Mead (1934, dalam Fenigstein, Scheier, & Buss, 1975) mengartikan self- consciousness yaitu ketika individu menjadi sadar akan pandangan orang lain yang kemudian menyebabkan individu tersebut memandang dirinya sebagai objek sosial.
Sedangkan, Fenigstein, Scheier, & Buss (1975) mendefinisikan self- consciousness dengan mencari persamaan antara teori-teori self-awareness dan terapi Rogerian, yang memiliki kesamaan yaitu terjadinya proses individu fokus pada pikiran, perasaan, perilaku atau penampilannya, ketika berefleksi, berfantasi, atau berkhayal mengenai dirinya sendiri atau ketika membuat keputusan yang berhubungan dengan dirinya.
Fenigstein, Scheier, & Buss (1975) menyimpulkan bahwa self-consciousness merupakan kecenderungan individu yang secara konsis- ten mengarahkan atensinya ke dalam atau ke luar dirinya.
Aspek-aspek self-consciousness
Fenigstein, Scheier, & Buss (1975) pada awalnya mengidentifikasi perilaku- perilaku yang merupakan indikator dari self-consciousness yang kemudian ter- konstruksi menjadi tujuh macam perilaku. Kemudian, dilakukan penelitian pilot yang menghasilkan kesimpulan adanya tiga aspek dari self-consciousness, meliputi :
-
Private self-consciousness yaitu aspek yang menunjukkan kecenderungan in- dividu untuk fokus terhadap pikiran dan perasaannya. Konsep ini serupa dengan teori Jung mengenai introversi. Pribadi introvert umumnya berorientasi terhadap dunia yang ada di dalam dirinya yang terdiri dari ide dan gagasan. Namun perbe- daannya, individu dengan private self-consciousness yang tinggi secara spesifik memfokuskan ide dan gagasannya hanya pada dirinya sendiri (the self).
-
Public self-consciousness didefinisikan sebagai kesadaran diri sebagai objek sosial yang memiliki efek terhadap orang lain. Konsep ini berhubungan dengan konsep self-consciousness yang diungkap oleh Mead (1934, dalam Fenigstein, Scheier,& Buss, 1975). Maka disimpulkan bahwa public self-consciousness merupakan individu yang menyadari pandangan orang lain sehingga mampu me- mandang dirinya sebagai objek sosial.
-
Social anxiety merupakan ketidaknyamanan terhadap kehadiran orang lain. Berbeda dengan dua aspek sebelumnya yang merupakan proses pengarahan fokus atensi individu, social anxiety merupakan reaksi terhadap proses tersebut. Ketika atensi mengarah ke dalam diri, seseorang dapat menemukan suatu hal yang mem- buat Ia menjadi cemas. Sedangkan, ketika individu menjadi lebih peka terhadap dirinya sebagai objek sosial, individu cenderung akan mengevaluasi dirinya dan menjadi cemas terhadap pandangan orang lain terhadap dirinya.
Pengukuran Self-Consciousness
Self-consciousness dapat diukur menggunakan Self-consciousness Scale (Fenigstein, Scheier,& Buss, 1975) yang merupakan kuesioner yang terdiri dari 23 item pernyataan yang mengukur perbedaan individu dalam private dan public self- consciousness . Dalam mengukur kedua perbedaan tersebut, skala ini juga menambahkan dimensi social anxiety yang dianggap sebagai reaksi dari proses self-consciousness (Fenigstein, Scheier,& Buss, 1975).
Namun, skala pengukuran ini dianggap terlalu membingungkan bagi partisipan yang bukan merupakan mahasiswa, sehingga Carver & Scheier (1985) mengembangkan The Self-consciousness Scale: A Revised Version for Use with General Populations. Terdapat beberapa perubahan yang dilakukan oleh Carver & Scheier (1985), diantaranya mengubah istilah-istilah yang sulit dimengerti istilah yang lebih sederhana dan juga memodifikasi kalimat agar lebih sesuai mengukur aspek yang ingin diukur.
The Self-consciousness Scale: A Revised Version for Use with General Populations terdiri dari 22 item pernyataan dengan menggunakan format jawaban 3=sangat sesuai, 2=cukup sesuai, 1=Tidak terlalu sesuai dan 0=sama sekali tidak sesuai.