Faktor Trauma
Adapun beberapa kondisi yang menjadi faktor dari seseorang menderita trauma, antara lain:
Badan National Institute of Mental Health , mengemukakan bahwa faktor fisik dan psikologis merupakan sesuatu yang saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain, dan mengatakan bahwa sistem keduanya merupakan serangkaian hubungan internal dari struktur otak yang berbentuk sirkuit dan mempunyai fungsi utama dalam motivasi dan emosi.
Menurt Bullman dan Peterson seorang ahli kesehatan dan psikologi, faktor psikologis lain yang mempunyai pengaruh penting dalam perkembangan Post-Traumatic Stress Disorder adalah peran kognisi, yaitu cara individu memberi arti terhadap pengalamannya. Pemberian arti atau makna terhadap sebuah peristiwa traumatik akan mengarahkan respon dan reaksi individu dalam menghadapi stresor. Individu yang tidak dapat mengarahkan pada pemberian arti positif akan mempunyai kecenderungan Post-Traumatic Stress Disorder lebih besar.
Menurt Boulware, Post-Traumatic Stress Disorder dapat terjadi setelah peristiwa traumatik yang besar, baik secara emosional maupun fisik. Sehingga faktor eksternal yang mempengaruhi kecenderungan Post-Traumatic Stress Disorder adalah tingkat keseriusan stresor. Tingkat keseriusan stresor pada dasarnya adalah subjektifitas individu yang mengalaminya. Namun sering kali tingkat keseriusan stresor dipandang seberapa jauh sebuah kasus atau kejadian dapat membuat banyak orang trauma dan mengalami stres.
Dalam bukunya Kartini Kartono dan Jenny Anny Andari yang berjudul “hyglene mental dan kesehatan mental dalam islam” menjelaskan bahwa trauma disebabkan oleh suatu pengalaman yang sangat menyedihkan atau melukai jiwanya, sehingga karena pengalaman tersebut sejak saat kejadian itu hidupnya berubah secara radikal. Pengalaman traumatis dapat juga bersifat psikologis. Misal mendapat peristiwa yang sangat mengerikan sehingga dapat menimbulkan kepiluan hati, shock jiwa dan lain-lain.