Apa yang dimaksud dengan Penerimaan Diri (Self-Acceptance)?

Penerimaan diri

Penerimaan diri (Self-acceptance) adalah suatu kemampuan individu untuk dapat melakukan penerimaan terhadap keberadaan diri sendiri. Hasil analisa atau penilaian terhadap diri sendiri akan dijadikan dasar bagi seorang individu untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam rangka penerimaan terhadap keberadaan diri sendiri.

Sikap penerimaan diri dapat dilakukan secara realistis, tetapi juga dapat dilakukan secara tidak realistis.

Sikap penerimaan realistis dapat ditandai dengan memandang segi kelemahan-kelemahan maupun kelebihan-kelebihan diri secara objektif.

Penerimaan diri tidak realistis ditandai dengan upaya untuk menilai secara berlebihan terhadap diri sendiri, mencoba untuk menolak kelemahan diri sendiri, mengingkari atau menghindari hal-hal yang buruk dari dalam dirinya, misalnya pengalaman traumatis masa lalu.

Apa yang dimaksud dengan Penerimaan diri (Self-acceptance) secara lebih mendalam ?

1 Like

penerimaan diri

Penerimaan diri dapat diartikan sebagai suatu sikap memandang diri sendiri sebagaimana adanya dan memperlakukannya secara baik disertai rasa senang serta bangga sambil terus mengusahakan kemajuannya.

Selanjutnya, dijelaskan bahwa menerima diri sendiri perlu kesadaran dan kemauan melihat fakta yang ada pada diri, baik fisik maupun psikis, sekaligus kekurangan dan ketidak sempurnaan, tanpa ada kekecewaan. Tujuannya untuk merubah diri lebih baik.

Chaplin mengemukakan bahwa penerimaan diri adalah sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat sendiri, serta pengetahuan-pengetahuan akan keterbatasan-keterbatasan sendiri.

Penerimaan diri ini mengandaikan adanya kemampuan diri dalam psikologis seseorang, yang menunjukkan kualitas diri. Hal ini berarti bahwa tinjauan tersebut akan diarahkan pada seluruh kemampuan diri yang mendukung.

Kesadaran diri akan segala kelebihan dan kekurangan diri haruslah seimbang dan diusahakan untuk saling melengkapi satu sama lain, sehingga dapat menumbuhkan kepribadian yang sehat.

Hurlock menambahkan bila individu hanya melihat dari satu sisi saja maka tidak mustahil akan timbul kepribadian yang timpang, semakin individu menyukai dirinya maka ia akan mampu menerima dirinya dan ia akan semakin diterima oleh orang lain yang mengatakan bahwa individu dengan penerimaan diri yang baik akan mampu menerima karakter-karakter alamiah dan tidak mengkritik sesuatu yang tidak bisa diubah lagi.

Dijelaskan pula oleh Handayani, Ratnawati, dan Helmi, penerimaan diri adalah sejauh mana seseorang dapat menyadari dan mengakui karakteristik pribadi dan menggunakannya dalam menjalani kelangsungan hidupnya. Penerimaan diri ini ditunjukkan oleh pengakuan seseorang terhadap kelebihan-kelebihannya sekaligus menerima segala kekurangannya tanpa menyalahkan orang lain, serta mempunyai keinginan yang terus menerus untuk mengembangkan diri. Penerimaan diri mengacu pada kepuasan individu atau kebahagiaan terhadap diri, dan dianggap perlu untuk kesehatan mental.

penerimaan diri

Penerimaan diri melibatkan pemahaman diri, kesadaran yang realistis, memahami kekuatan dan kelemahan seseorang. Sehingga menghasilkan perasaan individu tentang dirinya, bahwa ia bernilai unik.

Calhoun dan Acocella menjelaskan bahwa penerimaan diri berhubungan dengan konsep diri yang positif, dimana dengan konsep diri yang positif, seseorang dapat menerima dan memahami fakta-fakta yang begitu berbeda dengan dirinya. Bahwa penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap diri sendiri, dapat menerima keadaan dirinya secara tenang, serta memiliki kesadaran penuh terhadap siapa dan apa diri mereka, selain itu dapat pula menghargai diri dan orang lain. Serta dapat menerima keadaan emosionalnya (depresi, marah, sedih, cemas, dan lain-lain) tanpa mengganggu orang lain.

Dalam kamus filsafat psikologi, penerimaan diri (self acceptance) adalah dukungan atau sambutan diri.

Referensi :

  • Chaplin, J.P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  • Hurlock.E. Adolescent Development, (4th ed.), (Internal Student Edition).1979.

Aderson (dalam Sugiarti, 2008) menyatakan bahwa penerimaan diri berarti kita telah berhasil menerima kelebihan dan kekurangan diri apa adanya. Menerima diri berarti kita telah menemukan karakter diri dan dasar yang membentuk kerendahan hati dan intergritas.

Ciri-ciri penerimaan diri.


Secara rinci Jersild (dalam Hurlock, 1974), menyebutkan ciri-ciri penerimaan diri adalah;

  • Orang yang menerima dirinya memiliki harapan yang realistis terha-dap
    keadaannya dan menghargai dirinya sendiri. Artinya orang tersebut mempunyai
    harapan yang sesuai dengan kemampuannya.

  • Yakin akan standar-standar dan pengatahuan terhadap dirinya tanpa
    terpaku pada pendapat orang lain.

  • Memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya dan tidak melihat pada dirinya sendiri secara irasional. Artinya orang tersebut memahami keterbatasannya, namun tidak mengeneralisasi bahwa dirinya tidak berguna.

  • Menyadari asset diri yang dimilikinya dan merasa bebas untuk menarik atau
    melakukan keinginannya.

  • Menyadari kekurangan tanpa menyalahkan diri sendiri. Orang yang menerima dirinya mengetahui apa saja yang menjadi kekurangan yang ada dalam dirinya.

Faktor-faktor yang membentuk penerimaan diri.


Menurut Hurlock (2008) ada beberapa factor yang membentuk penerimaan diri seseorang, yaitu;

  • Pemahaman diri (self understanding). Pemahaman diri merupakan persepsi diri yang ditandai oleh genuiness, realita, dan kejujuran. Semakin seseorang memahami dirinya, semakin baik penerimaan dirinya.

  • Harapan yang realistis. Ketika seseorang memiliki harapan yang realistis dalam mencapai sesuatu, hal ini akan mempengaruhi kepuasan diri yang merupakan esensi dari penerimaan diri. Harapan akan menjadi realistis jika dibuat sendiri oleh diri sendiri.

  • Tidak adanya hambatan dari lingkungan (absence of environment obstacles). Ketidakmampuan dalam mencapai tujuan yang realistis, dapat terjadi karena hambatan dari lingkungan yang tidak mampu dikontrol oleh seseorang seperti diskriminasi ras, jenis kelamin, atau agama. Apabila hambatanhambatan itu dapat dihilangkan dan jika keluarga, peer atau orang-orang yang berada disekelilingnya memberikan motivasi dalam mencapai tujuan, maka seseorang akan mampu memperoleh kepuasan terhadap pencapaiannya.

  • Sikap soaial yang positif. Jika seseorang telah memperoleh sikap sosial yang positif, maka ia lebih mampu menerima dirinya. Tiga kondisi utama menghasilkan evaluasi positif antara lain adalah:

    • tidak adanya prasangka terhadap seseorang,
    • adanya penghargaan terhadap kemampuan-kemampuan sosial
    • kesediaan individu mengikuti tradisi suatu kelompok sosial.
  • Tidak adanya stress yang berat. Tidak adanya stres atau tekanan emosional yang berat membuat seseorang bekerja secara optimal dan lebih berorientasi lingkungan daripada berorientasi diri dan lebih tenang dan bahagia.

  • Pengaruh keberhasilan. Pengalaman gagal dapat menyebabkan penolakan diri, sedangkan meraih kesusksesan akan menghasilkan penerimaan diri.

  • Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik. Sikap ini akan menghasilkan penilaian diri yang positif dan penerimaan diri. Proses identifikasi yang paling kuat terjadi pada masa kanak-kanak.

  • Perspektif diri yang luas. Seseorang yang memandang dirinya sebagaimana
    orang lain memandang dirinya akan mampu mengembangkan pemahaman diri daripada seseorang yang perspektif dirinya sempit.

  • Pola asuh yang baik pada masa anak-anak. Pendidikan di rumah dan sekolah sangat penting, penyesuaian terhadap hidup, terbentuk pada masa kanak-kanak, karena itulah pelatihan yang baik di rumah maupun sekolah pada masa kanak-kanak sangatlah penting.

  • Konsep diri yang stabil. Hanya konsep diri positif yang mampu mengarahkan seseorang untuk melihat dirinya secara tidak konsisten.

Penerimaan diri (Self-acceptance) ialah suatu kemampuan individu untuk dapat melakukan penerimaan terhadap keberadaan diri sendiri. Hasil analisa atau penilaian terhadap diri sendiri akan dijadikan dasar bagi seorang individu untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam rangka penerimaan terhadap keberadaan diri sendiri. Sikap penerimaan diri dapat dilakukan secara realistis, tetapi juga dapat dilakukan secara tidak realistis.

Sikap penerimaan realistis dapat ditandai dengan memandang segi kelemahan-kelemahan maupun kelebihan-kelebihan diri secara objektif. Sebaliknya penerimaan diri tidak realistis ditandai dengan upaya untuk menilai secara berlebihan terhadap diri sendiri, mencoba untuk menolak kelemahan diri sendiri, mengingkari atau menghindari hal-hal yang buruk dari dalam dirinya, misalnya pengalaman traumatis masa lalu.

Penerimaan diri dapat diartikan sebagai suatu sikap memandang diri sendiri sebagaimana adanya dan memperlakukannya secara baik disertai rasa senang serta bangga sambil terus mengusahakan kemajuannya. Selanjutnya, dijelaskan bahwa menerima diri sendiri perlu kesadaran dan kemauan melihat fakta yang ada pada diri, baik fisik maupun psikis, sekaligus kekurangan dan ketidak sempurnaan, tanpa ada kekecewaan. Tujuannya untuk merubah diri lebih baik.

Chaplin mengemukakan bahwa penerimaan diri adalah sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat sendiri, serta pengetahuan-pengetahuan akan keterbatasan-keterbatasan sendiri.

Penerimaan diri ini mengandaikan adanya kemampuan diri dalam psikologis seseorang, yang menunjukkan kualitas diri. Hal ini berarti bahwa tinjauan tersebut akan diarahkan pada seluruh kemampuan diri yang mendukung. Kesadaran diri akan segala kelebihan dan kekurangan diri haruslah seimbang dan diusahakan untuk saling melengkapi satu sama lain, sehingga dapat menumbuhkan kepribadian yang sehat.

Hurlock menambahkan bila individu hanya melihat dari satu sisi saja maka tidak mustahil akan timbul kepribadian yang timpang, semakin individu menyukai dirinya maka ia akan mampu menerima dirinya dan ia akan semakin diterima oleh orang lain yang mengatakan bahwa individu dengan penerimaan diri yang baik akan mampu menerima karakter-karakter alamiah dan tidak mengkritik sesuatu yang tidak bisa diubah lagi.

Dijelaskan pula oleh Handayani, Ratnawati, dan Helmi, penerimaan diri adalah sejauh mana seseorang dapat menyadari dan mengakui karakteristik pribadi dan menggunakannya dalam menjalani kelangsungan hidupnya. Penerimaan diri ini ditunjukkan oleh pengakuan seseorang terhadap kelebihan-kelebihannya sekaligus menerima segala kekurangannya tanpa menyalahkan orang lain, serta mempunyai keinginan yang terus menerus untuk mengembangkan diri. Penerimaan diri mengacu pada kepuasan individu atau kebahagiaan terhadap diri, dan dianggap perlu untuk kesehatan mental.

Penerimaan diri melibatkan pemahaman diri, kesadaran yang realistis, memahami kekuatan dan kelemahan seseorang. Sehingga menghasilkan perasaan individu tentang dirinya, bahwa ia bernilai unik.

Calhoun dan Acocella menjelaskan bahwa penerimaan diri berhubungan dengan konsep diri yang positif, dimana dengan konsep diri yang positif, seseorang dapat menerima dan memahami fakta-fakta yang begitu berbeda dengan dirinya. Bahwa penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap diri sendiri, dapat menerima keadaan dirinya secara tenang, serta memiliki kesadaran penuh terhadap siapa dan apa diri mereka, selain itu dapat pula menghargai diri dan orang lain. Serta dapat menerima keadaan emosionalnya (depresi, marah, sedih, cemas, dan lain-lain) tanpa mengganggu orang lain.

Dalam kamus filsafat psikologi, penerimaan diri (self acceptance) adalah dukungan atau sambutan diri. Penerimaan dari seseorang dalam mencapai kebahagiaandan kesuksesan.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimplkan bahwa penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap diri sendiri, mampu dan mau menerima keadaan diri baik kelebihan atau kekurangan, sehingga dapat memndang masa depan lebih positif.

Tanpa penerimaan diri, seseorang hanya dapat membuat sedikit atau tidak ada kemajuan sama sekali dalam suatu hubungan yang efektif. Menurut Carl Rogers mengatakan bahwa, biasanya, mereka yang merasa bahwa mereka merasa disukai, ingin diterima, mampu atau layak menerima. Orang yang menolak dirinya biasanya tidak bahagia dan tidak mampu membentuk dan menjaga hubungan baik dengan orang lain.

Handayani (2011) bahwa self acceptance (penerimaan diri) adalah sejauh mana seseorang dapat menyadari dan mengakui karakteristik pribadi dan menggunakannya dalam menjalani kelangsungan hidupnya. Penerimaan diri ini ditunjukkan oleh pengakuan seseorang terhadap kelebihannya sekaligus menerima segala kekurangannya tanpa menyalahkan orang lain dan mempunyai keinginan yang terus menerus untuk mengembangkan diri. Penerimaan diri mengacu pada kepuasan individu atas kebahagiaan terhadap diri, dan dianggap perlu untuk kesehatan menta

Karakteristik Self acceptance


Tingkah laku orang yang memiliki self acceptance dan tidak memiliki self acceptance tentu berbeda. Seseorang dikatakan memiliki self acceptance yang baik dapat dilihat dari perkataan dan perilakunya sehari-hari. Pada umumnya perilaku yang dimunculkannya lebih cenderung positif dan senang melakukan kegiatan yang berhubungan dengan banyak orang, sehingga akan berdampak positif terhadap kematangan pada dirinya. Beberapa karakteristik seseorang yang memiliki penerimaan diri menurut Ryff & Keyes (1995) yaitu:

  1. Memiliki penilaian realistis terhadap potensi-potensi yang dimilikinya

  2. Menyadari kekurangan tanpa menyalahkan diri sendiri

  3. Memiliki spontanitas dan tanggung jawab terhadap perilakunya

  4. Menerima kualitas-kualitas kemanusiaan tanpa menyalahkan diri terhadap keadaan-keadaan diluar kendali mereka

Hal terpenting ketika seseorang mampu menerima dirinya adalah ketika dapat menerima segala potensi yang ada pada dirinya, baik itu yang berkaitan dengan kelebihan ataupun dengan kelemahan/kekurangan, dan orang tersebut akan mudah untuk berinteraksi dengan orang lain karena bersedia menerima kritik ataupun penolakan dari orang lain dengan sikap positif. Terdapat beberapa komponen yang menentukan keberhasilan seseorang dalam melakukan perubahan dari penghayatan hidup tak bermakna menjadi hidup yang bermakna. Berdasarkan indikator komponen-komponen penerimaan diri yang dikemukakan oleh Shareer (1949) dan dimodifikasi oleh Berger (dalam Denmark, 1973) terdapat 9 domain self acceptance , yaitu :

  1. Sikap dan perilaku didasarkan nilai-nilai standar diri tidak dipengaruhi lingkungan luar

  2. Keyakinan dalam menjalani hidup

  3. Berani bertanggung jawab terhadap perilakunya

  4. Mampu menerima pujian dan kritik secara subjektif

  5. Tidak menyalahkan diri atas perasaannya terhadap orang lain

  6. Menganggap dirinya memiliki kemampuan sama dengan orang lain

  7. Tidak mengaharapkan penolakan orang lain

  8. Tidak menganggap dirinya berbeda dari orang lain

  9. Tidak malu atau rendah diri

Aspek Self acceptance


Pada umumnya, individu dengan penerimaan diri yang baik akan menunjukkan ciri-ciri tertentu dalam berfikir dan melakukan aktifitas kesehariannya. Individu yang dapat menerima dirinya secara utuh berarti individu tersebut mampu menerima secara positif aspek-aspek dalam diri, Grinder dalam Parista (2008), aspek-aspek penerimaan diri meliputi:

  1. Aspek Fisik
    Tingkat penerimaan diri secara fisik, tingkatan kepuasan individu terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara keseluruhan menggambarkan penerimaan fisik sebagai suatu evaluasi dan penilaian diri terhadap raganya, apakah raga dan penampilannya menyenangkan atau memuaskan untuk diterima atau tidak.

  2. Aspek Psikis
    Aspek psikis meliputi pikiran, emosi dan perilaku individu sebagai pusat penyesuaian diri (Calhoun & Acocella, 1990). Individu yang dapat menerima dirinya secara keseluruhan serta memiliki keyakinan akan kemampuan diri dalam menghadapi tuntutan lingkungan.

  3. Aspek Sosial
    Aspek sosial meliputi pikiran dan perilaku individu yang diambil sebagai respon secara umum terhadap orang lain dan masyarakat (Calhoun & Acocella, 1990). Individu menerima dirinya secara sosial akan memiliki keyakinan bahwa dirinya sederajat dengan orang lain sehingga individu mampu menempatkan dirinya sebagaimana orang lain mampu menempatkan dirinya

  4. Aspek Moral
    Perkembangan moral dalam diri dipandang sebagai suatu proses yang melibatkan struktur pemikiran individu dimana individu mampu mengambil keputusan secara bijak serta mampu mempertanggungjawabkan keputusan atau tindakan yang telah diamilnya berdasarkan konteks sosial yang telah ada Grinder dalam Marsya (2008)

Manfaat Self acceptance


Self acceptance (penerimaan diri) memliki peranan yang penting dalam interaksi sosial. Self acceptance dapat membantu individu dalam berinteraksi dengan individu lain, meningkatkan kepercayaan diri serta membuat hubungan menjadi lebih akrab karena individu tersebut menyadari bahwa setiap individu diciptakan sama yaitu memiliki kelebihan dan kekurangan. Tanpa self acceptance individu cenderung sulit untuk dapat berinteraksi dengan individu lain sehingga dapat berpengaruh buruk pada kepribadiaannya. Hurlock (1999) mengatakan bahwa “semakin baik seseorang dapat menerima dirinya, maka akan semakin baik pula penyesuain diri dan sosialnya”. Tanpa Self acceptance individu cenderung akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya.

Salah satu karakteristik dari individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik yaitu mampu mengenali kelebihan dan kekurangannya, biasanya memiliki keyakinan diri ( self confidence ), selain itu juga individu lebih dapat menerima kritik dibandingkan dengan orang yang kurang dapat menerima dirinya, dengan demikian orang yang memiliki penerimaan diri dapat mengevaluasi dirinya secara realistic sehingga dapat menggunakan semua potensinya secara efektif. Penerimaan diri biasanya disertai dengan adanya penerimaan dari orang lain dan merasa aman untuk memberikan perhatiannya pada orang lain seperti menunjukkan rasa empati. Individu yang memiliki penerimaan diri yang baik maka dapat dikatakan memiliki konsep diri yang baik pula, karena selalu mengacu pada gambaran ideal sehingga bisa menerima gambaran dirinya yang sesuai dengan realita.

Menurut Supratiknya (1995) menyebutkan,

“yang dimaksud dengan menerima diri adalah memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri, tidak bersikap sinis terhadap diri sendiri.”

Helmi (dalam Nurviana, 2010), penerimaan diri adalah sejauh mana seseorang dapat menyadari dan mengakui karakteristik pribadi dan menggunakannya dalam menjalani kelangsungan hidupnya. Sikap penerimaan diri ditunjukan oleh pengakuan seseorang terhadap kelebihan-kelebihan sekaligus menerima kelemahan-kelemahannya tanpa menyalahkan orang lain dan mempunyai keinginan yang terus-menerus untuk mengembangkan diri.

Manfaat Self-acceptance

Self-acceptance atau penerimaan diri memiliki peranan yang penting dalam interaksi sosial. Self acceptance dapat membantu individu dalam berinteraksi dengan individu lain, meningkatkan kepercayaan diri serta membuat hubungan menjadi lebih akrab karena individu tersebut menyadari bahwa setiap individu diciptakan sama, yaitu memiliki kelebihan dan kekurangan. Tanpa self acceptance , individu cenderung sulit untuk dapat berinteraksi dengan individu lain sehingga dapat berpengaruh buruk pada kepribadiannya.

Kemudian Hurlock (1999), membagi dampak dari penerimaan diri dalam 2 kategori, yaitu:

  1. Dalam penyesuaian diri

  2. Dalam penyesuaian sosial

Orang yang memiliki penyesuaian diri, mampu mengenali kelebihan dan kekurangannya. Salah satu karakteristik dari orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik adalah lebihmengenali kelebihan dan kekurangannya, biasanya memiliki keyakinan diri ( self confidence ). Orang yangmemiliki penerimaa diri akan merasa aman untuk memberikan perhatiannya pada oranglain, seperti menunjukkan rasa empati.

Karakteristik individu Yang memiliki Self-acceptance

Allport (dalam Hjelle & Zeigler, 1992) mengungkapkan ciri-ciri seseorang yang mau menerima diri yaitu sebagai berikut :

  1. Memiliki gambaran yang positif tentang dirinya.

  2. Dapat mengatur dan dapat bertoleransi dengan rasa frustasi dan kemarahannya.

  3. Dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa memusuhi mereka apabila orang lain beri kritik.

  4. Dapat mengatur keadaan emosi mereka (depresi, kemarahan).

Sheerer (dalam Sutadipura, 1994) menyebutkan aspek-aspek penerimaan diri,yaitu :

  1. Kepercayaan atas kemampuannya untuk dapat menghadapi hidupnya.

  2. Menganggap dirinya sederajat dengan orang lain.

  3. Tidak menganggap dirinya sebagai orang hebat atau abnormal dan tidak mengharapkan bahwa orang lain mengucilkannya.

  4. Tidak malu-malu kucing atau serba takut dicela orang lain.

  5. Mempertanggung jawabkan perbuatannya.

  6. Mengikuti standard pola hidupnya dan tidak ikut-ikutan.

  7. Menerima pujian atau celaan secara objektif.

  8. Tidak menganiaya diri sendiri dengan kekangan-kekangan yang berlebihlebihan atau tidak memanfaatkan sifat-sifat yang luar biasa.

  9. Menyatakan perasaannya secara wajar.

Faktor Yang Mempengaruhi Self-acceptance

Hurlock (1999) mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerimaan diri adalah :

  1. Aspirasi realistis

  2. Keberhasilan

  3. Wawasan diri

  4. Wawasan sosial

  5. Konsep diri yang stabil

Menurut Allport (Baihaqi. 2008) penerimaan diri adalah toleransi individu atas peristiwa – peristiwa yang membuat frustasi atau menyakitkan sejalan dengan menyadari kekuatan – kekuatan pribadinya. Allport mengaitkan definisi ini dengan emotional security sebagai salah satu bagian dari beberapa bagian positif kesehatan mental.

Sedangkan Raimy (1948) mendefinisikan penerimaan diri sebagai suatu sistem persepsi yang dipelajari yang berfungsi sebagai suatu obyek di dalam lapangan persepsi. Sedikit berbeda bagi Mead (1934) penerimaan diri sebagai obyek yang timbul di dalam interaksi sosial sebagai suatu hasil perkembangan dari perhatian individu tersebut mengenai bagaimana orang lain bereaksi kepadanya.

Lebih lanjut Roger menerangkan bahwa penerimaan diri adalah organisasi dari persepsi – persepsi diri dan menjadi penentu yang paling penting dari respon terhadap lingkungannya.

Secara sederhana menurut Supratik bahwa penerimaan diri berkaitan dengan kerelaan membuka diri atau mengungkapkan pikiran, perasaan dan reaksi kepada orang lain (Penerimaan Diri Pada Laki – Laki Dewasa Penyandang Disabilitas Fisik Karena Kecelakaan, 2013).

Maksudnya penerimaan diri adalah individu yang memiliki pandangan yang realistik mengenai dunia sehingga memiliki pandangan yang lebih akurat mengenai potensi – potensi yang ada dalam dirinya, mampu menyempitkan jurang diri – ideal dan diri - rill, lebih terbuka terhadap pengalaman, lebih efektif dalam memecahkan masalah sendiri dan memiliki tingkat anggapan positif lebih tinggi sehingga dapat mengembangkan pandangan tentang siapa dirinya sesungguhnya (Penerimaan Diri Pada Laki – Laki Dewasa Penyandang Disabilitas Fisik Karena Kecelakaan, 2013).

Pendapat lain oleh Papalia, olds, fieldman (2004) menyatakan bahwa individu yang memiliki penerimaan diri berpikir lebih realistik tentang penampilan dan bagaimana dirinya terlihat dalam pandangan orang lain. Ini bukan berarti individu tersebut mempunyai gambaran sempurna tentang dirinya, melainkan individu tersebut dapat melakukan sesuatu dan berbicara dengan baik mengenai dirinya.

Menurut Chaplin (2004) penerimaan diri merupakan sikap yang mencerminkan perasaan seseorang sehubungan dengan kenyataan yang ada pada dirinya sehingga individu yang menerima diri sendiri dengan baik akan mampu menerima kelemahan atau kelebihan yang dimiliki. suatu sikap positif dimana seseorang menerima dirinya sendiri dan kenyataan, baik kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki.

Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri

Elizabeth (1974) mengemukakan sepuluh faktor yang mempengaruhi penerimaan diri individu yaitu :

1. Pemahaman tentang diri sendiri

Timbul dari kesempatan seseorang untuk mengenali kemampuan dan ketidakmampuannya serta mencoba menunjukkan kemampuannya. Semakin individu memahami dirinya, maka semakin besar penerimaan individu terhadap dirinya.

2. Harapan realistik

Timbul jika individu menentukan sendiri harapannya yang disesuaikan dengan pemahaman kemampuannya dan bukan diarahkan oleh orang lain. Dengan harapan realistik akan semakin besar kesempatan tercapainya harapan tersebut sehingga menimbulkan kepuasan diri

3. Tidak adanya hambatan di lingkungan

Harapan individu akan sulit tercapai bila lingkungan di sekitarnya tidak memberikan kesempatan atau bahkan menghalangi walaupun harapan individu sudah realistik

4. Sikap anggota masyarakat yang menyenangkan

Tidak adanya prasangka, adanya penghargaan terhadap kemampuan sosial orang lain dan ketersediaan individu mengikuti kebiasaan lingkungan

5. Tidak adanya gangguan emosional

Tidak adanya gangguan emosional akan membuat individu dapat bekerja sebaik mungkin dan merasa bahagia.

6. Pengaruh keberhasilan yang dialami

Keberhasilan yang dialami dapat menumbuhkan penerimaan diri (yang positif) sebaliknya kegagalan yang dialami mengakibatkan adanya penolak an diri

7. Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik

Individu yang mengidentifikasi diri dengan orang yang well adjusted , dapat membangun sikap yang positif terhadap diri sendiri dan bertingkah laku dengan baik, yang dapat menimbulkan penerimaan diri dan penilaian diri yang baik

8. Adanya perspektif diri yang luas

Yakni memperhatikan pandangan orang lain tentang diri yang luas ini diperoleh melalui pengalaman dan belajar

9. Pola asuh di masa kecil yang baik

Anak yang diasuh secara demokratis akan cenderung berkembang sebagai orang yang dapat menghargai dirinya sendiri.

10. Konsep diri yang stabil

Individu yang tidak memiliki konsep diri yang stabil (misalnya kadang menyukai diri dan kadang tidak menyukai diri) akan sulit menunjukkan pada orang lain siapa ia sebenarnya. Sebab ia sendiri ambivalen terhadap dirinya

Penerimaan diri merupakan sikap menerima seluruh keadaan diri terhadap masa lalu dan kehidupan sekarang baik fisik maupun non fisik yang ada pada diri tanpa syarat. Menurut Carl Rogers Tokoh Teori Humanistik (Fung, 2011) defined self-acceptance as unconditional positive regard for oneself, including one’s experiences, thoughts, feelings, and very being. Pengertian yang disampaikan oleh Rogers menjelaskan penerimaan diri adalah menerima diri apa adanya tanya syarat, termasuk pengalaman seseorang, pikiran, dan perasaan.

Menurut (Johnson, 2009) self-acceptance is viewing your-self and your actions with approval or satisfaction, or having a high regard for yourself or, conversely, a lack of cynicism about yourself. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa penerimaan diri adalah melihat diri sendiri dan tindakan diri sendiri dengan rasa puas, menghargai diri sendiri atau sebaliknya, kurang sifat sinis terhadap diri sendiri.

Individu untuk dapat menerapkan penerimaan diri tentu memerlukan suatu proses yang bertahap dan panjang, hal tersebut juga ditekankan oleh Allport (Feist & Feist, 2008) individu yang dewasa menerima diri apa adanya. Pada penjelasan Allport tersebut menerangkan bahwa individu yang telah mencapai masa dewasa mampu menerima diri apa adanya. Sehingga dapat dikatakan bahwa penerimaan diri dapat mulai dilakukan oleh seorang individu bila mulai memasuki masa awal dewasa.

Penerimaan diri yang apa adanya tentu mengakui kekurangan dan kelebihan yang ada, hal ini juga didukung oleh pengertian yang dijelaskan oleh Chaplin (2000) self acceptance (penerimaan diri) adalah sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat sendiri, dan pengakuan akan keterbatasan-keterbatasan sendiri.

Penerimaan diri juga dibangun melalui presepsi dari orang lain. Menurut A. Supratiknya (2009) penerimaan diri dibangun melalui pemahaman dari orang lain. Jika orang lain memandang berharga, maka diri sendiri juga akan memandang bahwa berharga.

Penerimaan diri adalah puas dan positif terhadap diri termasuk kehidupan masa lalu, dapat mengakui serta menerima kelebihan dan kekurangan diri, terbuka dengan diri termasuk menerima persepsi atau penilaian orang lain, melihat diri secara realistis.

Tingkat Penerimaan Diri

Penerimaan diri memiliki skor tinggi dan skor rendah sebagai bahan ukur untuk mengetahui tingkat penerimaan diri individu. Menurut Ryff (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009) penerimaan diri dibagi dalam skor tinggi dan skor rendah, yaitu:

  1. High Skor: possesses a positive attitude toward the self; acknowledges and accepts multiple aspects of self including good and bad qualities; feels positive about past life.

  2. Low skor: feels dissatisfield with self; is disappointed with what has occurred in past life; is troubled about certain personal qualities; wishes to be different than what he or she is.

Penjelasan dari Ryff tentang skor tinggi terdiri dari: memiliki sikap positif terhadap diri, mengakui dan menerima kualitas diri yang baik dan buruk, merasa positif tentang kehidupan masa lalu. Sedangkan untuk skor rendah terdiri dari: merasa tidak puas dengan diri, kecewa dengan yang telah terjadi di kehidupan masa lalu, bermasalah tentang kualitas pribadi tertentu, ingin menjadi berbeda dari diri.

Pentingnya Penerimaan Diri

Penerimaan diri merupakan hal yang penting bagi setiap individu karena dapat memberikan pengaruh dalam menjalani kehidupan. Menurut Johnson (2009) juga menyampaikan pentingnya penerimaan diri, yaitu:

  1. The more self-accepting you are, the greater your self-disclosure tends to be. The greater your self-disclosure, the more others accept you-and the more others accept you, the more you accept yourself.

  2. Considerable evidence abounds that self-acceptance and acceptance of others are related. If you thin well of yourself, you tend to think well of others,

  3. The more self-accepting you are, the more you tend to assume that others will like you, an expectation that often becomes a self-fulfilling prophecy.

Penjelasan yang disampaikan oleh Johnson menerangkan bahwa penerimaan diri itu penting karena pertama, semakin besar penerimaan diri maka keterbukaan diri cenderung besar. Hal tersebut tentunya akan berpengaruh pada sikap orang lain, karena semakin terbukanya seseorang terhadap orang lain maka orang lain semakin menerima diri.

Kedua, adanya keterkaitan antara penerimaan diri dan penerimaan dari orang lain, jadi semakin mampu untuk menerima diri maka penerimaan dari orang lain juga semakin baik. Ketiga, semakin menerima diri, maka diri sendiri cenderung menganggap orang lain menyukai diri sendiri.

Penerimaan diri adalah ungkapan senang dan puas terhadap kenyataan dirinya sendiri. Penerimaan diri juga merupakan sejauhmana seseorang dapat menyadari dan mengakui karakteristik pribadi dan menggunakannya dalam menjalani kelangsungan hidupnya. Penerimaan diri pada dasarnya merupakan perwujudan dari rasa puas, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap kemampuan yang ada pada dirinya, disamping itu individu yang menyadari akan keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya (Chaplin, 2009; Nurviana, 2006).

Aspek-aspek penerimaan diri
Hall & Lindzey (2010) mengemukakan aspek-aspek diri sebagai berikut:
a. Perasaan sederajat
Individu merasa dirinya berharga sebagai manusia yang sederajat dengan orang lain, sehingga individu tidak merasa sebagai orang yang istimewa atau menyimpang dari orang lain. Individu merasa dirinya kelemahan dan kelebihan seperti halnya orang lain.

b. Percaya kemampuan
Individu yang mempunyai kemampuan untuk menghadapi kehidupan. Hal ini tampak dari sikap individu yang percaya diri, lebih suka mengembangkan sikap baiknya dan mengeliminasi keburukannya dari pada ingin menjadi orang lain, oleh karena itu individu puas menjadi diri sendiri.

c. Bertanggung jawab
Individu yang berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya. Sifat ini tampak dari perilaku individu yang mau menerima kritik dan menjadikannya sebagai suatu masukan yang berharga untuk mengembangkan diri.

d. Orientasi keluar diri
Individu lebih mempunyai orientasi diri keluar dari pada ke dalam diri, tidak malu yang menyebabkan individu lebih suka memperhatikan dan toleran terhadap orang lain sehingga akan mendapatkan penerimaan sosial dari lingkungannya.

e. Berpendirian
Individu lebih suka mengikuti standarnya sendiri dari pada bersikap conform terhadap tekanan sosial. Individu yang mampu menerima diri mempunyai sikap dan percaya diri yang menurut pada tindakannya sendiri dari pada mengikuti konvensi dan standar dari orang lain serta mempunyai ide aspirasi dan pengharapan sendiri.

f. Menyadari keterbatasan
Individu tidak menyalahkan diri akan keterbatasannya dan mengingakri kelebihannya. Individu cenderung mempunyai penilaian yang realistik tentang kelebihan dan kekurangannya.

g. Menerima sifat kemanusiaan
Individu tidak menyangkal impuls dan emosinya atau merasa bersalah karenanya. Individu yang mengenali perasaan marah, takut dan cemas tanpa menganggapnya sebagai sesuatu yang harus diingkari atau ditutupi.

Ciri-ciri penerimaan diri
Ciri-ciri orang yang menerima dirinya, menurut Hurlock (2007) adalah :
a. Mempunyai keyakinan akan kemampuannya untuk menghadapi kehidupannya.
b. Menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan orang lain.
c. Berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya.
d. Menerima pujian dan celaan secara objektif.
e. Tidak menyalahkan dirinya akan keterbatasan yang dimilikinya ataupun mengingkari kelebihannya.

Faktor yang mempengaruhi penerimaan diri
Florentina (2008) mengemukakan tentang faktor-faktor yang berperan dalam penerimaan diri yang positif sebagai berikut :

a. Pemahaman diri
Pemahaman diri tidak hanya sebatas tentang pemahaman terhadap identitas diri, namun lebih dari itu. Pemahaman diri merupakan pemahaman sebagai diri pribadi, sosial, spiritual dan kelebihan serta kelemahan yang ada pada diri sendiri. Pemahaman diri merupakan langkah awal dalam pembentukan konsep dan kepribadian diri. Dari sini akan mewujudkan eksistensi dan eksplorasi diri pribadi. Malas, tidak mau bekerja; hanya ingin menikmati hidup tanpa usaha keras (Ridwan, 2011).

b. Adanya harapan-harapan yang realistik
Individu yang memiliki harapan yang tinggi akan lebih percaya diri serta terbiasa untuk berpikir mengenai keinginan dan rencana untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

c. Bebas dari hambatan lingkungan
Ketidakmampuan untuk mencapai tujuan yang realistik dapat disebabkan oleh ketidakmampuan individu yang bersangkutan untuk mengontrol adanya hambatan-hambatan dari lingkungan. Seseorang yang menyadari bahwa sebenarnya dia mampu, tetapi karena ada hambatan dari lingkungan (misalnya diskriminasi ras, gender,kepercayaan) akan sukar untuk memiliki penerimaan diri yang baik.

d. Sikap lingkungan seseorang
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek.

e. Ada tidaknya tekanan yang berat
Tekanan yang berat dan terus menerus seperti yang terjadi di lingkungan kerja atau di rumah, di mana kondisi emosi sedang tidak baik dapat mengakibatkan gangguan yang berat pada seseorang, sehingga tingkah laku orang tersebut dinilai menyimpang dan orang lain menjadi terlihat selalu dan menolak orang tersebut. Tidak adanya tekanan emosi membuat seseorang dapat melakukan yang terbaik dan dapat berpandangan keluar dan tidak memiliki pandangan hanya kedalam diri saja. Tanpa tekanan emosi juga dapat membuat seseorang santai dan bahagia. Kondisi-kondisi ini memberikan sumbangan positif bagi penilaian terhadap lingkungan sosial yang menjadi dasar terhadap penilaian diri sendiri dan terhadap penerimaan diri (Hurlock, 2007).

f. Frekuensi keberhasilan
Kegagalan yang sering menimpa menjadikan seseorang menolak dirinya sendiri. Sebaliknya, keberhasilan yang sering terjadi menumbuhkan penerimaan terhadap dirinya sendiri. Sering atau tidaknya berhasil yang terjadi dapat dinilai secara kuantitatif dan juga secara kualitatif. Secara kuantitatif berarti jumlah 24 terjadinya keberhasilan lebih banyak dari pada kegagalan. Secara kualitatif maksudnya, walaupun jumlah terjadinya kegagalan lebih banyak dari pada keberhasilan, namun keberhasilan yang terjadi tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting dan sangat berarti yang dapat melebihi julah kegagalan tersebut, baik dari penilaian masyarakat maupun diri sendiri (Florentina, 2008).

g. Ada tidaknya identifikasi seseorang
Individu yang mengidentifikasika diri dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik akan terpengaruh untuk mengembangkan tingkah laku positif terhadap hidupnya. Tingkah laku positif tersebut menandakan penilaian diri yang positif seta menunjukkan adanya penerimaan diri yang baik (Hurlock, 2007).

h. Perspektif diri
Pilihan perspektif yang diambil seseorang memiliki implikasi pada teori dan metodologi yang digunakan dan dikuasai serta dipahami seseorang dalam memahami suatu fenomena atau realitas. i. Latihan pada masa kanak-kanak. Meskipun bermacam-macam penyesuaian yang dilakukan oleh seseorang dapat mengubah secara radikal dan membuat hidupnya semakin baik, namun pusat dari konsep diri yang menentukan jenis penyesuaian diri yang akan dilakukan terletak pada masa kanak-kanak
(Husniyati, 2009). Konsep diri yang stabilKonsep diri adalah evaluasi individu mengenai diri sendiri penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan (Chaplin, 2009).