untuk mengalami PTSD adalah hidup dalam peristiwa trauma dan bahaya, mempunyai sejarah sakit mental, mendapat cedera, melihat orang cedera atau terbunuh, perasaan seram, tidak berdaya, atau ketakutan yang melampau, tidak mendapat dukungan sosial setelah peristiwa tersebut, berurusan dengan tekanan tambahan setelah peristiwa itu, seperti kesakitan kehilangan orang yang dikasihi, dan kecederaan, atau kehilangan kerja atau rumah.
Gurvits, et al. menyatakan faktor alam sekitar, seperti trauma kanak-kanak, kecederaan kepala, atau sejarah penyakit mental, dapat meningkatkan lagi risiko pada seseorang yang mempengaruhi pertumbuhan otak awal. Sementara itu, Charney menyatakan faktor yang dapat mengurangkan resiko PTSD adalah: Mencari dukungan daripada orang lain, seperti rekan-rekan dan keluarga, mencari group yang mendukung setelah peristiwa traumatik, perasaan yang baik mengenai tindakan sendiri dalam menghadapi bahaya, mempunyai strategi menghadapi keadaan yang buruk, atau mendapatkan pembelajaran dari padanya, karena sebagian mampu untuk bertindak dan merespon setiap kasus walaupun perasaan takut.
Everly berpendapat bahawa untuk benar-benar memahami sifat trauma psikologi dan PTSD, seseorang perlu mengkaji wujud dua faktor pilihan psikologi dan fenomena biologi.
Jenis-Jenis Trauma
Vikram menyatakan ada beberapa jenis trauma yang dikenali, yaitu:
-
Trauma personal (korban perkosaan, kematian orang tercinta, korban kejahatan, dll), perang dan keganasan,
-
Trauma mayor (bencana alam, kebakaran, dll), trauma mayor umumnya menyebabkan trauma pada sejumlah besar orang pada waktu yang sama.
Cavanagh mengelompokkan trauma berdasarkan kejadian traumatik yaitu:
-
Trauma situasional adalah trauma yang disebabkan oleh situasi seperti bencana alam, perang, kemalangan kenderaan, kebakaran, rompakan, perkosaan, perceraian, kehilangan pekerjaan, ditinggal mati oleh orang yang dicintai, gagal dalam perniagaan, tidak naik kelas bagi beberapa pelajar, dan sebagainya;
-
Trauma perkembangan adalah trauma dan stres yang terjadi pada setiap tahap pekembangan, seperti penolakan dari teman sebaya, kelahiran yang tidak diingini, peristiwa yang berhungan dengan kencan, bekeluarga, dan sebagainya;
-
Trauma intrapsikis adalah trauma yang disebabkan kejadian dalaman seseorang yang memunculkan perasaan cemas yang sangat kuat seperti perasaan homo seksual, benci kepada orang yang seharusnya di cintai, dan sebagainya;
-
Trauma eksistensial yaitu trauma yang diakibatkan karena kurang berhasil dalam hidup.
Referensi
Hatta, Kusmawati. 2016. Trauma dan Pemulihannya : Sebuah kajian Berdasarkan Kasus Pasca Konflik dan Tsunami. Banda Aceh : Dakwah Ar-Raniry Press.