Apa Yang Dimaksud Dengan Fitnah Kematian?

Fitnah dalam bahasa Arab adalah menakjubkan, pemberontakan, pembawa berita yang bohong. Disebutkan juga fitnah dalam literatur bahasa Arab berarti bencana, kekacauan, syirik, cobaan, ujian, dan siksa.

Apa yang dimaksud dengan fitnah kematian ?

Setiap permulaan pasti ada akhirnya setiap umur pasti ada ajalnya. Jika telah tiba ajal manusia, malaikat maut ditugaskan datang mencabut nyawa darinya sehingga ia berpisah dengan dunia ini dengan membawa amal-amalnya di dunia. Dia meninggalkan hati-hati yang bersedih mata-mata yang menangis dan lisan-lisan yang memanjatkan do’a.

Hari-hari pun berjalan silih berganti sehingga perjalanan hidupnya tinggal kenangan dan selanjutnya hal itu akan terlipat dengan kain lipatan lupa. Lalu orang-orang pun hampir tidak mengingatnya kecuali sekilas saja. Orang-orang yang berbahagia itu mereka yang menyiapkan dirinya dalam kehidupan berupa amal-amal sholeh yang bermanfaat untuk dirinya setelah kematiannya. Sebagaimana dalam sabda Nabi Salallahu Alaihi Wassalam,

“Apabila manusia meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakannya.”

Dan sabda Nabi Salallahu Alaihi Wassalam,

“Sesungguhnyua diantara amalan dan kebaikan seorang mukmin yang akan menemaninya setelah kematiannya adalah ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak sholeh yang ditinggalkannya, mushaf quran yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah untuk orang-orang musafir yang dibangunnya, sungai / air yang dialirkan untuk kepentingan umum, atau sedekah yang dikeluarkan dari hartanya diwaktu sehat semasa hidupnya semua ini akan menemuinya setelah ia meninggal dunia.”

Di antara do’a yang selalu Nabi Salallahu Alaihi Wassalam panjatkan didalam sholat beliau sebelum salam adalah doa memohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dari fitnah kematian

Imam Nawawi menjelaskan ulama berbeda pendapat tentang makna kematian, ada yang menyebutkan; fitnah kubur. ada juga yang menyebutkan ; bermakna fitnah ketika saqarotul maut.

Di antara dalil yang menunjukan dahsyatnya kematian dan kesakitan yang dialami oleh orang yang meninggal dunia ketika nyawanya dicabut adalah hadits riwayat Aisha yang menyebutkan keadaan Nabi Salallahu Alaihi Wassalam ketika akan meninggal dunia, Aisha menceritakan, dihadapan Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam ada sebuah bejana atau periuk (Umar perawi hadits ini ragu), kemudian beliau Salallahu Alaihi Wassalam memasukan kedua tangannya ke dalam air lalu beliau membasuh wajahnya seraya mengucapkan

Laa ilaha illallah, sungguh sakarotul maut itu sakit sekali. “.

Jika keadaan seperti ini keadan yang di alami oleh bagi Nabi Salallahu Alaihi Wassalam yang dicabut nyawanya, bagaimana dengan keadaan kaum muslimin? Aku memohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar meringankan sakitnya saqaratul maut untuk kita semua.

Diantara sebab-sebab utama selamat dari fitnah kematian:

Bahasan pertama: Mentalqin dua kalimat syahadat bagi orang yang syakaratul maut

Seorang yang sedang dalam sekarat dia sedang dalam kesulitan yang teramat sulit, karena tiada kesulitan yang teramat dahsyat selain di cabutnya nyawa dari jasad. Pada waktu yang mencekam itu ia membutuhkan orang yang mengingatkannya kalimat tauhid “Laailahaaillallah” dengan harapan kalimah tersebut sebagai bekal terakhir dalam perjalanan hidupnya. Dari Abu Said Al-Khudri ia meriwayatkan sabda Rasululallah Salallahu Alaihi Wassalam;

“Talqinkanlah (tuntunlah) orang-orang yang sedang saqaratul maut kalimat “Laa ilaha illalah “ .

Talqin yang dimaksud bukan membaca syahadat didepan mayit, tapi yang dimaksud talqin adalah menuntut dan memintanya untuk mengucapkan kalimah Laa Ilaha Ilallah dan hal ini berlainan dengan apa yang difahami sebagian orang.

Anas bin Malik Radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulallahu salallahu alaihi wasalam pernah menjenguk seorang laki-laki dari kalangan Ansor yang sedang sakaratul maut, lalu beliau mengatakan kepadanya “Wahai paman ucapkanlah Laa Ilaha Ilallah” ia bertanya, “Apakah paman dari ibu atau dari bapak?” Beliu menjawab: “Dari sebelah ibu.” Orang itu bertanya lagi: ‘Apakah baik untuku aku ucapkan kalimat tersebut?’ Nabi menjawab: “Iya.”

Imam Nawawi rahimahullah menyebutkan: Perintah berupa talqin ini hukumnya sunnah ulama telah sepakat mengenai talqin ini, tetapi mereka memakruhkan banyak mengulangi talqin kepada orang sekarat, ini agar dia tidak putus asa dengan kesulitan dan dahsyatnya keadaan yang dia alami lalu membecinya dalam hatinya dan mengucapkan ucapan yang bukan-bukan.

Ulama mengatakan; apabila sesorang mentalqin orang yang sedang sekarat maka jangan diulang- ulang talqin tersebut kecuali jika dia mengucapkan kata-kata lain setelah ditalqin, maka talqin diulangi lagi agar itu menjadi ucapan akhirnya.

Talqin ini dilakukan karena syetan datang kepada orang yang sedang sekarat dan berusaha merusak agamanya kemudian bisa jadi menguasainya lalu menyesatkan aqidahnya243 dan ia mati dalam keadaan suul khotimah. Na’uudzubillah.

Sungguh telah banyak orang yang disesatkan ketika sakarat, diantara mereka ada menjadi kafir, ada yang menolak dan marah – naudzubillah dari kesesatan. Inilah yang dimaksud dengan suul khotimah yaitu adanya rasa ragu dan ingkar kepada Allah lebih banyak dalam hati atau tidak menerima takdir Allah lalu kemudian nyawa dicabut dalam keadaan itu.

Ini merupakan cara setan merusak orang yang akan meninggal dunia ketika sakarat, oleh karena itu Rasulullah sallallahi alaihi wasalam sering memohon perlindungan kepada Allah dari kerusakan setan ketika sakaratul maut. Didalam hadits Abu Bisyir meriwayatkan Nabi Salallahu alaihi wasalam berdoa:

“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kematian karena jatuh dari tempat yang tinggi, tertimpa reruntuhan, tenggelam dan terbakar. Dan aku berlindung kepadamu dari bujukan setan saat sakaratul maut, kematian saat lari di jalan perang dan karena mati sengatan binatang”

Diantara perkara-perkara yang perlu dipahami dalam hal ini:

  • Sesungguhnya talqin itu diperuntukan bagi orang yang akan meninggal dunia ketika sakarat, adapun setelah meninggal dunia tidak lagi ditalqin, baik sebelum, sedang atau setelah dikuburkan.

  • Amalan sebagian orang mentalqin orang yang sekarat yaitu memintanya berikrar terhadap Nabi beserta keluarga, membacakan surat Yasin kepadanya, meletakkan alQur’an di atas kepalanya, menghadapkannya kearah kiblat dan lain-lain amalan yang tidak ada contohnya (bid’ah) dalam agama. Ini semua tidak boleh diamalkan karena menyelisihi alQur’an dan asSunnah.

  • Dari sini diketahui bahwa amalan-amalan orang berupa tahlil dan mengeraskan suara disisi orang yang sedang sekarat tidak sesuai dengan Sunah, karena Sunah memerintahkan untuk mengucapkan Laa Ilaaha Ilallah sebagaimana telah dijelaskan diatas. Wallahu ‘Alam.

Tambahan penting dari masalah:

Bahwa di detik-detik nafas terakhir orang yang sedang sekarat sangat membutuhkan orang yang mengingatkannya tentang kebaikan yang bisa mengalihkan perhatiannya dari sakitnya sakaratul maut.

Di antara peringatan yang seyogianya diingatkan kepada orang yang sedang sekarat adalah: Baik sangka kepada Allah Subhanahu wata’aala. Di dalam hadits disebutkan Jabir radhiallahu‘anhu meriwayatkan bahwa dia pernah mendengar Rasulullah salallahu alaihi wassalam bersabda tiga hari sebelum beliau meninggal dunia,

“Janganlah salah seorang diantara kalian meninggal dunia kecuali dia berbaik sangka kepada Allah Subhanahu wata’aala”.

Di dalam hadita qudsi diriwayatkan dari Abu Hurairoh radhiallahu’anhu dia mengatakan, Rasulullah sallahi alaihi wasalam bersabda,

“Allah berfirman Aku sesuai prasangka hambaKu kepadaKu, jika ia berprasangka baik kepadaKu makanya baginya kebaikan dan jika berprasangka buruk kepadaKu maka baginya keburukan”.

Dari Anas radiallahu’anhu bahwasanya Nabi Salallahu alaihi wasalam pernah menjenguk seorang pemuda yang sedang dalam keadaan sakaratul maut, lalu Rasulullah salallahu alaihi wasalam bertanya “Bagaimana keadaanmu?” Pemuda itu menjawab “Aku mengharap kepada Allah Subhanahu wata’aala dan juga takut dengan dosa-dosaku”. Kemudian Rasulallah salallahu alaaihi wasalam bersabda “Tidaklah terkumpul dalam hati seorang hamba ketika menghadapi situasi seperti ini melainkan Allah akan mengabulkan apa yang ia harapkan dan Allah memberikan ketenangan dari apa-apa yang banyak ditakuti”.

Berikut di antara sebab-sebab yang bisa membantu untuk berbaik sangka kepada Allah di saat sakaratul maut :

1. Mengingatkan orang yang sakaratul maut tentang kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ampunanNya sehingga ia merasa rindu berjumpa dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dari Aisyah radhiallahu ta’ala anha bahwasannya Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam bersabda:

“Barang siapa yang senang untuk bertemu dengan Allah, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan senang untuk bertemu dengannya. Dan barang siapa yang tidak suka bertemu dengan Allah Subhanahu wata’aala, maka Allah juga benci untuk bertemu dengannya.”

Dikatakan kepada Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam, “Wahai Rasulullah apakah yang dimaksud dengan benci bertemu dengan Allah Subhanahu wata’aala adalah tidak menyukai kematian?” setiap kita tentu tidak menyukai kematian, Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam menjawab :

“Bukan seperti itu melainkan ketika sakarul maut mendapatkan khabar gembira bahwa dia memperoleh rahmat dan maghfiroh (ampunan), maka dia senang untuk bertemu kepada Allah, lalu Allah pun senang untuk bertemu dengannya, Adapun yang ketika sakaratul maut mendapatkan khabar bahwa dia akan mendapatkan azab dan murka Allah, maka dia akan benci untuk bertemu dengan Allah. Allah pun benci untuk berjumpa dengan nya.”

2. Mengingatkannya tentang amal-amal sholeh yang pernah dia lakukan untuk menguatkan hatinya sehingga rasa ingin bertemu Allah Ta’ala semakin bertambah.

Diriwayatkan dari sebagian ulama salaf bahwa mereka menganjurkan mengingatkan orang yang sedang sekarat tentang amal – amal sholehnya agar dia bisa berbaik sangka kepada Allah Subhanahu wata’aala.

Karena mengingatkan orang yang sekarat tentang hal ini menjadikan pengharapannya kepada Allah bisa mengalahkan rasa takaut azab Allah yang ia rasakan dari detik detik terakhir sekarat.

Bahkan di antara ulama salaf ada yang menyebutkan amalannya ketika dalam keadaan sekarat sebagai bentuk ungkapan baik sangka kepada Allah Ta’ala. Diriwayatkan oleh ‘Atho bin Saib rahimahullah menceritakan: “Kami pernah menjenguk Abu Abdurrahman ketika akan meninggal dunia di rumahnya, lalu ada sebagian orang mengingatkannya agar banyak berharap kepada Allah Ta’ala. Lalu Abu Abdurrahman pun mengatakan aku tidak mengharap dari Rabb ku karena aku telah berpuasa delapan puluh kali dari Ramadhan.

3. Mengingatkannya tentang keutamaan orang yang mengucapkan Laa ilaha ilallah agar hati penuh dengan harapan dan baik sangka dan selanjutnya ia semangat untuk mengucapakannya.

Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam bersabda, “Barang siapa yang mengucapkan Laa Ilaha illallah dengan ikhlas maka dia akan masuk surga”.

Bahasan kedua: Pahala orang yang akhir ucapannya Laa ilaaha illallah

Di antara tanda-tanda khusnul khotimah seorang hamba, Allah mudahkan dia di detik-detik akhir sekaratnya untuk mengucapkan kalimat Laa ilaha illallah sesaat nyawanya sebelum keluar dari tubuhnya. Maka inilah khabar gembira yang besar dan kegembiraan yang luarbiasa yang tiada bandingnya kepada barang siapa yang diberikan taufik oleh Allah untuk mengucapkannya.

Dalam hadits disbutkan bahwa Mu’adz bin Jabal meriwayatkan Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam bersabda :

“Barang siapa yang akhir ucapannya Laa Ilaha illallah, maka masuk surga.”

Aduhai, alangkah gembiranya seorang muslim dengan ucapan kalimat Laa ilaha illallah ketika menghadap Allah, dan alangkah bahagianya dia ketika umurnya diakhiri dengan Laa ilaha illallah.

Dan juga kemenangan untuknya ketika kalimat Laa ilaha illallah menghantarkannya ke dalam surga yang abadi.
Aku mohon pada Allah untuk diriku dan seluruh kaum muslimin dan muslimat agar diberikan oleh Allah Ta’ala taufik sehingga mampu mengucakan Laa ilaha illallah ketika dalam keadaan sakaratul maut, lalu menjadi akhir ucapan kita di akhir hayat di dunia fana ini, Amiin.

Fitnah dalam Kubur


Setelah meninggalkan dunia, ada fitnah lain yang menunggu dan menimpa seorang muslim fitnah tersebut adalah fitnah kubur.

Di dalam hadits al Barro bin ‘Azib meriwayatkan: “Kami pernah bersama Rasulullah mengantarkan jenazah laki-laki dari Ansor, setibanya kami di kuburan liang lahat masih belum di gali, lalu Rasulullah duduk menghadap kiblat , kami pun duduk mengitari beliau seakan-akan diatas kepala-kepala kami ada burung (menunjukan tenang dan hening) ditangan Baginda ada sebatang kayu yang dengannya Baginda menusuk-nusuk tanah. Baginda melihat ke langit kemudian menunduk ke tanah. Baginda memandang ke atas kemudian ke bawah sebanyak tiga kali. Kemudian Baginda bersabada: “Berlindunglah dengan Allah daripada azab kubur” (sebanyak dua atau tiga kali).
Lalu Baginda berkata: “Ya Allah, aku berlindung denganMu daripada azab kubur” (tiga kali).
Kemudian Baginda bersabda:

“Sesungguhnya seorang hamba yang beriman ketika hampir berakhir kehidupan dunianya dan bermulanya kehidupan akhiratnya, turunlah kepadanya malaikat-malaikat yang putih wajahnya bagaikan matahari. Mereka datang membawa kain kapan dari Surga dan wangian mayat Surga. Mereka kemudian duduk di depan orang itu sejauh mata memandang. Lalu datang Malaikat Maut a.s. dan duduk di kepalanya seraya berkata: “Wahai roh yang baik (dalam riwayat lain: jiwa yang tenang), keluarlah menuju keampunan dan keredaan Allah.”
Lalu roh itu keluar mengalir bagaikan mengalirnya titisan air dari muncung bekas air dan Malaikat Maut pun mengambilnya.

Dalam riwayat lain: Sampai ketika roh itu keluar maka seluruh malaikat antara langit dan bumi dan seluruh malaikat di langit bersalawat kepadanya, dan dibuka buatnya pintu-pintu langit. Tidak ada penjaga pintu-pintu itu melainkan mereka berdoa kepada Allah agar roh itu naik dari arah (pintu) mereka.

Ketika dia (Malaikat Maut) mengambil roh itu, para malaikat yang lain tidak membiarkannya walaupun sekelip mata sehingga mereka mengambilnya dan meletakkannya dalam kain kapan serta wangian itu.

Itulah firman Allah:

“Dia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan mereka tidak lalai” Q.S Al-An’am: 61

Dia keluar dari situ dalam keadaan bau aroma kasturi terharum yang ada di atas muka bumi. Mereka naik membawa roh itu dan setiap kali mereka melewati sekumpulan malaikat, mereka akan berkata, “Roh siapakah yang baik ini?” Malaikat yang membawa menjawab, “Ini adalah Fulan bin Fulan”. Disebutkan namanya yang terbaik yang biasa dia dipanggil ketika di dunia. Sehingga mereka tiba di langit dunia dan mereka minta dibukakan pintu untuk roh yang mereka bawa. Pintu pun dibuka buat mereka. Roh itu akan diiringi oleh semua penghuni langit itu sehingga tiba di langit yang berikutnya, sehinggalah sampai ke langit tujuh. Maka Allah pun mengatakan: “Tulislah kitab hamba-Ku ini dalam Illiyyin”.

“Tahukah kamu apakah itu Illiyyin? Ia kitab yang bertulis, yang disaksikan oleh para malaikat pendamping” Q.S Al-Muthaffifin: 19-21

Maka ditulis kitabnya dalam Illiyyin dan dikatakan: Kembalikan dia ke bumi, kerana Aku sudah berjanji kepada mereka bahawa aku menciptakan mereka daripadanya, kepadanya Aku kembalikan mereka dan daripadanya Aku akan bangkitkan mereka semula.
Lalu dia dikembalikan ke bumi dan dimasukkan semula rohnya ke dalam jasadnya. Dia mendengar bunyi derapan kasut sahabat-sahabatnya tatkala mereka meninggalkan perkuburannya.

Setelah itu dua orang malaikat yang kasar bentakannya menyergah dan mendudukkannya seraya berkata, “Siapa tuhanmu?”

Dia menjawab, “Tuhanku Allah”. Mereka bertanya lagi, “Apa agamamu?” Dia menjawab, “Agamaku Islam”.

Mereka bertanya lagi, “Siapa orang yang diutus untuk kalian?”

Dia menjawab, “Dia adalah Rasulullah sallalahu alaihi wasallam”.

Tanya mereka lagi, “Apa amalanmu?” Jawabnya, “Aku membaca Kitab Allah, beriman dengannya dan membenarkannya.”

Mereka membentaknya dalam pertanyaan, “Siapa tuhanmu, apa agamamu, siapa nabimu?” Itu adalah fitnah (ujian) terakhir yang dihadapkan kepada seorang mukmin dan itulah yang difirmankan oleh Allah:

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia” Q.S Ibrahim: 27

Sehingga dia mampu menjawab, “Tuhanku Allah, agamaku Islam dan Nabiku Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam.”

Lalu kedengaran suara panggilan dari langit yang berkata, “Hambaku ini telah berkata benar, maka bentangkan tilamnya daripada Surga, pakaikan dia pakaian Surga dan bukakan untuknya pintu menuju ke Surga!” Sehingga dia dapat mencium keharuman bau Surga dan diperluaskan kuburnya sejauh mata memandang.

Lalu datanglah seorang lelaki yang bagus wajahnya, bagus pakaiannya dan berbau harum yang berkata, “Bergembiralah dengan apa yang membuatmu senang. Inilah hari yang dijanjikan untukmu.” Dia berkata kepadanya, “Kamu siapa? Wajahmu adalah wajah yang datang membawa kebaikan.”

Orang itu menjawab, “Aku adalah amal solehmu. Demi Allah, aku tidak mengetahui tentangmu kecuali engkau cepat melaksanakan perintah Allah dan lambat mengerjakan kemaksiatan terhadap Allah, maka Allah membalasmu dengan kebaikan.”

Kemudian dibukakan buatnya salah satu pintu Surga dan salah satu pintu Neraka, lalu dikatakan, “Ini adalah tempatmu kalau kamu bermaksiat terhapa Allah tetapi Allah telah menggantinya dengan yang ini.” Tatkala dia melihat apa yang ada di dalam Surga dia berkata, “Tuhanku, percepatkanlah Hari Kiamat, agar aku dapat kembali kepada keluargaku dan hartaku.” Dikatakan kepadanya, “Bertenanglah.”

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam selanjutnya berkata:

“Sedangkan kalau yang mati itu adalah orang kafir, ketika hampir berakhir kehidupan dunianya dan bermulanya kehidupan akhiratnya, akan datang kepadanya malaikat-malaikat yang kasar lagi bengis. Mereka berwajah hitam dan mereka membawa bersama mereka pakaian daripada Neraka. Mereka duduk di hadapan orang kafir itu sejauh mata memandang. Lalu datanglah Malaikat Maut duduk di kepalanya dan berkata, “Wahai jiwa yang jelek, keluarlah menuju kemurkaan dan kebencian daripada Allah.”

Lalu rohnya keluar dari jasad dan disentap umpama sabut yang berserat banyak daripada bulu domba yang basah sehingga banyak keringat dan urat-urat yang terputus bersamanya.
Dia lalu dilaknat oleh sekelian malaikat antara langit dan bumi dan setiap malaikat di langit. Pintu-pintu langit ditutup buatnya. Tidak ada pintu kecuali penjaganya akan berdoa kepada Allah agar roh itu tidak naik melewati mereka.

Ketika dia (Malaikat Maut) mengambil roh itu, para malaikat yang lain tidak membiarkannya walaupun sekelip mata sehingga mereka mengambilnya dan meletakkannya dalam pakaian neraka itu. Ketika itu keluar daripadanya bau bangkai paling busuk yang pernah ada di atas muka bumi. Mereka membawanya naik dan setiap kali mereka melewati sekumpulan malaikat mereka akan berkata, “Roh siapakah yang jelek ini?” Jawab mereka, “Fulan bin Fulan.” Disebutkan nama yang paling jelek yang pernah diberikan kepadanya ketika di dunia. Sampai akhirnya mereka tiba di langit dunia dan mereka minta dibukakan pintu untuk roh yang mereka bawa tetapi tidak diperkenankan.

Lalu Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam membaca firman Allah:

Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. Q.S Al-A’raf: 40

Allah Azza wa Jalla kemudian bertitah, “Tulislah buku hambKu ini dalam Sijjin dalam perut bumi yang paling bawah!”

Kemudian dikatakan, “Kembalikan dia ke bumi, kerana Aku sudah berjanji kepada mereka bahawa aku menciptakan mereka daripadanya, kepadanya Aku kembalikan mereka dan daripadanya Aku akan bangkitkan mereka semula.”

Kemudian roh itu dilemparkan dari langit sampai menimpa tubuhnya. Kemudian Baginda membacakan firman

“Barangsiapa menyukutukan sesuatu dengan Allah, maka seolah-olah dia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh”
Q.S Al-Hajj: 31

Maka dikembalikan roh kepada jasadnya dan dia mendengar derapan kasut teman-temannya tatkala mereka berpaling meninggalkan perkuburannya.

Selanjutnya, dia didatangi dua malaikat yang keras bentakannya yang langsung membentak dan mendudukannya, lalu berkata, “Siapa Tuhanmu?”

Dia menjawab, “Aah…aah… aku tidak tahu.”

Malaikat itu bertanya lagi, “Apa agamamu?”

Dia menjawab, “Aah…aah… aku tidak tahu.”

Malaikat bertanya lagi, “Apa pendapatmu tentang orang yang diutus kepada kalian ini?” Dia tidak dapat mengetahui namanya.

Maka dikatakan kepadanya: “Muhammad!”

Dia menjawab, “Aah…aah… aku tidak tahu. Aku hanya mendengar manusia mengatakan sesuatu lalu aku mengatakan hal yang sama.”

Lalu dikatakan, “Kamu memang tidak tahu dan tidak membaca.”

Setelah itu kedengaran panggilan dari langit yang mengatakan, “Dia berdusta! Bentangkan buatnya tilam dari neraka dan bukakan pintu neraka ke arahnya.” Maka ketika itu dia merasai kepanasan bahangnya dan disempitkan buatunya kuburnya sampai tulang sendinya bersilang-silang.

Kemudian datanglah kepadanya seorang lelaki yang buruk rupanya, berpakaian jelek dan berbau busuk. Dia berkata kepadanya, “Dengarlah khabar yang akan memburukkanmu, inilah hari yang dijanjikan untukmu.”

Dia berkata, “Siapa kamu?”

Orang itu menjawab, “Aku adalah amal burukmu. Demi Allah, aku tidak tahu kecuali engkau lambat dalam mengerjakan ketaatan kepada Allah tetapi cepat dalam bermaksiat terhadap Allah. Maka Allah memberi ganjaran buruk kepadamu.

Kemudian didatangkan kepadanya orang yang bisu, tuli dan di tangannya cemeti besi! Sekiranya gunung dipukul dengannya nescaya ia akan hancur menjadi tanah. Orang itu lalu memukulnya dengan sebuah pukulan sampai dia menjadi tanah. Kemudian dia dikembalikan semula seperti sebelumnya dan dipukul lagi. Dia menjerit dengan jeritan yang akan didengari oleh semua makhluk kecuali jin dan manusia. Lalu dibukakan buatnya pintu neraka dan dia pun berkata, “Tuhanku, jangan Engkau datangkan Hari Kiamat.”

Bentuk fitnah dalam fitnah kubur adalah pertanyaan dua malaikat di tempat sempit, gelap gulita dan menyeramkan, dimana disitu tiada teman dan pendamping.
Pertanyaan dua malaikat tersebut siapa tuhanmu? Apa agamamu? Dan siapa nabimu?
Tiga perkara besar yang tak terlepskan dalam kehidupan seorang muslim ditanyakan dengan kalimat pertanyaan yang singkat namun dalam keadaan mencekam kalimat bisa hilangan dan dia tak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan jawaban yang benar kecuali orang yang diberi Taufiq dan diteguhkan oleh Allah, sebagaimana telah diisyaratkan dalam firmanNya:

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” Q.S Ibrahim: 27

Dari Al-Bara bin Azib bahwasanya Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila seorang mukmin didudukkan di dalam kuburnya, ia akan didatangi (oleh malaikat) lalu dia bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, itulah yang dimaksud oleh firman Allah subhanahuwata’aala:

“Aku berdo’a kepada Allah agar agar kita dan orang tua kita dan seluruh kaum muslimin dan muslimat diteguhkan dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia, ketika sakarat dan setelah kematian.”

Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam sering memohon keteguhan ini. Dari Anas radhiallahu’anhu dia mengatakan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam banyak berdoa:

“Wahai Dzat yg membolak-balikan hati teguhkanlah hatiku diatas agamaMu”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya hati hati itu berada di antara dua jari dari jari-jari Allah. Dia membolak-balikannya sesuai dengan kehendakNya.”

Dari Ibnu ‘Abbas dia meriwayatkan Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam berdoa:

“Wahai rabb- ku tolonglah aku dan jangan Engkau tolong orang yang akan mencelakanku atas diriku. Dan belalah aku dan jangan Engkau bela (orang yang mencelakanku) atas diriku. Perdayakanlah untuk diriku dan jangan aku diperdaya orang. Berilah aku petunjuk dan mudahkanlah petunjuk itu untuk ku. Dan tolonglah aku atas orang yang menzalimi ku. Wahai Rabb-ku, jadikanlah aku orang yang selalu bersyukur kepadaMu, selalu berzikir kepadaMu, selalu takut kepadaMu, selalu taat kepadaMu, patuh, banyak berdoa, dan bertaubat kepadaMu. Wahai Rabb-ku, terimalah taubatku, bersihkanlah dosa- dosaku, kabulkanlah doaku, tetapkanlah hujjahku, beri petunjuk kepada hatiku, luruskanlah lidahku dan hilangkanlah belenggu hatiku.”

Hal-hal penting yang harus diketahui oleh keluarga si-mayit:

1. Tidak meratap, mengeraskan suara dan menangis kepada mayit karena dengan sebab itu dia diazab di dalam kuburnya.

Dari Abdullah ibn Umar radhiallahu’anhuma dia menceritakan:
Ketika Saad bin Ubadah sedang sakit, Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam menjenguknya bersama ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Saad bin Abu Waqqash dan ‘Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhum, ketika beliau menemuinya, beliau mendapatinya sedang dikerumuni keluarganya, beliau bertanya: “Apakah ia sudah meninggal?”. Mereka menjawab: “Belum, wahai Rasulullah”. Lalu Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam menangis. Ketika orang-orang melihat Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam menangis, mereka pun turut menangis, maka beliau bersabda: “Tidakkah kalian mendengar bahwa Allah tidak mengazab dengan tangisan air mata, tidak dengan hati yang bersedih, namun Dia mengazab dengan ini, ” lalu beliau menunjuk lidahnya, atau dirahmati (karena lisan itu) dan sesungguhnya mayat itu diazab disebabkan tangisan keluarganya kepadanya.

Imam Nawawi menyebutkan bahwa ada di antara ulama menafsirkan makna hadits di atas adalah orang yang mewasiatkan agar ditangisi dan diratapi setelah kematiannya, lalu wasiatnya itu dijalankan, maka dengan ini dia di siksa karena tangisan dan ratapan keluarganya kepadanya.

Di antara ulama ada yang menafsirkan: Yaitu orang yang tidak berwasiat agar setelah meninggalnya tidak diratapi, tidak ada yang mengeraskan suara dan tidak juga menangis kepadanya. Barangsiapa yang meratapinya dari keluarganya tanpa wasiat darinya atau barangsiapa yang melakukan hal itu walaupun si-mayit telah meninggalkan wasiat, maka dalam hal ini dia tidak disiksa dalam kuburnya karena ini bukan dari perbuatannya dan juga bukan dari kelalaiannya.

Kesimpulannya, wajib berwasiat untuk meninggalkan meratap. Dan barangsiapa melalaikan wasiat tersebut dia akan disiksa denganya. Yaitu dengan sebab ratapan kepadanya wallahu ‘alam bissawab.

2. Melunasi hutang si-mayit dari hartanya.

Apabila hartanya dihabiskan sendiri maka dengan hutangnya dia tergadaikan (terikat) dan tidak akan tertebus dari gadaian tersebut sehingga hutangnya dilunasi. Berdasarkan hadits Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam :

“Jiwa seorang mukmin tetap terikat dengan hutangnya, sampai dilunasi.”

Jika hartanya tidak mencukupi untuk melunasi hutang maka hendaknya hutang tersebut segera dilunasi baik dari harta keluarganya atau dari harta orang-orang yang menderma, dan jangan sampai dia dimasukkan kedalam kubur sementara hutangnya belum dilunasi dan tanggungjawabnya tidak terlepas.

3. Memohon ampunan serta berdoa untuk si-mayit langsung setelah dikuburkan.

Berdasarkan hadits riwayat Utsman bin Affan radhiallahu’anhu, dia meriwayatkan Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam apabila telah selesai menguburkan mayit beliau berdiri dan berdoa: “Mohonkan ampun untuk saudaramu dan mintalah keteguhan hati untuknya, karena sekarang dia sedang ditanya.”

Di antara hal-hal yang disyari’atkan:

  • Berdiam sebentar dikuburan setelah menguburkan dan berdoa untuk si-mayit.
    Dari ‘Amar bin Ash radhiallahu’anhu bahwasanya dia mengatakan: “Tidak ada seorang pun yang lebih aku cintai daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mataku senantiasa membayangkan dirinya. Aku segan menahan pandanganku menatap matanya saat matanya menatap mataku, yang demikian, karena aku sangat menghormatinya. Kalau sekiranya aku dipinta untuk menjelaskan fisik beliau, mungkin aku tidak mampu, karena aku tidak pernah menyorotkan mataku kepadanya karena rasa hormatku untuknya. Jika aku wafat dalam keadaan demikian, aku berharap aku termasuk penduduk surga. Kemudian terjadilah suatu perkara, yang aku tidak tahu bagaimana keadaanku kala itu. Tidak bersamaku angin yang berhembus demikian juga api. Saat kalian menguburkanku dan kalian lempari aku dengan tanah perkuburan, kemudian kalian berdiri sesaat di pemakamanku, dan aku menunggu apa yang aku akan jawab dari pertanyaan utusan (malaikat) Rabb-ku.

  • Bersakasi kebaikan untuknya apabila mayit itu orang baik.
    Berdasarkan hadits Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam: “Jika kalian menyaksikan mayit maka ucapkanlah kebaikan karena malaikat mengaminkan apa yang kalian ucpakan.”
    Dan sabda beliau:
    “Tiadalah empat orang muslim bersaksi bahwa seorang jenazah itu orang baik, maka Allah masukkan ia ke surga”, maka kami berkata: “Bagaimana jika cuma tiga orang yang bersaksi?,” beliau sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Walau tiga”, lalu kami berkata : “Jika cuma dua?”, beliau bersabda : “Walau dua”. Lalu kami tak bertanya,”Jika hanya satu?”

  • Menjaga lisan dari mencela atau menyebutkan keburukan-keburukan si-mayit.
    Berdasarkan hadits Ummul Mukminin Aisha radhi Allahu’anha beliau meriwayatkan Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian mencela orang yang telah mati. Sebab mereka telah mendapat balasan atas perbuatan yang mereka lakukan.”

Di antara amalan-amalan penting yang bisa menyelamatkan dari fitnah kubur:

Bahasan pertama: Bacaan surat Al-Mulk

Membaca Surah alMulk, Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Surat Tabarak adalah pelindung/penghalang dari siksa kubur.”

Oleh kerana itu hendaknya bagi seorang muslim bersemangat untuk membaca dan menghafalnya dan juga berusaha menyuruh orang yang berada didalam tanggung jawabnya untuk menghafal dan membacanya terus-menerus.

Bahasan kedua: Mati syahid di jalan Allah

Berdasarkan hadits Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam, Rasulullah bersabda: “Bagi orang yang mati syahid disisi Allah mendapatkan enam keutamaan: diampuni dosanya saat pertama kali darahnya mengalir, dan ditunjukkan tempatnya di Surga, diselamatkan dari siksa kubur dan diamankan dari guncangan kubur, dan dihias-hiasi dengan perhiasan iman, dan dinikahkan dengan bidadari yang cantik jelita, dapat mensyafaati tujuh puluh orang keluarganya.” 276

Bahasan ketiga: Menjaga perbatasan dijalan Allah

Berdasarkan hadits Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam, “Setiap orang yang mati akan ditutup (diputuskan) amalannya, kecuali orang yang mati dalam keadaan ribath di jalan Allah. Amalannya akan dikembangkan sampai datang hari kiamat dan akan diselamatkan dari fitnah kubur.”

Bahasan keempat: Meninggal pada hari jum’at atau malamnya

Keadaan ini adalah merupakan kekhususan takdir Allah Subhanahu wa ta’ala dan bukan dari keinginan dan usaha manusia. Barangsiapa yang ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wata’aala, meninggal dihari atau malam Jum’at, itu adalah tanda kematian yang baik, dan juga tanda selamatnya dia dari fitnah kubur. Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Tidak ada seorang muslim pun yang meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur.”

Berdo’a memohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wata’aala untuk diselamatkan dari azab dan fitnah kubur didalam solat, berdasarkan hadits A’isha radhi Allahu’anha,

“Tidak ada seorang muslim pun yang meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur.”

Referensi

Dr. Hamad bin Nasr bin Abdurrahman Al-Amr, Menangkal berbagai macam fitnah dengan al-qur’an dan sunnah. Diterjemahkan Oleh Isnan Efendi Abu Abdus Syahid

Fitnah kehidupan adalah „azab dunia dan fitnah kematian adalah "azab kubur’ atau “azab neraka”.

Di dalam kubur, mayit akan mengalami yang namanya fitnah kubur (fitnah yang bermakna ujian). Yang dimaksud dengan fitnah kubur adalah apabila selesai dikubur akan diajukan kepada mayit pertanyaan-pertanyaan berupa pertanyaan tentang Rabbnya, agamanya dan nabinya.

Sesungguhnya Ahlussunnah wal Jamaah beriman kepada fitnah kubur karena Alquran dan as-Sunnah telah menerangkan demikian. Adapun di dalam Alquran, Allah SWT berfirman dalam surat al-Fatihah sebagai berikut: “Yang menguasai hari pembalasan”.

Terdapat dua tujuan pokok dari ayat diatas, yaitu :

  1. Menerangkan kepada manusia siapa Tuhan sebenarnya, yaitu Allah yang Maha Tunggal, tidak ada Tuhan selain Allah.

  2. Menerangkan kepada manusia bahwa sesudah hidup yang terbatas waktunya di dunia sekarang ini, manusia akan dihidupkan kembali dengan kehidupan yang kekal dan abadi, dimana masing-masing manusia akan menerima pembalasan dari apa saja yang pernah mereka lakukan.

Perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan, dan perbuatan jelek akan dibalas dengan kejelekan atau azab siksaan.

Dijelaskan pula bahwa Allah sebagai penguasa hari pembalasan akan memberikan ganjaran kepada siapa saja yang berbuat baik dan menimpakan keburukan kepada yang melakukan keburukan selama hidup di dunia.

Kata yaumi al-din menurut Bey Arifin, bermakna sesuatu yang ghaib yang diciptakan Allah yang hanya Allah saja yang mengetahuinya. Yaumi al-din bisa saja dirasakan balasannya ketika masih hidup di dunia, alam kubur, hari kiamat, sampai kepada di akhirat.

Pada surat al-Fatihah ayat keempat ini semakin mempertegas bahwa di dalam Alquran banyak yang menyebutkan akan adanya siksaan yang dirasakan mayit setelah meninggal dunia.

Dari ayat diatas menerangkan bahwa mayit akan di berikan pertanyaan ketika di dalam kubur. Namun yang ma’ruf menurut Ahlussunnah wal Jama’ah bahwasanya pada asalnya adzab itu ditimpakan atas ruh, sedangkan badan itu sekedar mengikuti ruhnya saja. Sebagaimana azab di dunia itu menimpa badan dan ruhnya hanya mengikuti saja, sebagaimana hukum-hukum syar’iyyah di dunia itu berlaku atas dzahirnya dan di akhirat itu sebaliknya.

Maka di alam kubur, azab atau nikmat kubur itu terjadi kepada ruh akan tetapi jasad itu terpengaruh dengannya dan mengikutinya, jadi tidak secara langsung. Dan terkadang azab itu terjadi pada badan dan ruh itu mengikutinya, akan tetapi hal ini tidak terjadi kecuali jarang sekali. Sesungguhnya pada asalnya adzab itu terjadi pada ruhnya, dan badan sekedar ikut. Demikian pula kenikmatan itu terjadi pada ruh dan badan cuma ikut saja. Ibnu Qayyim al-Jauziyah, mengatakan bahwa ada yang mendapat nikmat kubur atau azab kubur, di sini ada penetapan azab kubur. Alquran dan as-Sunnah telah menerangkan demikian, bahkan dikatakan sebagai ijma’ kaum muslimin.

Hal ini merupakan perkara yang dipersaksikan kebenarannya. Orang yang hendak mati mendengar, menyambut dua orang yang datang kepadanya dari kalangan 17 malaikat dan berkata: Selamat datang, dan terkadang berkata: Selamat datang dan duduklah di sini, seperti yang disebutkan oleh Ibnu Qayyim dalam kitab ar-Ruh, dan terkadang dapat dirasakan bahwasanya orang tersebut tertimpa sesuatu yang menakutkan maka berubahlah wajahnya ketika hendak mati ketika turun kepadanya malaikat azab. Setiap jiwa yang mati akan diuji dan harus mempertanggungjawabkan seluruh amalan baik dan buruknya yang telah dilakukannya selama hidup di dunia. Amalan yang senantiasa menyertainya itu adalah kitab yang didalamnya para malaikat mencatat amalan yang kecil dan yang besar tanpa melewatkan sedikitpun.

Ada dua macam azab kubur yakni azab yang terus menerus dan azab yang terputus. Azab yang terus menerus yaitu siksa atas orang-orang kafir dan sebagian ahli maksiat yang banyak melakukan perbuatan dosa. Adapun azab yang terputus yaitu azab ringan yang diringankan bagi orang yang berbuat dosa dan maksiat kecil. Semuanya disiksa menurut kadar dosanya. Azab itu terputus dengan doa dan sedekah atau yang lainnya.

Basysyaar bin Gahlab berkata, “Aku bermimpi bertemu dengan Rabi‟ah al- Adawiyah dan aku paling banyak mendoakan dia. Dia berkata: Ya Basysyar, hadiah-hadiahmu datang kepadaku atas lapisan cahaya yang tertutup dengan sapu tangan sutera. Bagaimana itu? Dia menjawab: “Begitulah doa orang mukmin yang hidup atas orang mukmin yang telah mati bila diterima oleh Allah, dijadikannya sebagai lapisan sinar yang tertutup dengan sapu tangan sutera. Kemudian, datang kepada jenazah yang didoakan dan dikatakan, “Inilah hadiah dari fulan untukmu”.

Adapun sebab-sebab yang mewajibkan azab kubur terbagi menjadi dua, yaitu sebab yang secara ringkas dan sebab yang terperinci. Yang ringkas adalah Allah SWT (tidak mengenal-Nya), meninggalkan perintah-perintah-Nya, mengerjakan larang-larangannya yang mengundang kemurkaan dan azab-Nya.

Dengan demikian, Allah SWT. Tidak mengazab ruh yang mengenal-Nya, yang mencintai-Nya dan mengerjakan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Azab itu pun tidak terhadap jasadnya. Sebab azab kubur merupakan tanda kemurkaa Allah dan kemarahan-Nya. Demikian pula azab akhirat nanti.

Barang siapa yang dibenci dan dimurkai Allah di dalamnya dunia ini karena telah melakukan pelanggaran-pelanggaran yang dilarangnya dan tidak melakukan perintah yang diwajibkannya kemudian mati tanpa bertobat, maka akan menerima azab barzakh (kubur) sesuai dengan kadar kemurkaan dan kebencian Allah terhadap dirinya, baik orang jujur maupun dusta, yang sedikit beramal ataupun banyak beramal.

Adapun sebab terperinci, Rasulullah SAW telah menceritakan tentang dua orang yang diketahui sedang disiksa di kuburan sebab yang seorang suka menyebarluaskan adu domba (fitnah) diantara manusia dan yang satunya tidak menutup kemaluannya, buang air kecil sambil berjalan. Meninggalkan bersuci yang diwajibkan dan menyebarluaskan permusuhan dikalangan manusia merupakan sebab yang mengandung kemurkaan Allah SWT.

Diantara orang yang mendapat siksa kubur, yaitu tukang zina (laki-laki dan perempuan), orang yang sombong, riya, suka bertengkar, suka mengumpat dan mencela, tukang mencaci maki, dan orang yeng mendatangi dukun (tukang teluh) dan tukang ramal dan tukang tebak nasib seseorang, penolong kezaliman, orang-orang yang menuai akhiratnya (agamanya) untuk dunianya, orang sibuk mencari cela (aib) orang lain, orang yang mencari dosa (meneliti) orang lain. Semua itu mendatangkan azab dalam kuburnya.