Apa yang dimaksud dengan Cutaneus Larva Migrans ?

Cutaneous larva migrans (CLM) merupakan kelainan kulit yang merupakan peradangan yang berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan progresif, disebabkan oleh invasi cacing tambang yang berasal dari kucing dan anjing, yaitu Ancylostoma braziliense, Ancylostoma caninum, dan Ancylostoma ceylanicum.

Apa yang dimaksud dengan Cutaneus Larva Migrans ?

Cutaneus Larva Migrans (Creeping Eruption) merupakan kelainan kulit berupa peradangan berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan progresif, yang disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan kucing. Penularan melalui kontak langsung dengan larva. Prevalensi Cutaneus Larva Migran di Indonesia yang dilaporkan oleh sebuah penelitian pada tahun 2012 di Kulon Progo adalah sekitar 15%.

Sikulus hidup hookworm
Gambar Sikulus hidup hookworm

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan

Pasien mengeluh gatal dan panas pada tempat infeksi. Pada awal infeksi, lesi berbentuk papul yang kemudian diikuti dengan lesi berbentuk linear atau berkelok- kelok yang terus menjalar memanjang. Keluhan dirasakan muncul sekitar empat hari setelah terpajan.

Faktor Risiko

Orang yang berjalan tanpa alas kaki, atau sering berkontak dengan tanah atau pasir.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik
Patognomonis
Lesi awal berupa papul eritema yang menjalar dan tersusun linear atau berkelok- kelok meyerupai benang dengan kecepatan 2 cm per hari.
Predileksi penyakit ini terutama pada daerah telapak kaki, bokong, genital dan tangan.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang khusus tidak ada.

Penegakan Diagnosis (Assessment)

Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Diagnosis Banding
Dermatofitosis, Dermatitis, Dermatosis

Komplikasi
Dapat terjadi infeksi sekunder.

Cutaneous Larva Migrans
Gambar Cutaneous Larva Migrans

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan

  1. Memodifikasi gaya hidup dengan menggunakan alas kaki dan sarung tangan pada saat melakukan aktifitas yang berkontak dengan tanah, seperti berkebun dan lain-lain.
  2. Terapi farmakologi dengan: Tiabendazol 50mg/kgBB/hari, 2x sehari, selama 2 hari; atau Albendazol 400 mg sekali sehari, selama 3 hari.
  3. Untuk mengurangi gejala pada penderita dapat dilakukan penyemprotan Etil Klorida pada lokasi lesi, namun hal ini tidak membunuh larva.
  4. Bila terjadi infeksi sekunder, dapat diterapi sesuai dengan tatalaksana pioderma.
    Konseling dan Edukasi
    Edukasi pasien dan keluarga untuk pencegahan penyakit dengan menjaga kebersihan diri.
    Kriteria Rujukan
    Pasien dirujuk apabila dalam waktu 8 minggu tidak membaik dengan terapi.

Peralatan
Lup

Prognosis
Prognosis umumnya bonam. Penyakit ini bersifat self-limited, karena sebagian besar larva mati dan lesi membaik dalam 2-8 minggu, jarang hingga 2 tahun.

Referensi

  1. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

  2. James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M. 2000. Andrew’s Diseases of the Skin:
    Clinical Dermatology. 10th Ed. Canada. Saunders Elsevier.

  3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.2011.Pedoman Pelayanan Medik. Jakarta.

  4. Heryantoro, L. Soeyoko, Ahmad R.A. 2012. Risk factors of hookworm related cutaneous larva migrans and definitive host prevalence on a settlements area in kulon progo district, Indonesia. Field Epidemiology Training. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.