Apa yang dimaksud dengan Peumonia?

Radang paru-paru atau pneumonia adalah kondisi inflamasi pada paru—utamanya memengaruhi kantung-kantung udara mikroskopik yang dikenal sebagai alveolus.

Kondisi ini biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri dan lebih jarang mikroorganisme lainnya, obat-obatan tertentu, dan kondisi lain seperti penyakit autoimun.

Apa yang dimaksud dengan Peumonia ?

Peumonia adalah inflamasi atau infeksi parenhim paru terutama pada bronchielos dan alveoli (Ball & Bindler, 2003). Pneumonia adalah peradangan pada parenhim paru (Nursalam, 2005).

Penyebab


Penyebab awal pneumonia adalah bakteri, virus atau mycoplasma. Organisme yang paling umum RSV, virus parainfluenza, adenovirus, enterovirus dan pneumococcus. Pada anak-anak dengan gangguan imun maka akan mudah terserang bakteri, parasite dan fungal.

Patofisiologi


Pneumonia terjadi akibat penyebaran kuman infeksi dari traktus respiratorius atas ke traktus respiratorius bawah melalui aliran darah. Mekanisme pertahanan meliputi reflek batuk, rambut mukosa, pagositosis oleh makrofag alveolus, reaksi peradangan dan respons imun dalam melindungi seseorang dari menghirup kuman yang pathogen.

Kuman pathogen ini menginvasi/menyerang seseorang dengan mengeluarkan toksin kemudian menstimulasi dan merusak mekanisme pertahanan. Toksin yang dihasilkan merusak daya tahan tubuh di bagian membrane mukosa paru sehingga menyebabkan akumulasi debris dan eksudat di jalan nafas, sehingga akan mengakibatkan perbandingan ventilasi dan perfusi tidak normal.

Pneumonia lobaris meliputi satu atau lebih lobus yang terserang, Pneumonia interstitial meliputi dinding alveolus, peribrochial dan jaringan interlobular dan pneumonia bronchial meliputi bronchus dan seluruh paru (Potts dan Mandleco, 2007).

  1. Manifestasi klinis
    Tanda dan gejala anak yang terkena pneumonia adalah peningkatan suhu tubuh, rocnhi, wheezing (mengi) atau rale, batuk disertai produkasi sputum, dyspnea, tachypnea, dan peningkatan suara nafas. Cyanosis central maupun perifer, retraksi substernal, subcostal dan intercostal (Potts dan Mandleko, 2007).

  2. Pemeriksaan diagnostik
    Pemeriksaan di laboratorium atau pemeriksaan diagnostic dilakukan untuk menegakkan diagnosa pneumonia, pemeriksaan meliputi:

    • Pulse Oximetry biasanya menunjukan saturasi oksigen tampak menurun atau normal.

    • Pemeriksaan rontgen, tergantung kuman penyebab dan usia anak. Pada bayi dan anak yang masih muda tampak ada infiltrasi dan konsolidasi paru.

    • Kultur sputum untuk menentukan kuman penyebab.

    • Pemeriksaan sel darah putih biasanya meningkat pada pneumonia yang disebabkan bakteri.

  3. Pneumonia berdasarkan MTBS
    Menurut World Health Organization (2008), pneumonia ditujukan dalam penanggulangan penyakit ISPA. Pneumonia diklasifikasikan sebagai pneumonia sangat berat, pneumonia berat, pneumonia dan bukan pneumonia, berdasarkan ada tidaknya tanda bahaya, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan frekwensi nafas dan dengan pengobatan yang spesifik untuk masing-masing derajat penyakit.

    Dalam MTBS, anak dengan batuk diklasifikasikan sebagai penyakit sangat berat (pneumonia berat) dan anak harus dirawat inap. Pneumonia dimana anak berobat jalan. Dan batuk bukan pneumonia yang cukup diberi nasihat untuk perawatan di rumah. Derajat keparahan dalam diagnose pneumonia dibagi menjadi pneumonia berat yang harus di rawat inap dan pneumonia ringan hanya dengan rawat jalan.

  • Pneumonia Ringan

    1. Diagnosis
      Pada pneumonia ringan apabila pada diagnosis ditemukan:
    • Di samping batuk atau kesulitan bernafas, hanya terdapat nafas cepat saja. Nafas cepat:**

      • Pada anak umur 2 bulan - 11 bulan : ≥50 kali/menit
      • Pada anak umur 1 tahun - 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
    • Pastikan anak tidak mempunyai tanda-tanda pneumonia berat.

    1. Tata Laksana
    • Anak dirawat jalan.

    • Beri antibiotik: kotrimoksasol ( 4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari atau amoksilain (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari.

    • Tindak lanjut:
      Anjurkan ibu untuk memberi makan anak, nasehati ibu untuk membawa kembali anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat jika keadaan anak memburuk atau bila anak tidak bisa minum atau menyusu. Ketika anak kembali, jika pernafasannya membaik (melambat), demam berkurang, nafsu makan membaik maka lanjutkan pengobatan sampai seluruhnya 3 hari.

  • Pneumonia Berat
    Pada pneumonia berat, jika pernafasan, demam dan nafsu makan tidak ada perubahan maka ganti ke antibiotik lini kedua dan anjurkan ibu untuk kembali 2 hari lagi. Jika ada tanda-tanda pneumonia berat maka anak harus rawat di rumah sakit dan tangani sesuai pedoman dibawah ini.

  1. Diagnosis
    Pada diagnosis pneumonia berat apabila ditemukan batuk dan atau kesulitan bernafas ditambah minimal salah satu manifestasi klinis di bawah ini:

    • Kepala terangguk-angguk.
    • Pernafasan cuping hidung.
    • Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
    • Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrate luas, kosolidasi, dan lain-lain).

    Selain itu didapatkan pula tanda-tanda berikut ini:

    • Nafas cepat:
      o Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
      o Anak umur 2 -11 bulan : ≥ 50 kali/menit
      o Anak umur 1 - 5 tahun : ≥ 40 kali/menit

    • Suara merintih (grunting) pada bayi muda.

    • Pada auskultasi terdengar: crackles (ronki), suara pernafasan menurun, suara pernafasan bronchial.

    Dalam keadaan yang sangat berat dapat ditemukan:

    • Tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya.
    • Kejang, letargi atau tidak sadar.
    • Sianosis dan distress pernafasan berat.
      Pada kondisi anak di atas ini maka tatalaksana pengobatan dapat berbeda (misal pada pemberian oksigen dan jenis obat antibiotik).
  2. Tata Laksana
    Pada pneumonia berat maka anak harus dirawat dirumah sakit
    a. Terapi Antibiotik

    • Beri ampisilin/amoksilin (25-50 ml/kgBB IV atau IM setiap 8 jam), dan harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila anak memberi respons yang baik maka diberikan 5 hari. Selanjutnya terapi dilanjutkan di rumah atau di rumah sakit dengan amoksilin oral (15 mg.kgBB/kali tiga kali sehari).

    • Bila kondisi klinis anak memburuk sebelum 48 jam atau terdapat kondisi yang berat (tidak dapat menyusu atau minum/makan atau memuntahkan semuanya, kejang, letargi atau tidak sadar, sianosis, distress pernafasan berat), maka ditambah kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam)

    • Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen dan pengobatan kombinasi ampisilin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.

    • Sebagai alternatif, beri septriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV sekali sehari).

    • Bila anak tidak membaik dalam 48 jam, maka bila memungkinkan buat foto dada.

    • Apabila diduga pneumonia stafilokokal, maka ganti antibiotic dengan gentamisin (7.5 mg/kgBB IM satu kali sehari) dan kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam). Bila keadaan anak membaik lanjutkan kloksasilin secara oral 4 kali/hari sampai secara keseluruhan mancapai 3 minggu atau klindamisin secara oral selama 2 minggu.

    b. Terapi Oksigen

    • Berikan oksigen pada semua anak dengan pneumonia berat.

    • Bila tersedia pulse oxymetri, gunakan panduan sebagai panduan untuk terapi oksigen (berikan pada anak dengan saturasi oksigen < 90%, bila tersedia oksigen yang cukup). Lakukan ujicoba tanpa oksigen setiap harinya pada anak yang stabil. Hentikan pemberian oksigen bila saturasi tetap stabil > 90%. Pemberian oksigen setelah saat ini tidak berguna.

    • Gunakan nasal prongs, kateter nasal, atau kateter nasofaringeal. Penggunaan nasal prongs adalah metode untuk menghantarkan oksigen pada bayi muda. Masker wajah atau masker kepala tidak direkomendasikan. Oksigen harus tersedia secara terus-menerus setiap waktu.