Apa yang dimaksud dengan Pengaruh Sosial Normatif atau normative social influence?

Pengaruh sosial (social influence) adalah usaha untuk mengubah sikap, kepercayaan (belief), persepsi, atau pun tingkah laku satu atau beberapa orang lainnya.

Apa yang dimaksud dengan Pengaruh Sosial Normatif atau normative social influence?

Normative social influence adalah pengaruh orang lain yang memicu kita untuk berkonformitas agar disukai dan diterima oleh mereka. Individu berkonformitas karena mereka tidak ingin dikucilkan karena ia berbeda dengan orang-orang di sekitarnya. Ia bertindak sebagaimana yang diharapkan oleh kelompoknya untuk menghindari penolakan atau agar tidak dianggap remeh oleh kelompoknya, walaupun sebenarnya ia tidak sependapat atau tidak setuju dengan mereka. Aronson, Wilson, dan Akert (2010)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Normative Social Influence

Walaupun konformitas adalah sebuah hal yang umum, orang-orang tidak selalu tunduk pada konformitas. Aronson, Wilson, dan Akert (2010) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan normative social influence:

  • Ukuran Kelompok

    Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, diketahui bahwa normative social influence akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah kelompok, namun akan menurun setelah jumlah anggota mencapai empat atau lima (Bond, 2005; Campbell & Fairey, 1989; Gerard, Wilhelmy, & Connolley, 1968; Asch, 1955, dalam Aronson, Wilson, & Akert, 2010)

  • Signifikansi Kelompok

    Tekanan normatif akan lebih kuat jika datang dari orang-orang yang kita cintai, hargai, dan kita jaga pertemanannya. Oleh karena itu, preferensi kita terhadap sebuah kelompok dapat mempengaruhi konformitas. Sebuah kelompok yang memiliki keterkaitan lebih dalam terhadap kita akan memiliki pengaruh yang lebih besar daripada kelompok yang memilki ikatan yang kecil terhadap kita. (Abrams, Wetherell, Cochrane, Hogg, & Turner, 1990; Guimond, 1999; Hogg, 1992; Nowak, Szamrej, & Latane, 1990; Wolf, 1985, dalam Aronson, Wilson, dan Akert, 2010)

  • Kekompakan Kelompok

    Normative Social Influence sangat terasa kuat ketika semua orang dalam kelompok mengatakan atau meyakini hal yang sama. Menolak keyakinan yang sedemikian menyatu sangatlah sulit atau bahkan tidak mungkin.

  • Budaya Kelompok

    Dalam penelitian menggunakan metode garis Asch yang dilakukan terhadap 17 negara, para peneliti menemukan bahwa nilai-nilai budaya mempengaruhi normative social influence (Bond & Smith, 1996). Responden yang tinggal dalam budaya kolektivisme menunjukkan konformitas yang lebih tinggi daripada responden dengan budaya individualisme. Karena budaya kolektif lebih menekankan kepentingan kelompok, bukan individual, masyarakat dalam budaya kolektivisme menjunjung tinggi normative social influence karena hal tersebut meningkatkan harmoni dan hubungan yang saling mendukung diantara anggota kelompok.

Dampak Normative Social Influence

Reisman (Monks, 2002) menekankan bahwa semakin besar konformitas yang terjadi akibat normative social influence maka semakin besar tekanan yang mereka alami. Maka dampak negatif pun akan muncul meskipun aturan dalam kelompok tersebut positif. Hal itulah yang membuat mereka sulit mencapai keyakinan diri dan kehilangan identitas diri.

Sedangkan Aronson, Wilson, dan Akert (2010) menyatakan bahwa dengan lingkungan yang tepat, konformitas memungkinkan seseorang untuk mengadopsi perilaku yang pantas untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Konformitas mempengaruhi bentuk dan memelihara norma sosial dan membantu masyarakat untuk berfungsi dengan baik.

Pengaruh normatif mengacu pada kenyataan bahwa orang kadang mengubah perilaku, pikiran, atau nilai-nilai mereka untuk disukai dan diterima oleh orang lain. Ini menghasilkan konformitas, dalam bentuk individu yang mengubah ucapan atau perilaku mereka menjadi lebih seperti apa yang mereka anggap sebagai norma.

Pada tingkat individu, faktor penting yang mengarah ke pengaruh normatif adalah keinginan untuk membentuk kesan yang baik dan takut malu. Pengaruh normatif paling kuat ketika seseorang peduli dengan kelompok yang memberikan pengaruh dan ketika perilaku dilakukan di depan anggota kelompok itu. Ini adalah salah satu fenomena paradigmatik psikologi sosial karena melambangkan dampak dunia sosial pada pemikiran dan tindakan individu.

Pengaruh normatif memiliki citra yang agak negatif dalam budaya industri Barat yang menghargai diri sendiri dan nilai-nilai individualistis, dan di mana menjadi dapat dipengaruhi dipandang sebagai cacat karakter.

Pada kenyataannya, pengaruh normatif mengatur kehidupan sehari-hari orang lebih daripada yang mereka kenal. Kebanyakan orang tidak menaruh perhatian pada diktum majalah mode, namun sangat sedikit yang akan keluar berpakaian dengan cara yang orang lain mungkin anggap tidak pantas.

Selain itu, penelitian psikologi sosial telah menunjukkan kekuatan mengejutkan dan ruang lingkup pengaruh normatif: Misalnya, dapat menyebabkan kesesuaian dengan orang asing, itu dapat menyebabkan orang mengabaikan bukti indra mereka, dapat mempengaruhi masalah citra tubuh yang meluas dan gangguan makan karena cita-cita kecantikan yang tidak realistis, dan itu dapat memiliki konsekuensi bencana dalam kasus efek pengamat dan groupthink.

Seberapa Dalam Pengaruh Normatif?

Seberapa nyata perubahan yang ditimbulkan oleh pengaruh normatif? Beberapa peneliti berpendapat bahwa sementara pengaruh normatif hanya mengarah pada kepatuhan, perubahan perilaku yang dangkal dan sementara tanpa disertai perubahan dalam nilai atau kepercayaan, pengaruh informasi (serta pengaruh minoritas) lebih cenderung mengarah pada konversi, reorganisasi yang lebih dalam dari seseorang. persepsi dan sikap, dengan konsekuensi yang lebih tahan lama.

Ini disarankan karena pengaruh normatif tampaknya paling kuat ketika perilaku dilakukan secara terbuka di depan anggota kelompok yang menjalankan pengaruh, dan dengan pengamatan bahwa individu sering kembali ke sikap atau kepercayaan awal mereka begitu mereka keluar dari situasi pengaruh normatif.

Intuisi ini ditangkap dengan menggunakan bilik suara pribadi dalam pemilihan umum yang demokratis, mengakui bahwa sikap seseorang yang sebenarnya dapat dicemarkan ketika diungkapkan di hadapan orang lain, tetapi juga dengan asumsi bahwa hal itu dapat dihidupkan kembali secara terpisah.

Sebaliknya, pengaruh informasi dan minoritas telah ditemukan untuk menyebabkan perubahan bahkan dalam menanggapi secara pribadi, dan untuk perubahan yang masih dapat diamati lama setelah individu meninggalkan pengaturan pengaruh.