Apa yang dimaksud dengan oklusi atau oklusal?

Oklusi adalah hubungan statis antara gigi atas dan gigi bawah selama interkuspasi dimana pertemuan tonjol gigi atas dan bawah terjadi secara maksimal.

Apa yang dimaksud dengan oklusi ?

Oklusi merupakan hubungan statis antara gigi atas dan gigi bawah selama interkuspasi. Oklusi memiliki 2 aspek yaitu statis dan dinamis.

  • Statis mengarah kepada bentuk, susunan, dan artikulasi gigi geligi pada dan diantara lengkung gigi, dan hubungan antara gigi geligi dengan jaringan penyangga.

  • Dinamis, mengarah kepada fungsi sistem stomatognatik yang terdiri dari gigi geligi, jaringan penyangga, sendi temporomandibula, sistem neuromuskular dan nutrisi.8 Terdapat istilah oklusi normal dan oklusi ideal.

Menurut kamus kedokteran gigi, oklusi ideal merupakan keadaan beroklusnya setiap gigi, kecuali insisif sentral bawah dan molar ketiga atas, beroklusinya dengan dua gigi di lengkung antagonisnya dan didasarkan pada bentuk gigi yang tidak mengalami keausan.

Adapun, oklusi ideal tercapai ketika gigi memiliki overjet anterior dan posterior sebesar 2mm, dan overbite anterior sebesar 2mm dan midline gigi yang berhimpit. Namun, hal ini merupakan hal yang sulit dicapai dan tidak terlalu penting dibandingkan kebutuhan untuk mencapai efisiensi mastikasi.

Sedangkan oklusi normal merupakan oklusi yang memenuhi persyaratan fungsi dan estetik. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, diperlukan susunan gigi di dalam lengkung gigi teratur dengan baik dan keseimbangan fungsional sehingga estetis baik.

Oklusi dikatakan normal jika susunan gigi didalam lengkung teratur dengan baik, kontak proksimal dan marginal ridge baik, kurva Spee yang ideal, hubungan serasi antara gigi geligi rahang atas dan bawah, gigi dan tulang rahang terhadap tulang kranium dan otot di sekitarnya. Jadi, pada oklusi normal, akan tercapai hubungan yang baik antara gigi geligi, otot, dan sendi TMJ sehingga tercapainya efisiensi mastikasi yang baik.

Pada oklusi normal, ketika gigi berkontak maka terdapat interdigitasi maksimal serta overbite dan overjet yang minimal. Cusp mesio-bukal M1 RA berada di groove mesio-bukal M1 RB dan cusp disto-bukal M1 RA berada di celah antara M1 dan M2 RB dan seluruh jaringan periodontal secara harmonis dengan kepala dan wajah.

Kelas I pada klasifikasi Angle merupakan oklusi normal dengan melihat hubungan antara molar pertama. Oklusi dikatakan normal jika susunan gigi di dalam lengkung gigi teratur dengan baik, gigi dengan kontak proksimal yang baik, hubungan seimbang antara gigi dan tulang rahang terhadap kranium dan muskular disekitarnya, Curve of Spee normal dan ketika gigi berada dalam kontak oklusal, terdapat maksimal interdigitasi dan minimal overbite, serta overjet.

Apabila terjadi perubahan terhadap oklusi normal seperti yang terjadi pada kondisi kehilangan gigi, destruksi substansi gigi, migrasi gigi maka sebagai akibatnya antara lain maloklusi.

Oklusi Gigi
Gambar Oklusi Gigi

Oklusi adalah hubungan antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah di mana terdapat kontak sebesar-besarnya antara gigi-gigi tersebut.

Oklusi normal adalah hubungan yang harmonis antara gigi-gigi di rahang yang sama dan gigi-gigi di rahang yang berlainan di mana gigi-gigi dalam kontak yang sebesar-besarnya dan kondilus mandibularis terdapat dalam fossa glenoidea.


Gambar Perbandingan antara Mal-Oklusi dengan Normal Oklusi

Oklusi normal merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan yang baik dari alat pengunyah dan meliputi hal yang kompleks, antara lain :

  • Kedudukan gigi rahang atas dan rahang bawah dalam posisi normal.
  • Fungsi yang normal dari jaringan dan otot-otot pengunyah.
  • Hubungan persendian yang normal.

Oklusi merupakan hubungan statis antara gigi atas dan gigi bawah selama interkuspasi dimana pertemuan tonjol gigi atas dan bawah terjadi secara maksimal.

Oklusi Normal


Terdapat beberapa istilah yakni, “oklusi normal” dan “oklusi ideal”. Adapun, oklusi ideal tercapai ketika gigi memiliki overjet anterior dan posterior sebesar 2mm, dan overbite anterior sebesar 2mm dan midline gigi yang berhimpit.

Namun, hal ini merupakan hal yang sulit dicapai dan tidak terlalu penting dibandingkan kebutuhan untuk mencapai efisiensi mastikasi.

Oklusi dikatakan normal jika susunan gigi didalam lengkung teratur dengan baik, kontak proksimal dan marginal ridge baik, kurva Spee yang ideal, hubungan serasi antara gigi geligi rahang atas dan bawah, gigi dan tulang rahang terhadap tulang kranium dan otot di sekitarnya. Jadi, pada oklusi normal, akan tercapai hubungan yang baik antara gigi geligi, otot, dan sendi TMJ sehingga tercapainya efisiensi mastikasi yang baik.


Gambar Pola Oklusi Ideal

Pada oklusi normal, ketika gigi berkontak maka terdapat interdigitasi maksimal serta overbite dan overjet yang minimal. Cusp mesio-bukal M1 RA berada di groove mesio-bukal M1 RB dan cusp disto-bukal M1 RA berada di celah antara M1 dan M2 RB dan seluruh jaringan periodontal secara harmonis dengan kepala dan wajah. Apabila terjadi perubahan terhadap oklusi normal seperti yang terjadi pada kondisi kehilangan gigi, destruksi substansi gigi, migrasi gigi maka sebagai akibatnya antara lain maloklusi.

Bidang dan Lengkung Oklusal Imajiner


Ada beberapa faktor yang menentukan efisiensi oklusi pada gigi tetap asli, salah satunya adalah bidang oklusal. Bidang oklusal adalah permukaan imajiner yang menyentuh incisal edges insisif mandibula dan atau cusp tip kaninus dan cusp distobukal molar 2 mandibula.

Bidang Oklusal dan Kurva Spee dari Sisi Lateral
Gambar Bidang Oklusal dan Kurva Spee dari Sisi Lateral

Dalam tindakan pembuatan gigi tiruan, bidang oklusal merupakan pedoman yang penting dalam penyusunan gigi posterior dengan tujuan agar mastikasi menjadi efisien. Adapun, penyusunan gigi posterior rahang atas dimulai dari :

  • P1; sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal, cusp bukal menyentuh bidang oklusal dan cusp palatal terangkat sedikit.

  • P2; sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal, cusp bukal dan palatal menyentuh bidang oklusal.

  • M1; Cusp mesio-palatal menyentuh bidang oklusal, cusp mesio-bukal terangkat ±0,75mm dari bidang oklusal, dan cusp disto-palatal terangkat ±1 mm dari bidang oklusal.

  • M2; Cusp mesio-bukal setinggi cusp disto-bukal M1(terangkat ±1 mm), Cusp distobukal terangkat ± 1,5 mm, dan cusp mesio-palatal setinggi cusp disto palatal M1.

Penyusunan Gigi Posterior Rahang Atas
Gambar Penyusunan Gigi Posterior Rahang Atas

Karena adanya inklinasi sagital dari gigi-geligi posterior tersebut, maka bidang oklusal akan membentuk lengkung oklusal. Dari sisi lateral, penyusunan morfologis ini disebut kurva Spee dimulai dari kaninus hingga molar.

Ada 5 tipe lengkung oklusal yaitu normal (average), tajam (acute), datar (flat), terbalik (reverse) dan “two-level”. Dari ke lima kurva ini yang ideal adalah kurva normal.

Secara umum, kurva maksila dan mandibula sama dari molar sampai premolar pertama tetapi kemudian bervariasi tergantung besar supraoklusi gigi anterior. Pada beberapa individu, gigi posterior dan anterior terlihat memiliki dua level yang berbeda yakni, gigi posterior lebih rendah dan gigi anterior lebih tinggi. Keadaan ini disebut bidang oklusi “two-level”.

Lima tipe lengkung oklusal
Gambar Lima tipe lengkung oklusal: normal (A), tajam (B), datar ©, terbalik (D), dan two-level (E) Sumber: Minor Tooth Movement

Kurva Spee

Kurva Spee merupakan kurva anteroposterior dari permukaan oklusal rahang bawah, dimulai dari cusp tip kaninus mandibula– cusp tip bukal Premolar 1 dan 2 – cusp tip bukal Molar 1, 2, 3 - menyambung sampai ke tepi anterior ramus mandibula.

Dalam studi hubungan vertikal dan horizontal oklusi geligi, tercapainya keseimbangan fungsi oklusal selama pergerakan fungsional mandibula merupakan hal yang penting. Bersamaan dengan itu, pembentukan kembali kurva kompensasi atau kurva spee pada prosedur rehabilitasi bertujuan untuk mendapatkan keseimbangan oklusal yang maksimum. Kurva ini merupakan refleksi fraksional yang dimulai dari sendi TMJ, mengikuti bentuk anatomis fossa glenoid dan berhubungan dengan ukuran dan bentuk cusp gigi geligi.

Fungsi utama dari kurva Spee dipercaya memiliki fungsi biomekanikal selama pengunyahan makanan. Kurva ini penting untuk pergerakan yang efisien dari cusp-cusp gigi geligi untuk beroklusi sewaktu proses mastikasi sehingga gaya dan fungsi biomekanikal pengunyahan menjadi efisien. Pergerakan fungsional mandibula yang lain seperti gerak protrusif dan lateral juga sangat dipengaruhi kurva ini. Kurva Spee untuk rahang atas disebut juga sebagai kurva kompensasi.

Bullent Bayda dalam penelitiannya mengungkapkan klasifikasi kurva Spee berdasarkan kedalamannya menjadi; datar (kedalaman kurva ≤ 2mm), sedang atau normal (kedalaman kurva >2mm tetapi ≤ 4mm), dan dalam (kedalaman kurva >4mm). Namun begitu umumnya Kurva Spee pada setiap individu dengan gigi normal memiliki kedalaman rata-rata 1,5mm. H.Xu,dkk. mengungkapkan kurva Spee pada gigi normal memiliki radius rata-rata 83.4mm dan kedalaman rata-rata 1.9mm. sedangkan kurva kompensasi memiliki radius rata-rata 106.4mm dan kedalaman 1.6mm. Dengan demikian, bentuk kurva kompensasi adalah sedikit lebih datar dibandingkan Curve of Spee.

H.Xu dalam penelitiannya juga mengungkapkan kedalaman kurva Spee dapat diukur pada gigi permanen lengkap, overbite dan overjet 2-4 mm, tidak ada kelainan sendi temporomandibular atau kelainan kranioservikal, tidak ada restorasi yang ekstensif dan cast restoration, belum pernah dirawat ortodontik, tidak ada kondisi periodontal yang patologi dan secara klinis bentuk lengkung normal dengan gigi berjejal yang minimal. Pertama; buat garis referensi yaitu suatu garis yang menghubungkan cusp bukal kaninus dan cusp tip distobukal molar 2. Kemudian buat garis-garis yang tegak lurus dari garis referensi tersebut ke cusp tip gigi premolar 1 dan 2, molar 1 dan mesiobukal molar 2. Jarak yang paling besar merupakan kedalaman Kurva Spee.

Pengukuran kedalaman Curve of Spee
Gambar Pengukuran kedalaman Curve of Spee. Cusp tip ditandai dengan titik-titik hitam. Sumber: Jurnal of Prosthetic Dentistry.2004.08.023

Secara fisiologis, terdapat kecenderungan alami bahwa kurva ini akan semakin dalam pada masa pertumbuhan. Pertumbuhan RB ke arah bawah dan depan terkadang berlangsung lebih cepat dan lama daripada RA. Jadi, selama masa pertumbuhan, kedalaman kurva Spee masih akan berubah-ubah hingga kurva menjadi relatif stabil pada dewasa muda.

Perubahan Kurva Spee secara patologis dapat menyebabkan berbagai hal. Perubahan ini terjadi pada beberapa situasi seperti adanya geligi yang rotasi, tipping maupun ekstrusi. Melakukan restorasi terhadap gigi yang sudah mengalami perubahan pada bidang oklusal dapat mengakibatkan
terjadi gangguan gerak protrusive posterior. Gangguan tersebut selanjutnya akan memulai terjadinya aktivitas abnormal levator mandibula terutama otot masseter dan temporal yang selanjutnya dapat menyebabkan keausan, fraktur restorasi dan disfungsi TMJ.

Kedalaman kurva Spee dan kurva kompensasi merupakan hal yang penting dalam prosedur perawatan. Kurva Spee dapat dijadikan sebagai referensi dalam merekonstruksi oklusal pada kasus kehilangan gigi posterior sebagian atau seluruhnya. Tujuan utama yang paling penting adalah dalam hal ini adalah untuk mendapatkan stabilitas gigi tiruan. Perlu diperhatikan jika pada pasien yang telah mengalami penurunan dimensi vertikal, maka pembuatan cusp gigi yang tajam dengan kurva yang datar adalah kontraindikasi karena dapat mengurangi freeway space. Pembuatan cups yang tajam, dalam, dan curam yang tidak mengikuti kurva spee dalam bentuk fisiologis sebelumnya mengakibatkan pengaruh traumatik pada jaringan penyangga sehingga jaringan periodontal dan tulang resorpsi, dan kehilangan lebih lanjut pada gigi sisa.

Lengkung oklusal lainnya

Beberapa lengkung oklusal imajiner lain yang berkaitan antara lain kurva Wilson dan kurva monson.

  • Kurva wilson merupakan garis khayal yang terbentuk dari kontak cusp tip bukal dan lingual gigi molar dari setiap lengkung gigi pada pandangan frontal. Kurva ini tidak sama antara Molar 1, Molar 2 dan Molar 3.

  • Kurva Monson merupakan perluasan dari Kurva Spee dan Wilson ke semua cusp dan tepi insisal sampai geligi anterior. Namun begitu, kedua kurva ini jarang digunakan karena keterbatasan anatomis dalam hubungan fungsional.

Oklusi didefinisikan sebagai kontak interkuspal antara gigi geligi rahang atas dan rahang bawah dalam segala posisi dan pergerakan mandibula. Oklusi dikontrol oleh komponen neuromuskular dan sistem mastikasi, yaitu gigi, struktur periodontal, rahang atas dan rahang bawah, sendi temporomandibular, otot dan ligamen.

Oklusi Ideal


Oklusi ideal merupakan sebuah konsep hipotesis atau teoritis berdasarkan anatomi gigi dan jarang ditemukan di alam. Konsep bahwa ada yang ideal untuk setiap komponen oklusi gigi geligi, dari suatu pengetahuan di mana variasi, atau maloklusi bisa diukur, dimulai dari hasil penelitian Angle. Angle mengadakan penelitian mengenai oklusi statis pada posisi interkuspal, mendefinisikan hubungan ideal dari gigi-gigi molar pertama atas dan bawah tetap pada bidang sagital.

Houston et al. menyebutkan beberapa konsep oklusi ideal pada gigi permanen, yaitu:

  • Gigi geligi pada tiap lengkung rahang harus memiliki inklinasi mesiodistal dan bukolingual yang ideal dan hubungan aproksimal gigi yang benar pada setiap area kontak interdental.

  • Hubungan antar lengkung yang sedimikian rupa sehingga gigi geligi rahang bawah berkontak dengan gigi geligi rahang atas (kecuali gigi insisivus sentralis).

  • Ketika gigi geligi berada pada posisi interkuspal maksimum, mandibula harus berada pada posisi sentrik relasi, yaitu kedua kondilus mandibula berada pada posisi yang simetris dan terletak paling retrusi/posterior dalam fossa glenoidalis.

  • Hubungan fungsional pada pergerakan mandibula harus ideal. Khususnya ketika pergerakan lateral, harus ada kontak oklusal pada sisi kerja dengan tidak ada kontak oklusal pada sisi kontralateral, serta pada oklusi protrusi, kontak terjadi pada gigi insisivus, tetapi tidak pada gigi molar.

Oklusi Normal


Angle merupakan orang pertama yang menjelaskan definisi oklusi normal. Oklusi normal menurut Angle adalah ketika gigi molar rahang atas dan rahang bawah berada dalam suatu hubungan di mana puncak cusp mesiobukal molar rahang atas berada pada groove bukal molar rahang bawah, serta gigi tersusun rapi dan teratur mengikuti garis kurva oklusi. Sedangkan oklusi normal menurut Houston et al. adalah oklusi ideal yang mengalami penyimpangan yang masih dapat diterima dan tidak menimbulkan masalah estetik dan fungsional.

Andrew menyebutkan enam kunci oklusi normal berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya terhadap 120 model studi pasien tanpa perawatan ortodonti dengan oklusi normal. Bila satu atau beberapa ciri ini tidak tepat, hubungan oklusal dari gigi geligi tidaklah normal.

Keenam ciri-ciri oklusi normal tersebut adalah:

  1. Hubungan yang tepat dari gigi molar pertama permanen pada bidang sagital.
  2. Angulasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang transversal.
  3. Inklinasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang sagital.
  4. Tidak adanya rotasi gigi-gigi individual.
  5. Kontak yang akurat dari gigi-gigi individual dalam masing-masing lengkung gigi, tanpa diastema maupun berjejal.
  6. Bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung.