Kecerdasan interpersonal atau bisa saja disebut sebagai kecerdasan sosial, baik kata interpersonal ataupun sosial hanya istilah penyebutan saja, namun keduanya menjelaskan hal yang sama.
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan menciptakan, membangun dan mempertahankan suatu hubungan antar pribadi (sosial) yang sehat dan saling menguntungkan (Safaria, 2005).
Kecerdasan interpersonal lebih dari kecerdasan-kecerdasan lain, kecerdasan interpersonal yang kuat menempatkan kita untuk kesuksesan sebaliknya kecerdasan interpersonal yang lemah akan menghadapkan kita pada rasa frustasi dan kegagalan terus menerus dan keberhasilan kita, kalaupun ada terjadi secara kebetulan saja (Hoerr, 2007).
Kecerdasan interpersonal memungkinkan kita untuk bisa memahami berkomunikasi dengan orang lain, melihat perbedaan dalam mood, temperamen, motivasi, dan kemampuan. Termasuk juga kemampuan untuk membentuk dan juga menjaga hubungan, serta mengetahui berbagai perasaan yang terdapat dalam suatu kelompok, baik sebagai anggota maupun sebagai pemimpin (Cambell, 2006).
Williams (2005) mengungkapkan bahwa kecerdasan Interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan baik dengan orang lain. Kemampuan ini melibatkan kemampuan ini penggunaan kemampuan verbal dan nonverbal, kemampuan kerjasama, menagemen konflik, strategi membangun konsensus, kemampuan untuk percaya, menghormati, memimpin, dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan umum. Gordon dan Huggins-Cooper (2013) menyebut kecerdasan interpersonal sebagai kecerdasan sosial, dengan memiliki kecerdasan sosial membantu kita untuk memahami perasaan, motivasi, dan intense orang lain.
Gardner (1999), mendefinsikan kecerdasan interpersonal sebagai: Interpersonal Intellegence is the ability to understand other people : what motivates them, how they work, how to work cooperatively with them (Gardner : 1999). Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan orang di sekitarnya, yang meliputi kemampuan mengerti dan memahami perasaan orang lain, menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga dapat bekerjasama dalam suatu team yang baik.
Menurut Amstrong (2005), kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain, kecerdasan interpersonal mencakup kemampuan membaca orang atau menilai orang lain, kemampuan berteman, dan keterampilan berinteraksi dengan orang dalam lingkungan baru. Adi W Gunawan (2006) mengungkapkan kecerdasan interpersonal meliputi kemampuan untuk membentuk dan mempertahankan suatu hubungan.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk membangun suatu hubungan yang meliputi kepekaan sosial yang ditandai dengan anak memiliki perhatian terhadap semua teman tanpa memilih- milih teman, pemahaman sosial yang ditandai dengan anak dapat menyelesaiakan konflik atau masalah walaupun dengan dibimbing guru, dan komunikasi sosial yang ditandai dengan anak dapat mengemukakan pendapat kepada teman tanpa didekati oleh teman terlebih dahulu.
Jadi kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain, kecerdasan interpersonal mencakup kemampuan membaca orang atau menilai orang lain, kemampuan berteman, dan keterampilan berinteraksi dengan orang dalam lingkungan baru (Amstrong : 2005).
Karakteristik kecerdasan interpersonal
Perkembangan dari kecerdasan Interpersonal ditentukan oleh kedekatan seorang individu dengan individu lain. Individu yang cerdas dalam interpersonalnya memiliki karakteristik tersendiri. Ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan Interpersonal menurut Amstrong (2002) adalah sebagai berikut :
- Mempunyai banyak teman
- Banyak bersosialisi di sekolah atau di lingkungan terlibat dalam kelompok di luar jam sekolah
- Berperan sebagai penengah keluarga ketika terjadi pertikaian
- Menikmati permaianan kelompok
- Berempati besar terhadap perasaan orang lain
- Dicari sebagai penasihat atau pemecah masalah oleh teman temannya
- Menikmati mengajari orang lain
- Tampak mempunyai bakat memimpin
Hal ini juga dikemukakan oleh Yuliani Nurani Sujiono (2012), bahwa karakteristik kecerdasan interpersonal mengacu pada keterampilan manusia, dapat dengan mudah membaca, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Menurut Amstrong (2003), terdapat beberapa karakteristik cara belajar anak yang memiliki kecenderungan kecerdasan interpersonal, sebagai berikut :
-
Cara berpikir anak biasanya dengan cara melemparkan gagasan kepada orang lain agar dapat belajar secara optimal dikelas dan dapat menciptakan komunikasi aktif dengan orang lain.
-
Kegemaran anak dalam proses belajar biasanya menjadi pemimpin, mengorganisasi kelompoknya, menghubungkan, menebarkan pengaruh, dan menjadi mediator.
-
Kebutuhan anak yang memliki kecerdasan interpersonal dalam belajarnya adalah teman-teman, permainan kelompok, pertemuan sosial, perlombaan, peristiwa sosial, perkumpulan, dan penasihat. Anak terlibat aktif dalam komunikasi dan jarang terlihat menyendiri.
Menurut Gordon dan Huggins-Cooper (2013), anak dengan kecerdasan interpersonal biasanya menyukai orang lain secara tulus, memiliki banyak teman, pandai mengatasi konflik, dan dapat berkomunikasi dengan anak-anak yang cenderung pemalu. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Campbell (2006) bahwa murid dengan kemampuan interpersonal yang baik biasanya suka berinteraksi dengan orang lain, baik dengan mereka yang lebih tua atau lebih muda dan kadang mereka menonjol sekali dalam kerja kelompok, usaha-usaha kelompok dan juga proyek kolaboratif.
Williams (2005) menyatakan anak dengan kecerdasan interpersonal yang kuat lebih suka bekerjasama daripada bekerja sendirian dan menunjukan keterampilan empati dan komunikasi yang baik diruang kelas, permainan kelompok, corat-coret dan proyek team dapat mendorong timbulnya kecerdasan interpersonal. Menurut Amstrong (2002), terdapat beberapa kriteria anak dengan kecerdasan interpersonal kurang baik, yaitu :
-
Malu bila bertemu dengan orang-orang baru. Hal ini juga terjadi pada anak-anak yang baru memasuki dunia sekolah, awal tahun ajaran baru biasanya masih banyak anak yang masih malu berkenalan atau memulai komunikasi dengan teman baru.
-
Sering kali mengalami kesalahpahaman atau bertengkar dengan orang lain. Anak biasanya hanya berpikir dari sisi dia sendiri dan tidak melihat cara berpikir orang lain atau sudut pandang orang lain sehingga sering menimbulkan kesalahpahaman.
-
Sering bersikap bermusuhan atau membela diri di depan orang lain.
-
Mempunyai kesulitan besar untuk berempati dengan orang lain.
Karena anak dengan kriteria seperti ini pada umumnya hanya memikirkan dirinya sendiri dan acuh dengan kondisi psikologi orang lain.
-
Mempunyai kesulitan dalam membaca suasana hati orang lain, maksud, dan motivasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak dengan kecerdasan interpersonal yang baik mempunyai karakteristik memiliki kemampuan berkomunikasi, memiliki banyak teman, pandai mengatasi konflik, menyukai permaianan kelompok, dan memiliki empati besar terhadap perasaan orang lain.
Dimensi Kecerdasan Interpersonal
Semua anak dapat mempunyai kecerdasan interpersonal yang tinggi, untuk itu membutuhkan bimbingan dari orang tua dan pendidik untuk mengembangkan kecerdasan interpersonalnya. Terdapat tiga dimensi kecerdasan interpersonal menurut Safaria (2005), yaitu kepekaan sosial (social sensivity), pemahaman sosial (social insight), dan komunikasi sosial (social communication).
-
Kepekaan sosial (social sensivity), kemampuan anak dalam mengamati perubahan reaksi pada orang lain, dimana perubahan tersebut ditunjukan secara verbal ataupun non verbal. Anak yang mempunyai sensivitas yang tinggi akan cepat dan mudah menyadari perubahan reaksi dari orang lain, baik reaksi positif dan negatif.
-
Pemahaman sosial (social insight), kemampuan anak dalam mencari pemecah masalah yang efektif dalam interaksi sosial, sehingga masalah tersebut tidak lagi menjadi penghambat dalam relasi sosial yang telah dibangun anak. Di dalam pemecah masalah yang ditawarkan adalah pendekatan menang-menang atau win-win solution, yang di dalamnya terdapat kemampuan memahami situasi sosial dan etika sosial sehingga anak mampu menyesuaikan diri terhadap situasi yang dihadapi. Pondasi dari social insight adalah kesadaran diri, kesadaran diri yang baik akan mampu memahami diri anak baik keadaan internal seperti emosi dan eksternal seperti cara berpakaian dan cara berbicara.
-
Komunikasi sosial (social communication), kemampuan individu untuk masuk dalam proses komunikasi dalam menjalin hubungan antarpribadi yang sehat. Sarana yang digunakan dalam menjalin komunikasi yang sehat yaitu mencakup komunikasi nonverbal, verbal, maupun komunikasi melalui penampilan fisik. Keterampilan komunikasi yang harus dikuasai adalah keterampilan mendengarkan efektif, keterampilan berbicara efektif, keterampilan public speaking dan keterampilan menulis secara efektif (Anderson dalam Safaria : 2005).
Unsur Keserdasan Interpersonal
Goleman (2007) mengemukakan terdapat dua kategori besar dalam unsur kecerdasan sosial, yaitu kesadaran sosial dan fasilitas sosial.
-
Kesadaran sosial menunjuk pada spectrum yang merentang dari secara instan merasa keadaan batiniah orang lain sampai memahami perasaan dan pikirannya, untuk mendapat situasi sosial yang rumit. Hal tersebut meliputi empati dasar, penyelarasan, ketepatan empati, dan pengertian sosial.
-
Fasilitas sosial berhubungan dengan bagaimana orang lain merasa atau mengetahui apa yang mereka pikirkan dan tidak melakukan banyak interaksi. Fasilitas sosial bertumpu pada kesadaran sosial untuk memungkinkan interaksi yang baik dan efektif. Fasilitas sosial ini meliputi berinteraksi secara baik dalam kemampuan nonverbal atau sinkron, presentasi diri dan efektif dalam kemampuan mempresentasikan diri sendiri, pengaruh untuk membentuk hasil interaksi sosial, peduli akan kebutuhan orang lain, dan dapat melakukan tindakan yang tepat yang sesuai dengan keadaan tersebut.
Referensi
http://digilib.uinsby.ac.id/13634/5/Bab%202.pdf