Apa yang dimaksud dengan Kuantitas pemesanan yang ekonomis (economic order quantity)?

Kuantitas pemesanan yang ekonomis adalah jumlah pembelian yang paling ekonomis (Economical Order Quantity = EOQ)

Jumlah setiap kali pembelian bahan yang disertai biaya minimal = jumlah pembelian bahan yang paling ekonomis

Apa yang dimaksud dengan Kuantitas pemesanan yang ekonomis (economic order quantity) ?

Economic Order Quantity (EOQ) merupakan jumlah persediaan yang harus dipesan pada suatu saat dengan tujuan untuk mengurangi biaya persediaan tahunan. Pada saat EOQ, biaya pemesanan selama setahun akan sama dengan biaya penyimpanan selama setahun.

Beberapa elemen yang mempengaruhi EOQ adalah sebagai berikut:

  1. Harga beli dan ongkos angkut.

  2. Biaya pemesanan (ordering cost), merupakan biaya yang terjadi dalam rangka melaksanakan kegiatan pemesanan bahan.

  3. Biaya penyimpanan (carrying cost), merupakan biaya yang terjadi dalam rangka melaksanakan kegiatan penyimpanan bahan, antara lain: biaya sewa gudang, biaya asuransi bahan, biaya administrasi gudang serta biaya atas rusak dan usangnya bahan.

  4. Kebutuhan bahan baku selama setahun.

Rumus EOQ:

image

dimana:
RU : Required unit (kebutuhan bahan baku setahun)
CO : Cost per order (biaya pemesanan per pesanan)
CU : Cost per unit (harga beli bahan baku per unit)
CC : Carrying cost (biaya penyimpanan dan biasanya dinyatakan dalam persentase)

Frekuensi pemesanan pembelian dalam satu tahun = RU / EOQ
Biaya pemesanan setahun = CO x RU / EOQ
Biaya penyimpanan/pemilikan setahun = EOQ / 2 x CU x CC
Persediaan rata-rata (average inventory) = EOQ / 2
Persediaan maksimum normal = EOQ + SS
Persediaan maksimum absolut = (EOQ + SS) + {(pemakaian maksimum – pemakaian normal) x lead time}

Contoh perhitungan EOQ:

Selama tahun 2011 PT ABC menganggarkan penjualan sebanyak 8.500 unit. Persediaan barang jadi awal tahun sebesar 1.000 unit dan persediaan barang jadi akhir tahun sebesar 500 unit. Unit produk jadi membutuhkan 3 unit bahan baku. Harga beli bahan baku per unit adalah Rp 10.000. Biaya pemesanan per pesanan Rp 750.000. Biaya penyimpanan sebesar 10% dari persediaan rata-rata per unit.

Berapakah EOQ-nya?

Jawab:

image

Kebutuhan bahan adalah 24.000 unit (3 unit bahan baku x 8.000 unit produksi)

image

Pembelian yang paling ekonomis: 24.000 unit / 6.000 unit = 4 kali

Berikut ini disajikan tabel perbandingan total biaya yang dikeluarkan untuk jumlah unit pesanan tertentu (dalam ribuan Rupiah):

Tabel Perbandingan total biaya yang dikeluarkan untuk jumlah unit pesanan tertentu
image

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pemesanan dalam jumlah 6.000 unit (sesuai dengan hasil perhitungan EOQ dalam contoh di atas) dengan 4 kali frekuensi pemesanan, mengeluarkan total biaya yang paling minimum.

Ringkasan

Sofia Prima Dewi, Septian Bayu Kristanto, Akuntansi Biaya, In Media

Menurut Handoko (2003) Economic Order Quantity (EOQ) merupakan suatu model yang menyangkut tentang pengadaan atau persediaan bahan baku pada suatu perusahaan.

Menurut Heizer dan Render (2009) Economic Order Quantity merupakan suatu teknik pengendalian persediaan yang meminimalkan total biaya pemesanan dan penyimpanan.

Dari pendapat-pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Economic Order Quantity merupakan suatu model untuk mengendalikan persediaan bahan baku yang dapat mengurangi biaya persediaan seperti biaya pemesanan dan penyimpanan.

Setiap perusahaan industri pasti memerlukan bahan baku demi kelancaran proses bisnisnya, bahan baku tersebut diperoleh dari supplier dengan suatu perhitungan tertentu. Dengan menggunakan perhitungan yang ekonomis tentunya suatu perusahaan dapat menentukan secara teratur bagaimana dan berapa jumlah material yang harus disediakan. Ketidakteraturan penjadwalan akan memberikan dampak pada biaya persediaan karena menumpuknya persediaan di gudang. Dengan demikian pengelolahan atau pengaturan bahan baku merupakan salah satu hal penting dan dapat memberikan keuntungan pada perusahaan.

Penggunaan metode Economic Order Quantity dapat membantu suatu perusahaan untuk menentukan jumlah unit yang dipesan agar tercapai biaya pemesanan dan biaya persediaan seminimal mungkin.

Rumus dasar Economic Order Quantity EOQ :

image

Menurut Heizer dan Render (2009), model Economic Order Quantity EOQ di atas dapat diterapkan jika asumsi-asumsi berikut ini dipenuhi :

  1. Tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan

  2. Adanya lead time, yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahui dan bersifat konstan

  3. Persediaan diterima dengan segera. Dengan kata lain, persediaan yang dipesan tiba dalam bentuk kumpulan produk, pada satu waktu

  4. Tidak ada pemberian diskon untuk pembelian dalam jumlah yang banyak

  5. Biaya variabel yang muncul hanya biaya pemasangan atau pemesanan dan biaya penyimpanan persediaan sepanjang waktu

  6. Keadaan kehabisan stok (kekurangan) dapat dihindari sama sekali jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.
    Secara grafis, model dasar persediaan ini dapat digambarkan sebagai berikut :

image
Gambar Model Dasar Persediaan

Freddy Rangkuti (2004) menyatakan bahwa Metode Economic Order Quantity (EOQ) merupakan metode yang digunakan untuk menentukan jumlah pembelian bahan mentah pada setiap kali pesan dengan biaya yang paling rendah.Hal tersebut juga didukung oleh Herlina (2007) yang menyatakan bahwa metode EOQ adalah metode untuk menentukan berapa jumlah pesanan yang paling ekonomis untuk satu kali pesan.

Dalam bukunya, Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen (2001) menjelaskan hubungan EOQ sebagai metode manajemen persediaan tradisional dengan biaya persediaan yang terkait didalamnya. Dikatakan bahwa jika persediaan bahan baku yang ada dalam perusahaan merupakan bahan baku yang dibeli dari luar dan bukan diproduksi atau dari dalam perusahaan, maka biaya yang terkait dengan persediaan diketahui sebagai biaya pemesanan (ordering costs) dan biaya penyimpanan (carrying costs).

  • Biaya pemesanan (ordering costs) merupakan biaya-biaya penempatan dan penerimaan pesanan. Contohnya adalah biaya memproses pesanan (biaya klerikan dan dokumen-dokumen), asuransi untuk pengiriman dengan kapal laut, dan biaya- biaya bongkar muatan.

  • Biaya penyimpanan (carrying costs) merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan persediaan.Termasuk didalamnya adalah asuransi, pajak persediaan, keusangan, dan biaya kesempatan dari dana-dana yang tersimpan dalam persediaan, biaya-biaya penanganan persediaan, dan biaya gudang.

Jika persediaan tidak diketahui dengan pasti, kategori ketiga dari biaya persediaan disebut biaya kekurangan persediaan (stock-out costs). Biaya kekurangan persediaan merupakan biaya-biaya yang timbul karena tidak memiliki produk disaat ada permintaan oleh pelanggan. Misalnya penjualan yang hilang, biaya ekspedisi (meningkatnya biaya transportasi, jam kerja lembur, dan sebagainya), dan biaya- biaya kegiatan produksi yang terputus.

Dalam bukunya, Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen (2001) menjelaskan pula alasan-alasan untuk menyimpan persediaan (baik bahan baku maupun barang jadi), yang mana hal ini sejalan dengan prinsip EOQ, yaitu:

  1. Untuk menghadapi ketidakpastian dalam permintaan sebagaimana diketahui bahwa adanya kemungkinan permintaan yang berfluktuasi, sehingga dapat memuaskan permintaan pelanggan (misalnya utuk memenuhi jatuh tempo pengiriman).

  2. Untuk menghindari fasilitas manufaktur yang tidak bisa bekerja lagi karena adanya kegagalan mesin, suku cadang yang rusak, suku cadang yang tidak tersedia, dan pengiriman suku cadang yang terlambat.

  3. Untuk mengambil keuntungan dari diskon-diskon.

  4. Untuk berjaga-jaga jika terjadi kenaikan harga di masa datang.

Seperti pernyataan Freddy Rangkuti (2004) dan Herlina (2007) sebelumnya, Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen (2001) menyatakan dalam metode EOQ dapat diketahui berapa banyak bahan baku yang harus dipesan atau diproduksi dan kapan seharusnya pemesanan dilakukan kembali.

Menurut Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen (2001) dan Herlina (2007), untuk menghitung berapa banyak bahan baku yang harus dipesan, digunakan rumus matematis EOQ sebagai berikut:

Biaya Total = Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan

image

TC = PD + (D/Q) x C +(Q/2) x H

Keterangan:

TC = Total biaya pemesanan dan biaya penyimpanan (dalam rupiah)
P = Biaya pemesanan setiap kali pesan (dalam rupiah)
D = Jumlah kebutuhan bahan per tahun (dalam unit)
C = Biaya penyimpanan per unit bahan baku (dalam rupiah)
Q = Jumlah unit yang dipesan setiap kali dilakukan pemesanan
H = Biaya penyimpanan atau penyimpanan tahunan per unit inventaris rata-rata

Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point – ROP)

Freddy Rangkuti (2004) menyatakan reorder point adalah titik pemesanan yang harus dilakukan suatu perusahaan sehubungan dengan adanya lead time dan safety stock. Seperti pernyataaan tersebut, Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen (2001) dan Herlina (2007) juga menyatakan bahwa reorder point merupakan titik waktu di mana pemesanan kembali harus dilakukan.

Dalam reorder point, EOQ menjawab pertanyaan kapan seharusnya pemesanan dilakukan. Reorder point atau titik waktu ini merupakan fungsi dari EOQ, waktu tunggu, dan tingkat di mana persediaan sudah habis. Waktu tunggu (lead time) merupakan waktu yang diperlukan untuk menerima kuantitas pesanan ekonomis ketika suatu pesanan dilakukan. Dapat dikatakan reorder point adalah saat persediaan mencapai titik di mana perlu dilakukan pemesanan kembali sehingga pesanan tiba ketika unit terakhir dari persediaan digunakan.
Dalam bukunya, Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen (2001) mengemukakan bahwa dengan mengetahui tingkat pemakaian persediaan (rate of usage) dan waktu tunggu, reorder point dapat dihitung sebagai berikut:

Reorder Point = Tingkat pemakaian persediaan dalam unit per hari x Waktu tunggu

Apabila tingkat pemakaian tidak diketahui secara pasti, maka untuk menghindari masalah ini perusahaan seringkali memilih untuk menyimpan persediaan pengaman (safety stock). Freddy Rangkuti (2004) dalam bukunya manajemen persediaan, menyatakan: safety stock adalah persediaan pengaman apabila penggunaan persediaan melebihi perkiraan. Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen (2001) juga dalam bukunya mengemukakan bahwa persediaan pengaman (safety stock) merupakan persediaan ekstra yang disimpan sebagai jaminan dalam menghadapi permintaan yang berfluktuasi.

Sehingga dapat dikatakan, safety stock yang disebut juga persediaan minimum, merupakan sejumlah unit persediaan yang ditambahkan dalam pembelian persediaan yang ekonomis yang digunakan untuk penjagaan atas permintaan pelanggan yang tidak umum atau leadtime yang lama.

Dengan adanya persediaan pengaman, titik pemesanan ulang (reorder point) dapat dihitung sebagai berikut :

Reorder Point = (Tingkat pemakaian rata-rata x Waktu tunggu) + Safety stock

Ada beberapa asumsi pada metode EOQ menurut Herlina (2007) dan Taufik Hidayanto (2007), yaitu:

  • Hanya satu item barang (produk) yang diperhitungkan.
  • Harga pembelian bahan per unit konstan.
  • Bahan yang dibutuhkan selalu tersedia dipasar setiap saat dibutuhkan.
  • Jumlah kebutuhan bahan tersebut relatif stabil sepanjang tahun.
  • Waktu tunggu (lead time) besifat konstan.
  • Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan.
  • Hanya ada 3 macam biaya, yaitu: harga barang, biaya simpan, dan biaya pesan.

Keunggulan dan Kelemahan Metode EOQ

Kartika Hendra (2009) mengemukakan bahwa keunggulan metode EOQ adalah:

  1. Dapat digunakan untuk mengetahui berapa banyak persediaan yang harus dipesan, dalam hal ini bahan baku, dan kapan seharusnya pemesanan dilakukan,

  2. Dapat mengatasi ketidakpastian permintaan dengan adanya persediaan pengaman (safety stock),

  3. Mudah diaplikasikan pada proses produksi secara massal,

  4. Lazim digunakan pada rumah sakit, yaitu pada persediaan obat.

Adapun kelemahan yang terdapat pada metode ini, yaitu menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis sementara karena paradigma untung-rugi diterapkan oleh mereka, sehingga penggunaan model ini menyebabkan berganti-ganti pemasok, dan hal ini dapat mengganggu proses produksi akibat relasi perusahaan dengan pemasok yang tidak berdasar pada hubungan kerjasama yang erat.

Metode EOQ mengasumsikan permintaan secara pasti dengan pemesanan yang dibuat secara konstan serta tidak adanya kekurangan persediaan. Tetapi dalam kenyataan asumsi-asumsi tersebut tidak dapat dipenuhi semuanya, karena kondisi dan keadaan yang terkadang bisa terjadi tiba-tiba. Oleh karena itu metode EOQ mengalami pengembangan yang disesuaikan dengan kondisi dan keadaan dari perusahaan itu sendiri.