Apa yang dimaksud dengan Attractiveness?

image|690x350

Apa yang dimaksud dengan Attractiveness?

Attractiveness dapat dipahami dari berbagai sudut pandang, termasuk sudut pandang evolusi. Dalam buku The Evolution of Human Sexuality, Donald Symons (1981) menunjukan bahwa laki-laki tertarik pada perempuan yang lebih muda karena mereka mempunyai tanda-tanda fisik yang mengindikasikan bahwa mereka sehat yang juga mengindikasikan kemungkinan kesuksesan bereproduksi yang lebih tinggi. Sebaliknya, perempuan biasanya tertarik pada laki-laki yang lebih tua, dimana mereka memberikan isyarat tingkah laku dan fisik yang menandakan mereka dapat menyediakan resources dan child care berkualitas kepada keturunan mereka.

Clore dan Byrne dalam Brehm, Miller, Perlman, dan Campbell (2002) mengatakan bahwa hal yang mendasar mengenai ketertarikan interpersonal adalah kita tertarik pada orang lain yang kehadirannya memberikan reward bagi kita. Attractiveness dapat dipahami sebagai penilaian dalam pemilihan pasangan baik kepada laki-laki dan perempuan secara estetika dan afektif (Rhodes,2006).

Dalam salah satu kamus Psikologi (Matsumoto, 2009), ‘Attractiveness’ diartikan sebagai berikut:

The state of or degree to which one possesses the qualities that lead others to want to approach him or her, often sexually.”

Sedangkan kata ‘Attraction’ dalam Bathia (2009), mempunyai arti:

  1. In general usage (e.g., Berschied and Walster 1978) it refers to a positive inner attitude felt by one person towards another

  2. According to Byrne (1971) attraction refers specifically to the linking expressed by a subject for a stranger

  3. Attraction also used to indicate growth of linking during acquaintance It refers to the whole area of research into personal liking and hence to a variety of different forms of relationships

  4. Psychology & Allied Sciences 35 friendship, courtship and marriage) without concern for their possible differences in form, intensity and expressive nature of liking.

Yang dimaksud sebagai attractiveness menurut sudut pandang psikologi evolusi adalah karaker-karakter anatomi dan tingkah laku yang menghasilkan intensitas courtship tertinggi, secara ideal, kesuksesan reproduksi yang tertinggi (MacNeill, 2010). Attractiveness disini ditekankan pada keinginan individu untuk menghsilkan keturunan dengan lawan jenis yang ia anggap berpotensial tinggi dalam memberikan keturunan yang terbaik.

Sudut Pandang Mengenai Attractiveness


Attractiveness dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, dua diantaranya dari sudut pandang sosial, dan sudut pandang evolusi. Ketertarikan berkaitan dengan hubungan antar manusia. Suatu hubungan bisa dimulai dimana saja dan dalam situasi apa saja, misalnya di sekolah, tempat umum, ketika sedang bekerja, di mall, atau bahkan di dunia maya. Secara psikologis, langkah besar pertama dalam sebuah hubungan selalu sama, yaitu interpersonal attraction (ketertarikan interpersonal), dorongan untuk mendekati seseorang (Brehm, Miller, Perlman, & Campbell, 2002).

Perasaan tertarik tidak sama dengan cinta, juga tidak menjamin munculnya perasaan cinta. Psikologi sosial memang memandang attraction sebagai ketertarikan, bukan suatu jaminan seseorang akan menjalin hubungan dengan orang lain, tapi merupakan pintu dari kemungkinan itu. Seperti yang sudah sedikit dibahas sebelumnya, menurut sudut pandang sosial, ketertarikan interpersonal didasari oleh reward yang didapatkan akibat kehadiran orang lain. Reward yang yang dimaksud adalah reward secara langsung yang kita peroleh dari interaksi kita dengan orang tersebut; dan reward yang tidak langsung, yang secara tidak langsung berkaitan dengan kehadiran orang tersebut. (Brehm et al., 2002)

Psikologi evolusi mempunyai sudut pandang yang lebih mendalam mengenai ketertarikan seseorang akan orang lain. Sudut pandang ini melihat attractiveness sebagai bagian dari pemilihan pasangan. Pemilihan pasangan sendiri adalah bentuk dari seleksi alam dimana seorang laki-laki atau perempuan tertarik pada karakteristik tertentu; seperti bentuk, warna, dan tingkah laku; dari lawan jenisnya; sehingga terjadi perubahan alami dalam suatu spesies. Terlihat bahwa teori evolusi memandang penting proses reproduksi sebagai proses yang penting untuk meneruskan keturunan sebagai suatu spesies. Attractiveness disini ditekankan pada keinginan individu untuk menghasilkan keturunan dengan lawan jenis yang ia anggap berpotensial tinggi dalam memberikan keturunan yang terbaik.

Aspek-aspek yang Berperan dalam Attractiveness


Terkait dengan persepsi attractiveness seseorang terhadap lawan jenisnya, tentu saja fenomena ini berada dalam suatu konteks pemilihan pasangan. Perbedaan proses reproduksi mendorong terjadinya evolusi. Oleh karena itu, mekanisme psikologi yang terkait dengan reproduksi seharusnya menjadi target yang kuat dalam pemilihan pasangan (Buss, 2008). Manusia tidak mungkin mempunyai tingkat persepsi attractiveness yang sama pada satu individu dengan individu lainnya.

Tiap individu memilih lawan jenis yang dianggap berpotensial dan mengabaikan yang dianggap tidak. Nenek moyang kita, pada jamannya, berjuang untuk menjaga kehangatan disekitar perapian, berburu daging untuk sanak saudara, berbagi kacang-kacangan, buah-buahan, dan tumbuh-tumbuhan, serta menghinar dari hewan berbahaya dan musuh. Jika mereka memilih pasangan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya; yaitu pasangan yang berselingkuh, yang malas, yang tidak mempunyai kemampuan berburu yang baik, ataupun yang melakukan tindak kekerasan; kelangsungan hidup mereka terancam.

Proses perkembangbiakkan juga beresiko tinggi mengalami kegagalan Sebaliknya, pasangan yang menyediakan kebutuhan yang berlimpah, yang melindungi pasangan dan anak-anaknya kelak, yang membaktikan waktu, tenaga, dan usahanya untuk keluarga akan dianggap mempunyai nilai berharga. Sebagai hasil dari pertahanan hidup yang kuat dan keuntugan reproduksi yang dialami para nenek moyang kita yang bijak dalam memilih pasangan, banyak dorongan spesifik yang berevolusi.

Sebagai keturunan dari para penerus evolusi, manusia modern diwariskan ketentuan spesifik dalam memilih pasangan. Setelah lebih dari ribuan generasi, laki-laki yang menunjukan ciri-ciri kemampuan dan keinginan untuk berkomitmen yang berevolusi pada manusia. Preferensi ini dianggap berhasil mengatasi masalah reproduksi pada perempuan (Buss, 2008).

Beberapa dekade belakangan, peneliti di bidang psikologi telah mengadakan penelitian yang mencari tahu karakter-karakter yang dianggap menarik bagi laki-laki dan perempuan; yaitu, tanda-tanda yang memberikan informasi paling dapat dipercaya mengenai kualitas reproduktif seseorang.

Buss (2008), salah satu penemu ilmu psikologi evolusi, menyimpulkan karakteristik laki-laki yang dianggap perempuan sebagai karakteristik yang paling attractive berdasarkan definisi sebelumnya:

  1. Tanda-tanda indikasi kemampuan laki-laki untuk invest dalam menghasilkan keturunan: usia, ambisi, pengaturan penghasilan, industriousness, status sosial, dan kekuatan.

  2. Tanda-tanda indikasi keinginan laki-laki untuk berinvestasi dalam menghasilkan keturunan: afeksi/kasih sayang, komitmen, bisa diandalkan, stabilitas, dan interaksi positif dengan anak-anak.

  3. Tanda-tanda indikasi kemampuan laki-laki untuk melindungi pasangan dan keturunannya: usia, keberanian, ketangkasan, kesehatan, kekuatan fisik, dan ukuran tubuh (terutama tinggi).

  4. Tanda-tanda indikasi kemampuan laki-laki untuk mengurus/pedulian terhadap keturunannya: dependability, kestabilan emosi, keramahan, dan interaksi positif dengan anak-anak.

  5. Tanda-tanda indikasi compatibility laki-laki sebagai pasangan: kesamaan usia, kesamaan kepribadian, dan kesamaan nilai-nilai.

  6. Tanda-tanda indikasi kesehatan dan kepanjangan usia laki-laki secara keseluruhan: usia, kondisi fisik, kulit yang bersih, ketangkasan, gaya berjalan, dan simetrisitas (terutama wajah).

1 Like

Daya Tarik (Attractiveness)

Daya tarik terdiri dari tiga hal, yaitu kesamaan, keakraban dan disukai. Daya tarik tidak hanya fisik, tapi juga meliputi sejumlah karakteristik yang menjadi kelebihan pendukung, seperti keterampilan intelektual, sifat, kepribadian, karakteristik gaya hidup, dsb. Daya tarik seorang endorser tidak terlepas dari dua hal penting, yaitu tingkat kesukaan di depan penonton iklan (likability) dan tingkat kesamaan personalitas yang ingin dimiliki oleh pengguna produk (similarity).

Ada beberapa pendapat bahwa Physical Attractiveness ada korelasi/hubungan dengan kesukaannya pada orang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Dion (1968) pada umumnya orang percaya bahwa yang dikatakan cantik itu berkorelasi dengan baik. Orang-orang itu juga cenderung mengakui bahwa cantik atau tampan. Ketika anak TK ditanya : Siapakah yang paling disukai di dalam kelas dan siapa yang berperilaku baik? Ternyata mereka akan menunjuk teman mereka yang paling menarik (secara physical attractiveness sangat menarik menurut orang dewasa). Eksperimen Dion terhadap beberapa wanita mereka ditunjukkan 2 foto (foto anak nakal/jahat yang wajahnya menarik dan yang wajahnya tidak menarik walaupun anaknya baik). Ketika disuruh menilai, ternyata ada perbedaan besar. Bagi anak yang tampan, mereka cenderung memberikan maaf dibandingkan dengan anakanak yang jelek/tidak menarik. Orang dewasa di dalam menilai orang lain, terkadang cenderung mengikuti pola yang sama. Apabila dinilai orang itu menarik secara fisik, maka gambaran orang itu akan menuju hal-hal yang baik. Kita cenderung menilai orang menarik itu lebih berhasil dalam rumah tangga dan pekerjaan. Kenyataan menunjukkan bahwa apabila kita bersama orang yang tampan menarik, kita itu dapat sekaligus juga disukai.

Dalam beberapa penelitian (Bickman, 1971) menemukan bahwa pakaian kita berpengaruh pada bagaimana orang menanggapi kita ada 2 kelompok wanita; satu kelompok berpakaian yang menunjukkan tingkat sosial tinggi. Kelompok lain tingkat sosial rendah. Masing-masing kelompok diminta menggunakan telepon umum yang ada banyak orang. Selesai menelpon, ada barang yang ditinggalkan (dalam hal ini secara sengaja adalah dompet). Ketika orang berikutnya keluar dan ditanyakan apakah ia melihat dompet yang tadi hilang ? Hasilnya 78% subjek mengembalikan uang kepada orang yang tingkat sosialnya tinggi. Sisanya untuk yang rendah. Ada penelitian oleh Ellen & Walster (1969); menyatakan bahwa kecantikan/ketampanan memiliki pengaruh besar pada kesan awal. Mengapa? Karena kekuatan dari kecantikan/ketampanan dapat hilang setelah kita mengenal orang itu.