Apa yang dimaksud dengan citra diri atau self image?

Citra diri

Citra diri atau gambaran diri (self image) merupakan gambaran mengenai diri individu atau jati diri seperti yang digambarkan atau yang dibayangkan (Chaplin, 2006).

Apa yang dimaksud dengan citra diri atau self image ?

1 Like

Citra diri (self image) adalah persepsi tentang diri kita sendiri, dan seringkali tidak kita sadari, karena memiliki bentuk yang sangat halus ata abstrak. Citra diri lebih bersifat global dan bersifat sebagai payung besayang menaungi seluruh kecenderungan tindakan kita dalam berpikr atau bertindak.

Citra diri sering dianalogikan sebagai kartu identitas diri yang kita perkenalkan kepada semesta alam.

Berikut adalah definisi citra diri atau self image menurut beberapa ahli :

  • Citra diri merupakan konsep yang dimiliki individu atas pilihannya sebagai individu sendiri. Ini merupakan produk dari pengalaman masa lalu, kesuksesan dan kegagalan, penghinaan dan penghargaan, dan reaksi orang lain terhadap diri individu (Maltz, 1994).

  • Citra diri merupakan apa yang dilihat seseorang ketika dia melihat dirinya sendiri. Burn (1993)

  • Citra diri dapat juga disebut dengan self knowledge yang mempunyai makna terkait dengan apa yang ingin individu pikirkan tentang dirinya. Brown (1998)

  • Citra diri merupakan persepsi seseorang mengenai keberadaan fisik dan karakteristiknya, seperti kejujuran, rasa humor, hubungannya dengan orang lain, apa yang dimilikinya, serta kreasi-kreasinya (Louden dan Biua).

  • Citra diri merupakan salah satu segi dari gambaran diri yang berpengaruh pada harga diri (Centi, 1993).

  • Citra diri merupakan bagian dari konsep diri yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik. Citra diri merupakan gambaran seseorang mengenai fisiknya sendiri (Pratt, 1994).

  • Citra diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri sebagai makhluk yang berfisik, sehingga citra diri sering dikaitkan dengan karakteristik-karakteristik fisik termasuk di dalamnya penampilan seseorang secara umum, ukuran tubuh, cara berpakaian, model rambut dan pemakaian kosmetik. Burns (1993)

Setiap orang akan mempunyai citra diri tentang dirinya sendiri, baik tentang citra diri yang sebenarnya (real self), maupun citra diri yang diinginkannya (ideal self). Kemampuan yang dimiliki, keadaan lingkungan, dan sikap serta pendapat pribadinya akan mempegaruhi seseorang dalam bentuk citra dirinya (Burns).

Menurut Mappiere (2010) terdapat kesamaan arti pada istilah self image (citra diri) maupun self concept. Kedua istilah ini menurut Mappiare (2010) menunjuk pada pandangan atau pengertian seseorang terhadap dirinya sendiri.

Baron & Byrne (1991) mengungkapkan bahwa hanya orang-orang yang menurut individu memiliki reaksi dan evaluasi yang penting yang dapat mempengaruhi konsepsi individu terhadap dirinya. Orang-orang penting tersebut antara lain, teman dekat, orang tua, anggota keluarga, serta guru. Sehingga dapat disimpulkan citra diri merupakan gambaran mengenai diri individu yang terlihat (dibayangkan) sendiri oleh individu, atau juga diri yang ingin dibayangkan oleh individu yang dapat dipengaruhi oleh orang lain.

Aspek-aspek Citra Diri


Brown (1998) mengungkapkan bahwa terdapay tiga aspek dalam pengetahuan akan diri sendiri yaitu:

  • Dunia fisik (physical world)

    Realitas fisik dapat memberikan suatu arti yang mana kita dapat belajar mengenai diri kita sendiri. Sumber pengetahuan dari dunia fisikal memberikan pengetahuan diri sendiri. Akan tetapi pengetahuan dari dunia fisik terbatas pada atribut yang bisa diukur dengan yang mudah terliha dan bersifat subjektif dan kurang bermakna jika tidak dibandingkan dengan individu lainnya.

  • Dunia Sosial (social world)

    Sumber masukan untuk mencapai pemahaman akan citra diri adalah masukan dari lingkungan sosial individu. Proses pencapaian pemahaman diri melalui lingkungan sosial tersebut ada dua macam, yaitu :

    1. Perbandingan Sosial (social comparison)

      Serupa dengan dunia fisik, dunia sosial juga membantu memberi gambaran diri melalui perbandingan dengan orang lain. Pada umumnya individu memang cenderung membandingkan dengan individu lain yang dianggap sama dengannya untuk memeperoleh gambaran yang menurut mereka adil. Akan tetapi tidak jarang individu membandingkan dirinya dengan individu yang lebih baik (upward comparison) atau yang lebih buruk (downward comparison) sesuai dengan tujuan mereka masing-masing.

    2. Penilaian yang tercerminkan (reflected apraisal)

      Pengetahuan akan diri individu tercapai dengan cara melihat tanggapan orang lain terhadap perilaku individu. Misalnya jika individu melontarkan gurauan dan individu lain tertawa, hal tersebut dapat menjadi sumber untuk mengetahui bawa individu adalah lucu.

  • Dunia dalam/ psikologis (inner/ psychologycal world)

    Terkait dengan sumber berupa penilaian dari dalam diri individu, terdapat tiga hal yang dapat mempengaruhi pencapaian pemahaman akan citra diri individu, yaitu:

    1. Instrospeksi (introspection)

      Introspeksi dilakukan agar individu melihat kepada dirinya untuk mencari hal-hal yang menunjang dirinya. Misalnya seseorang yang merasa dirinya pandai, bila berintrospeksi akan melihat berbagai kejadian dalam hidupnya, misalnya bagaimana dirinya menyelesaikan masalah, menjawab pertanyaan, dan sebagainya.

    2. Proses mempersepsi diri (self perception process)

      Proses ini memiliki kesamaan dengan intropeksi, namun bedanya adalah bahwa proses mempersepsi diri dilakukan dengan melihat kembali dan menyimpulkan seperti apa dirinya setelah mengingat-ingat ada tidaknya atribut yang dicarinya di dalam kejadian-kejadian di hidupnya. Sedangkan introspeksi dilakukan sebaliknya.

    3. Atribusi kausal (causal attributions)
      Cara ini dilakukan dengan mencari tahu alasan dibalik perilaku. Weiner (dalam Brown, 1998) mengatakan bahwa atribusi kausal adalah dimana individu menjawab pertanyaan mengapa dalam melakukan berbagai hal dalam hidupnya.

      Atribusi kausal ini juga dapat dilakukan kepada perilaku orang lain yang berhubungan dengan individu. Dengan mengetahui apa alasan orang lain melakukan suatu perbuatan yang berhubungan dengan individu, sehingga individu tahu bagaimana gambaran diri sebenarnya. Atribusi yang dibuat mempengaruhi pandangan individu terhadap dirinya.

Menurut Grad (1996) citra diri mengandung beberapa aspek,yaitu :

  • Kesadaran (awareness) adanya kesadaran tentang citra diri keseluruhan baik yang bersifat fisik maupun non fisik.

  • Tindakan (action) melakukan tindakan untuk mengembangkan potensi diri yang dianggap lemah dan memanfaatkan potensi diri yang menjadi kelebihannya.

  • Penerimaan (acceptance) menerima segala kelemahan dan kelebihan dalam dirinya sebagai anugrah dari sang pencipta.

  • Sikap (attitude) bagaimana individu menghargai segala kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya.

Komponen-komponen citra diri menurut Jersild (1961), diantaranya :

  • Perceptual Component

    Komponen ini merupakan image yang dimiliki seseorang mengenai penampilan dirinya, terutama tubuh dan ekspresi yang diberikan pada orang lain. tercakup didalamnya adalah attracttiviness, appropriatiness, yang berhubungan dengan daya tarik seseorang bagi orang lain. Hal ini dapat dicontohkan oleh seseorang yang memiliki wajah cantik atau tampan, sehingga seseorang tersebut disukai oleh orang lain, komponen ini disebut physical self image.

  • Conceptual Component

    Komponen ini merupakan konsepsi seseorang mengenai karakteristik dirinya, misalnya kemampuan, kekurangan, dan keterbatasan dirinya. Komponen ini disebut psychological self image.

  • Attitudional Component

    Komponen ini merupakan pikiran dan perasaan seseorang mengenai dirinya, status, dan pandangan terhadap orang lain. komponen ini disebut sebagai social self image.

1 Like

Menurut G. Sach dalam soemirat dan Elvinaro Ardianto, citra adalah pengetahuan mengenai kita dan sikap-sikap terhadap kita yang mempunyai kelompok-kelompok yang berbeda. Pengertian citra ini kemudian disitir oleh Effendi dalam soemirat dan Elvinaro Ardianto bahwa citra adalah dunia sekeliling kita yang memandang kita.

Menurut Bill Canton adalah kesan, perasaan, kesan dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang organisasi. Bertolak dari pengertian tersebut, Soemirat dan Elvinaro Ardianto, berpendapat bahwa citra itu dengan sengaja perlu diciptakan agar bernilai positif.
Sedangkan menurut katz, citra adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu komite, atau, suatu aktivitas.

Menurut Frank Jefkins individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya. Jalaludin Rakhmad, mendefinisikan citra sebagai gambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi.
Berdasarkan pengertian para pakar diatas, citra dapat diartikan sebagai gambaran yang didapat oleh lingkungan disekitar atau pihak lain sebagai hasil dari pengalaman dan pengetahuannya tentang suatu obyek. Penilian tentang fisik atau tubuh sendiri oleh beberapa ahli dinamakan citra diri, Citra diri merupakan salah satu segi dari gambaran diri yang berpengaruh pada harga diri. Citra diri merupakan bagian dari konsep diri yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik. Citra diri merupakan gambaran seseorang mengenai fisiknya sendiri .

Senada dengan hal tersebut, mengatakan bahwa citra diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri sebagai makhluk yang berfisik, sehingga termasuk berpakaian, model rambut dan lain-lain. Pendapat ini ini didukung oleh Susanto: citra diri merupakan konsep yang kompleks meliputi, kepribadian, karakter, tubuh dan penampilan individu.

Menurut Centi citra diri merupakan hal yang subyektif, menurut penglihatan sendiri. Keadaan dan penampilan diri pada gilirannya dipengaruhi oleh norma yang dijumpai atau dihadapi. Pendapat ini didukung oleh Burns mengatakan bahwa citra diri merupakan sumber utama dari banyak kepuasan, karena citra diri merupakan proses dimana individu menguji kapasitas-kapasitasnya menurut standart-standart dan nila-nilai pribadinya yang telah diinternalisasikan dari masyarakat.

Hal tersebut didukung oleh Maltz, yang menyatakan bahwa citra diri adalah konsepsi seseorang mengenai orang macam apakah dirinya Ini merupakan produk masa lalu beserta sukses dan kegagalannya, penghinaan dan kemenangannya, serta orang lain .

Kussein, berpendapat bahwa pada dasarnya citra diri adalah penfsiran seseorang secara subyektif pada dirinya sendiri, oleh karena itu sering terjadi kekeliruan dalam menafsirkan karena individu mengabaikan faktor-faktor obyektif yang ada. Hadisubrata, menyatakan bahwa citra diri bersifat subyektif, sebab hanya didasarkan pada interpretasi pribadi tanpa mempetimbangkan atau meneliti lebih jauh kenyataan benarnya.

Hadisubrata, menjelaskan bahwa orang yang memiliki ciri sendiri, menerima diri sendiri, mengembangkan potensinya seoptimal mungkin. Sebaliknya orang yang memiliki citra diri negatif akan mengembangkan watak-watak seperti rendah diri membenci diri sendiri, pemalu, dan watak-watak lain yang menghambat penyesuaian dalam pergaulan. Citra diri dipengaruhi pengalaman masa lalu beserta sukses dan kegagalannya, dan pemikiran tentang citra diri ideal menurut seseorang. Orang yang mampu menerima keadaan fisik atau raganya akan memiliki citra positif dan yang tidak menerima keadaan fisik dan raganya akan memiliki citra negatif.

Ciri-ciri citra diri menurut Tadabbur, meliputi citra diri positif dan citra negatif.

  • Ciri-Ciri Citra Positif

    1. Mempunyai gambaran diri yang jelas tentang masa depannya
    2. Optimis mengarungi kehidupan
    3. Yakin dapat mengatasi masalah yang dihadapi
    4. Penuh harapan dan yakin dapat meraih kehidupan yang lebih baik.
    5. Segera bangkit dari kegagalan dan tidak larut dalam duka berkepanjangan.
    6. Tidak ada hal yang tidak mumgkin.
    7. Penuh percaya diri.
  • Ciri-Ciri Citra Diri Negatif

    1. Merasa rendah diri, menganggap dirinya tidak berguna dan tidak berarti ditengah masyarakat
    2. Merasa keberadaannya tidak dibutuhkan oleh masyarakat lingkungan.
    3. Merasa tidak pantas atau tidak berhak memiliki atau mendapatkan sesuatu.
    4. Merasa terlalu muda atau terlalu tua untuk melakukan sesuatu.
    5. Merasa dibenci dan disukai oleh lingkungan dan orang sekitar.
    6. Merasa tidak mampu dan selalu khawatir mendapatkan kegagalan dan cemoohan dari orang sekelilingnya.
    7. Merasa kurang pendidikan dibanding orang lain.
    8. Kurang memiliki dorongan dan semangat hidup, tidak berani memulai sesuatu hal yang baru, selalu khawatir berbuat dan kesalahan dan ditertawakan orang lain.

Self image atau Citra diri adalah cara kita memandang diri kita sendiri. Citra diri mencakup apa yang kita ketahui tentang diri kita secara fisik (misalnya rambut cokelat, mata biru, tinggi), peran sosial kita (misalnya istri, saudara laki-laki, tukang kebun), dan sifat kepribadian kita (mis. Suka bergaul, serius, baik hati).

Citra diri tidak selalu cocok dengan kenyataan. Beberapa individu memiliki persepsi yang meningkat tentang satu atau lebih karakteristik mereka. Persepsi yang meningkat ini mungkin positif atau negatif, dan seseorang mungkin memiliki pandangan yang lebih positif tentang aspek-aspek tertentu dari diri dan pandangan yang lebih negatif dari orang lain.

Citra diri adalah gambaran, umumnya dari jenis yang cukup tahan terhadap perubahan, yang menggambarkan rincian tidak hanya yang berpotensi tersedia untuk penyelidikan objektif oleh orang lain (tinggi, berat, warna rambut, jenis kelamin, IQ skor dan lain-lain ), tetapi juga item yang telah dipelajari oleh orang tentang dirinya, baik dari pengalaman pribadi atau oleh internalisasi penilaian orang lain. Definisi sederhana dari citra diri seseorang adalah jawaban mereka untuk pertanyaan ini “Apa yang Anda percaya orang berpikir tentang Anda?” (“Self Image” 2013).

Pietrofesa dalam setiap tulisannya secara konsisten menerangkan bahwa citra diri meliputi semua nilai, sikap, dan keyakinan terhadap diri seseorang dalam berhubungan dengan lingkungan, dan merupakan paduan dari sejumlah persepsi diri yang memengaruhi dan bahkan menentukan persepsi dan tingkah laku (Mappiare, 2010).

Lebih lanjut dijelaskan bahwa citra diri merupakan keluaran atau output dari persepsi diri. Persepsi adalah proses diterimanya rangsang berupa objek, kualitas hubungan antar gejala, maupun peristiwa sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti. Jadi persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses membuat penilaian atau membangun kesan mengenai berbagai macam hal yang terdapat di dalam lapangan pengindraan seseorang (Suwarno, 2009).

Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami seseorang ketika berusaha memahami informasi yang diterimanya. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi. Persepsi ini merupakan proses unik menggambarkan sesuatu yang kadang-kadang berbeda dengan kenyataannya. Boleh dikatakan bahwa persepsi yang demikian merupakan praduga atau anggapan sesaat (Suwarno, 2009).

Persepsi ini merupakan proses informasi dalam diri kita untuk mengenali atau membuat kita menjadi tahu dan mengerti hal-hal yang kita hadapi. Seseorang dapat saja melakukan persepsi yang keliru atau berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga menimbulkan kesulitan bagi yang bersangkutan. Tetapi di lain pihak, persepsi dapat membantu kita dalam menghadapi berbagai macam situasi yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Karena sebenarnya pada diri manusia terdapat suatu kebutuhan yang kuat untuk mengenali dan memperoleh kepastian mengenai hal-hal yang ditemui atau dihadapi (Suwarno, 2009).

Diri merupakan perpaduan yang terbentuk dari beberapa hal. Sebagian dari diri ini diwariskan. Hal itu berasal dari orang tua, kakeknenek dan juga dari saudara-saudara jauh Anda. Hal itu juga dibentuk dari pengalaman sehari-hari. Bagian penting dari diri ini berasal dari aspek moral, ukuran atau standard dan ideal-ideal yang diperlukan, serta berhubungan dengan pikiran. Bagian lainnya berasal dari aspirasi dan identifikasi dari ego (Rosenbaum, 2012).

Jadi, berdasarkan uraian di atas, persepsi diri dapat diartikan tanggapan atau ungkapan terhadap diri sendiri berupa penilaian terhadap diri.