Apa yang dimaksud dengan Counter Transference dalam konseling?

Counter transference atau perpindahan balik dari transference adalah reaksi emosional dan proyeksi konselor terhadap klien, baik yang disadari maupun tidak disadari.

Apa yang dimaksud dengan Counter Transference ?

Secara umum pemindahan balik mengacu pada suatu kejadian dalam konseling dimana konselor memproyeksikan, menanggapi setara, perasaan-perasaan atau sikap klien berdasarkan pada pengalaman masa lalu atau hubungan konselor dengan orang lain (Mappiare, 2006).

Definisi yang lain dikemukakan oleh Brammer dan Shostrom (1982) bahwa pemindahan balik merupakan reaksi emosional dan proyeksi konselor terhadap klien, baik yang disadari maupun tidak disadari. Pemindahan balik ini dapat timbul karena bersumber dari kecemasan.

Pola kecemasan konselor dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu :

  1. masalah pribadi yang tak terpecahkan,
  2. tekanan situasional, dan
  3. komunikasi perasaan klien pada konselor .

Konselor dapat mengatasi perasaan pemindahan balik ini dengan cara :

  1. membatasi sumber perasaan pemindahan balik,
  2. meminta bantuan kepada ahli lain.
  3. mendiskusikan dengan klien,
  4. menyadari diri sendiri
  5. rujukan kepada konseling atau terapi kelompok.

Istilah transference berasal dari Sigmund Freud. Pertama kali gejala transference ditemukan Freud pada pekerjaan klinisnya di mana konselinya memiliki perasaan dan fantasi yang kuat terhadap terapisnya yang sebenarnya tidak berbasis realitas. Oleh banyak ahli, perasaan dan fantasi konseli yang kuat terhadap terapis ini sebenarnya merupakan proyeksi dari situasi-situasi relasi antara anak dan orang tua di masa kanak-kanaknya. Proyeksi itu sendiri berkaitan dengan “unfinished bussiness” atau persoalan yang belum terselesaikan dari relasi-relasi dimasa lalu dengan orang-orang yang berarti dalam kehidupan konseli. Menurut Nunberg, transference merupakan proyeksi terhadap gambaran ayah pada diri terapis. Namun, Zetzel melihat sumber proyeksi secara lebih luas, yaitu bukan hanya gambaran ayah melainkan gambaran orang tua.

Bila transference berupa pelimpahan perasaan dan harapan secara tidak disadari dan berlangsung secara spontan oleh konseli kepada konselor, maka sebaliknya pelimpahan perasaan dan harapan secara tidak disadari dan berlangsung secara spontan oleh konselor/terapis kepada konseli disebut countertransference.

Countertransference merupakan proyeksi berbagai pengalaman akan nilai-nilai dan emosi-emosi dalam diri konselor yang ditekan sehingga ketika ia memberi konseling berbagai pengalaman teresebut muncul kembali, terutama saat berhadapan dengan konseli yang mempunyai pengalaman yang mirip dengan dirinya. Akibatnya, proses konseling bisa menjadi pelimpahan perasaan konselor terhadap konseli secara intensif. Dalam tradisi psikoanalisa, diskusi tentang tema countertransference tidak banyak dibandingkan dengan transference. Banyak ahli berasumsi bahwa terapis adalah pribadi yang matang, biasanya berusia lebih tua dibandingkan pasiennya sehingga sangat jarang terjadi proyeksi figure ayah di dalam diri pasien.

Countertransference adalah suatu gejala yang terjadi ketika ada perasaan yang tidak wajar dari pihak terapis terhadap konseli. Gejala itu tampak,misalnya, terapis kehilangan objektivitas di dalam relasi (Corey, 1991).

Gejala dan arah countertransference


Dalam setting konseling, Benyamin menemukan countertransference menggejala dalam perilaku-perilaku konseli terhadap konselor (terapis) dengan tanda-tanda sebagai berikut:

  • Konselor merasa sangat tertarik terhadap konseli.
  • Konselor jatuh cinta kepada konseli yang berlainan jenis.
  • Konselor merasa benci kepada konseli.
  • Konselor merasa marah kepada konseli.
  • Konselor merasa gelisah karena konseli menyinggung suatu hal yang bagi dirinya sendiri merupakan persoalan.
  • Konselor mengharapkan konseli tertentu sering menghubunginya karena konselor mendapat kepuasaan pribadi dari pertemuan dengan konselinya.
  • Konselor mengharapkan konseli menerima semua nasihatnya karena konselor cenderung ingin menguasai orang.
  • Konselor mengharapkan konseli cepat menunjukkan tanda-tanda kemajuan selama proses konseling dan konselor merasa cemas bila tanda kemajuan belum tampak.