Apa yang dimaksud dengan Aritmia?

aritmia

Aritmia adalah suatu tanda atau gejala dari gangguan detak jantung atau irama jantung. Hal ini bisa dirasakan ketika misalnya, jantung berdetak lebih cepat dari normal yang selanjutnya disebut takikardia atau ketika jantung berdetak lebih lambat dari normal, yang disebut sebagai bradikardia.

Jantung yang berdenyut melambat tentu akan mengganggu aliran darah sampai ke otak sehingga penderitanya sewaktu-waktu dapat pingsan. Sebaliknya, jika jantung berdenyut terlalu cepat dalam jangka yang lama maka dapat mengarah pada gagal jantung kongestif yang tentunya sangat berbahaya.

Aritmia timbul bilamana penghantaran listrik pada jantung yang mengontrol detak jantung mengalami gangguan, ini dapat terjadi bila sel saraf khusus yang ada pada jantung yang bertugas menghantarkan listrik tersebut tidak bekerja dengan baik. Aritmia juga dapat terjadi bila bagian lain dari jantung menghantarkan sinyal listrik yang abnormal.

Apa yang dimaksud dengan Aritmia ?

Aritmia adalah irama yang bukan berasal dari nodus SA atau irama yang tidak teratur sekalipun berasal dari nodus SA atau frekuensi kurang dari 60 kali/menit (sinus bradikardi) atau lebih dari 100 kali/menit (sinus takikardi), serta terdapat hambatan impuls supra/intraventrikular.36-38

Epidemiologi


Aritmia memiliki insidens yang tinggi sebagai penyebab kematian mendadak (sudden death) pada populasi berumur 40-50 tahun di negara maju Tercatat di Amerika Serikat pada tahun 2001, 450.000 meninggal karena aritmia. Risiko kematian mendadak akibat aritmia meningkat sesuai dengan meingkatnya umur, namun menurun pada dekade kedelapan. Insidens aritmia dan kematian mendadak lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan.

Pada dewasa muda berumur di bawah 35 tahun, 100 kali lebih rendah dibandingkan dengan usia di atas 35 tahun.39 Secara epidemiologi, insidens dari aritmia dan kematian mendadak lebih tinggi pada kelompok Afrika-amerika dibandingkan dengan kulit putih. Di Indonesia, data mengenai prevalensi aritmia belum ada.

Etiologi


Aritmia dapat ditimbulkan oleh beberapa sebab, yaitu:

  1. Persarafan autonom dan obat-obatan yang mempengaruhinya

  2. Lingkungan sekitarnya seperti Iskemia, pH, keadaan elektrolit yang tidak seimbang, obat-obatan

  3. Kelainan struktural jantung seperti fibrosis, sikatriks, inflamasi, jaringan abnormal, kalsifikasi, dan lain-lain

  4. Rangsangan dari luar, seperti pacemaker.

Keempat faktor penyebab di atas dapat tumpang tindih pada satu pasien, dan dapat berinteraksi satu sama lain, membuat pasien menjadi lebih rentan untuk mengalami aritmia dan lebih sulit untuk diatasi.36

Patogenesis dan patofisiologi


Mekanisme terjadinya aritmia meliputi salah satu atau lebih mekanisme di bawah ini:

  1. Pengaruh persarafan autonom yang mempengaruhi laju jantung
  2. Nodus SA mengalami depresi sehingga fokus irama jantung diambil alih oleh fokus pacu jantung yang lain
  3. Fokus pacu jantung lain memiliki aktivitas yang lebih tinggi daripada nodus SA, sehingga irama jantung mengikuti fokus tersebut, bukan mengikuti nodus SA (Enhanced Automaticity).
  4. Impuls yang dihasilkan oleh nodus SA gagal disalurkan ke sel-sel otot jantung yang lain karena adanya hambatan (SA Block) atau tidak dapat keluar dari nodus SA (Sinus Arrest)
  5. Terjadi hambatan setelah keluar dari nodus SA, yang berupa AV block atau Bundle Branch Block. Hambatan ini dapat bersifat unidireksional ataupun bidireksional.
  6. Mekanisme Reentrant, yang terjadi karena adanya jalur aksesori disertai dengan periode refrakter yang berbeda antara jalur aksesori dengan jalur konduksi utama jantung.36,40mekanisme ini adalah salah satu mekanisme yang paling sering menyebabkan terjadinya aritmia pada kebanyakan pasien.40

Jenis-jenis aritmia

Berdasarkan asal fokus aritmia, aritmia dapat diklasifikasikan menjadi:

  1. Aritmia dengan asal dari nodus SA

    • Sinus aritmia
    • Sinus takikardi
    • Sinus bradikardia
    • Sinus arrest
    • Sinus block
  2. Aritmia Atria

    • Atrial fibrilasi
    • Atrial Flutter
    • Atrial takikardia paroksismal
    • Atrial ekstrasistol, yang bisa unifocal maupun multifocal.
  3. Aritmia AV Jungsional

    • AV jungsional bradikardi
    • AV jungsional takikardi paroksismal
    • AV jungsional takikardi non-paroksismal
    • AV jungsional ekstrasistol
  4. Aritmia Supra Ventrikuler

    • Aritmia SV multifokal
    • Takikardi SV multifokal
    • Takikardi SV multifokal dengan blok
    • SV ekstrasistol
  5. Aritmnia Ventrikuler

    • Irama idio ventrikuler
    • Takikardi ventrikuler paroksismal
    • Ventricular flutter
    • Ventricular fibrillation
    • Ventrikel parasistol
    • Ventrikel ekstrasistol
  6. Gangguan konduksi pada sekitar berkas His

    • Blok AV derajat 1-3
    • Blok cabang berkas (bundle branch block)
      • Right bundle branch block (RBBB)
      • Left bundle branch Block (LBBB)
      • Rate dependent branch block.

1. Sinus Bradicardi

Sinus bradikardi adalah irama jantung yang berasal dari nodus SA dengan frekuensi kurang dari 40/menit. Irama jantung ini terjadi pada orang yang biasa berolahraga, miksedema, hipotermia, vagotonia, dan kenaikan tekanan intrakranial.

2. Sinus Takikardi

Sinus takikardi adalah irama jantung yang berasal dari nodus SA teratur, namun memiliki frekuensi lebih dari 100/menit. Pada sinus takikardi, interval PR tetap konstan dan tidak bervariasi, kecuali bilsa terdapat blok AV pada pasien tersebut. Irama jantung ini bisa ditemukan sebagai nilai normal pada bayi, setelah aktivitas fisik, dan akibat stress psikologis. Sinus takikardi juga bisa merupakan manifestasi dari kelainan seperti hipertiroidisme, hipovolemia, infeksi, sepsis, anemia, PPOK, dan konsumsi obat-obatan simpatomimetik. Sinus takikardi juga merupakan reaksi dari gagal jantung akut, yang merupakan kompensasi dari rendahnya fraksi ejeksi (ejection fraction).

3. Sinus Aritmia

Sinus aritmia merupakan aritmia fisiologis, di mana frekuensi akan meningkat saat inspirasi dan menurun saat ekspirasi.dikatakan sinus aritmia bila selisih antara siklus sinus terpanjang dengan siklus sinus terpendek lebih besar dari 120 ms. Gejala baru timbul bila aritmia menimbulkan jarak denyut yang sangat panjang, dan biasanya berupa pusing atau palpitasi.41 Jenis aritmia ini tidak butuh pengobatan.

4. AV block

AV blok adalah keadaan di mana terdapat gangguan konduksi pada nodus AV.36-41 Terdapat tiga tingkatan dalam AV blok, yakni:

  • AV blok derajat 1
    Blok derajat 1 ditandai dengan pemanjangan interval P semata- mata, yakni melebihi 0,2 s.41 Blok derajat 1 biasanya didasari oleh gangguan konduksi di proksimal dari His bundle, yang bisa disebabkan oleh intoksikasi digitalis, peradangan, proses degenerasi, atau variasi normal. biasanya bila tidak menimbulkan gejala, tidak dibutuhkan pengobatan apapun.

  • AV blok derajat 2

  • Mobitz tipe 1 (Wenckebach block)
    Mobitz tipe 1 ditandai dengan adanya pemanjangan progresif dari interval PR yang pada akhirnya akan berujung pada suatu titik dimana gelombang P tidak diikuti lagi oleh kompleks QRS. Setelah melalui titik ini, gelombang QRS akan muncul lagi dan akan terjadi pemanjangan progresif lagi dari interval PR, dan begitu seterusnya. Pada Mobitz tipe 1, kerusakan terjadi pada proksimal dari His bundle. Mobitz tipe 1 ini terjadi akibat peningkatan dari tonus vagus, intoksiskasi digitalis, atau iskemia miokard. bila tidak menimbulkan gangguan hemodinamik dan gejala, blok ini tidak memerlukan pengobatan.

  • Mobitz tipe 2
    Mobitz tipe 2 adalah AV blok derajat 2 yang ditandai dengan terjadinya gelombang P tanpa diikuti oleh kompleks QRS yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa pemanjangan dari interval PR. kerusakan pada Mobitz tipe 2 adalah pada distal dri His bundle. Bila kerusakan terjadi lebih distal lagi, blok ini bisa diikuti oleh bundle branch block.40 Mobitz tipe 2 dapat disebabkan oleh infark miokard akut, miokarditis, dan proses degenerasi (penyakit Lev’s atau Lenegre). sebaiknya pasien dengan AV blok derajat 2 tipe 2 diberikan alat pacu jantung.

  • AV blok derajat 3 (Total AV block)
    AV blok derajat 3 adalah AV blok yang ditandai dengan dengan tidak selarasnya gelombang P dengan kompleks QRS. Frekuensi gelombang P dengan kompleks QRS pun berbeda, masing-masing 60- 100/menit dan 40-60/menit. AV Blok derajat 3 biasanya terjadi sementara dan bisa disebabkan oleh penyebab AV blok derajat 2. Bila menetap, pasien dengan AV blok sebaiknya diberikan alat pacu jantung.

  1. Left Bundle Branch Block (LBBB)
    LBBB merupakan gangguan konduksi pada cabang berkas kiri. Gangguan ini pada EKG akan tampak berupa gelombang rsR’ atau R yang lebar di sadapan 1, aVL, V5, dan V6. Cabang berkas kiri terdiri dari divisi anterior dan posterior. Pada blok cabang anterior, (hemiblok anterior), aksis akan mengalami deviasi ke kiri yang ekstrim, sedangkan pada blok cabang berkas posterior (hemiblok posterior), aksis akan secara ekstrim terdeviasi ke kanan.

  2. Right Bundle Branch Block (RBBB)
    RBBB merupakan gangguan konduksi yang terjadi pada cabang berkas kanan. Gambaran EKG yang terlihat adalah kompleks QRS yang lebar (lebih dari 0,12 s), gelombang RSR’ di sadapan V1 dan V2, gelombang S yang melebar pada sadapan I, aVL, V5, dan V6. Kelainan ini bisa dijumpai pada variasi normal, Atrial Septal Defect (ASD), infark miokard, dan degenerasi.

  3. Atrial fibrilasi
    Atrial fibrilasi adalah aritmia di mana pada dasarnya terjadi ketidakteraturan dalam eksitasi dan recovery dari atrium.36 Ketidakteraturan ini mempunyai frekuensi yang sangat tinggi, dan tidak semua impuls yang timbul pada atrium disalurkan ke ventrikel karean adanya mekanisme perlindungan dari nodus AV. Frekuensi ventrikel pada keadaan ini bisanya berkisar 80-150/menit, dengan defisit pulsus dan bunyi jantung yang tidak konsisten. Gambaran khas atrial fibrilasi pada EKG adalah adanya gelombang f, yang berupa gelombang kecil, berundulasi tidak teratur dengan amplitudo yang berariasi.

    Atrial fibrilasi dapat ditimbulkan oleh penyakit katup mitral, penyakit jantung iskemik, tirotoksikosis, dan carditis infekstif akut. Atrial fibrilasi dapat menyebabkan stroke, sehingga pencegahan dan pengendalian atrial fibrilasi harus dilakukan sesegera mungkin saat diagnosis atrial fibrilasi ditegakkan.

  4. Atrial flutter
    Atrial flutter merupakan aritmia yang termasuk ke dalam golongan Macroreentrant Atrial Tachycardias. Dasar terjadinya atrial flutter adalah reentrant pada atrium yang dapat disebabkan oleh jaringan fibrosis pada operasi jantng, terapi ablasi, fibrosis idiopatik, dan kelainan antaomis lainnya yang menyebabkan kelainan struktur sistem konduksi atrium.

    Pada gambaran EKG, frekuensi depolarisasi atrium pada keadaan atrial flutter adalah 250-350/menit, yang biasanya diikuti dengan frekuensi setengahnya oleh ventrikel, yakni 150 kali/menit. Gambaran khas pada aritmia ini adalah bentuk gelombang p dengan gambaran saw tooth appearance dan tidak terlihatnya garis isoelektrik dikarenakan adanya aktivitas reentrant yang terjadi terus menerus.

  5. Irama Jungsional
    Irama jungsional adalah irama yang mucul dari fokus ektopik yang terletak di daerah jungsional, yakni nodus AV dan His bundle. terdapat 4 jenis irama jungsional, yakni kontraksi prematur jungsional, junctional escape rhythm, accelerated juntional rhythm, dan paroxysmal junctional tachycardia. Keempat tipe ini memiliki gejala yang berbeda-beda satu sama lain.

  6. Supraventrikular takikardi
    Supraventrikuler takikardia adalah semua aritmia yang berasal dari fokus supraventrikel, interval R-R kurang dari 600ms, dan memiliki frekuensi eksitasi lebih dari 100/menit.40

Tatalaksana


Tatalaksana untuk aritmia meliputi terapi farmakologi, elektroterapi, dan terapi bedah.43 Berikut ini akan dibahas secara singkat satu per satu jenis terapi tersebut.

  • Terapi farmakologis
    Terapi aritmia secara farmakologi menggunakan obat-obat golongan aritmia. Obat-obat golongan aritmia dibagi lagi ke dalam 5 kelas. Golongan obat, mekanisme obat, dan indikasi pemakaian dikemas dalam tabel berikut ini

Tabel Klasifikasi obat antiaritmia.

Agent Indikasi Dosis IV Dosis oral Efek samping
Class Ia
Quinidine AF, AFL, AVNRT, AVRT 6–10 mg/kg dalam 20–30 min 200–400 mg q4–6j; q8j kerja jangka panjang Hipotensi (terutama IV), ventricular proaritmia, gangguan GI, trombositopenia
Procainamide AF, AFL, AVNRT, AVRT Bolus: 15 mg/kg diberikan dalam 20 mg/menit Infusion: 2–4 mg/menit 50 mg/kg/hari q3–4j; bid dosage with long-acting preparation Gangguan GI, hipotensi, SLE, agranulositosis, FUO, anemia hemolitik, perburukan myasthenia gravis, ventricular
Class1c
Flecainide AF, AFL, AT, AVNRT, AVRT Tidak tersedia 100–200 mg q12j Ventricular proaritmia, CHF, gangguan GI, gangguan CNS (dizziness, tremor, light- hedaness)
Propafenone AF, AFL, AVNRT, AVRT Tidak tersedia 150–300 mg q8j Gangguan GI, gangguan CNS (dizziness), metallic taste, CHF, 1° AVB, IVCD, + ANA
Class II (IV)
Esmolol menkontrol frekuensi ventrikel, AF, AFL, ST, AT Bolus: 500 ug/kg dalam 1–2 min Infusion: 50-200 ug/kg/min Tidak tersedia CHF, AVB, bradycardia, bronkospasme
Propranolol menkontrol frekuensi ventrikel, AF, AFL, ST, AT 1–5 mg dengan kecepatan 1 mg/min 20–320 mg/hari q6j, q8j, q12j or qd, tergantung dari sediaan CHF, AVB, bradycardia, bronchospasm
Sotalol AF, AFL, AVNRT, AVRT, AT Tidak tersedia 80–160 mg q12j Dyspnea, lelah, pusing, CHF, bradycardia, ventricular proarhitmia, bronkospasme
Amiodarone AF, AFL, AVNRT, AVRT, AT Bolus: 150 mg dalam 10 min 100–400 mg qd Toksisitas Pulmoner, CHF, tremor, bradycardia, menaikkan LFTs, depositdi kornea, noda pada kulit, intoleransi GI, hyper-/hypothyroidism
Infusion: 1 mg/min x 6 jam, then 0.5 mg/min
Ibutilide AF, AFL 1 mg bolus dalam 10 min bolus kedua, bila diperlukan, setelah10- min menunggu N/A Ventricular proarhitmia, hipotensi, gangguan GI
Dofetilide AF, AFL N/A 125–500 ug bid modified by algorithm Ventricular proaritmia, sakit kepala, nyeri dada, nausea, dizziness
Class IV
Cardizem AF, AFL, AVNRT, AVRT, AT, MAT Bolus: 0.25 mg/menit dalam 2 menit lalu 0.35 mg/kg dalam 15 menit 90–360 mg/hari dalam 1–4 dosis terbagi, tergantung dari sediaan Hipotensi, bradycardia, CHF, AVB
  • Elektroterapi
    Elektroterapi merupakan salah satu bentuk terapi yang berguna untuk mengatasi aritmia. Ada beberapa jenis elektroterapi yang dapat digunakan dalam terapi aritmia, dan masing-masing modalitas terapi memiliki indikasi, teknik, dan komplikasi yang berbeda.

    1. DC Kardioversi
      Indikasi dari tindakan ini adalah takiaritmia dengan mekanisme dasarnya berupa proses reentrant. Terapi ini memiliki efektifitas yang lebih tinggi daripada terapi dengan agen antiaritmia. Terapi ini dapat menghilangkan reentrant yang terjadi dengan menggunakan arus listrik yang diatur besarnya sesuai dengan jenis aritmia yang dialami dan dalam mode synchronized. Kebanyakan dari SVT dapat diatasi dengan arus bifasik 20-50 Joule, namun beberapa jenis aritmia lain perlu arus yang lebih tinggi.

      Terapi ini dilakukan dengan anestesi terlebih dahulu, sehingga persiapan untuk pemasangan jalan napas dengan intubasi dilakukan. Komplikasi yang dapat ditimbulkan antara lain adalah aritmia, yang sering berupa VT, dan episode emboli pasca cardioversi.

    2. Alat Kardioversi-defibrilasi tertanam (Implantable Cardioversion device)
      Alat Kardioversi-defibrilasi tertanam (ICD) merupakan sebuah modalitas elektroterapi yang menggunakan alat yang ditanam pada tubuh pasien dan berfungsi untuk memonitor dan menghantarkan arus kardioversi secara otomatis bila terdeteksi adanya aritmia. Indikasi penggunaan ICD adalah meliputi VT, VF, dan pemanjangan interval QT yang sudah diikuti dengan sinkop atau riwayat henti jantung. Komplikasi yang dapat ditimbulkan meliputi rasa tidak nyaman akibat luka insisi saat pemasangan alat sampai aritmia berupa VF atau VT.

    3. Ablasi
      Terapi ablasi adalah modalitas eletroterapi yang menggunakan energi listrik untuk menghancurkan myocardium yang menjadi fokus dari timbulnya aritmia. terapi ini menggunakan metode kateterisasi dan bisa menggunakan energi yang dihasilkan oleh radiofrekuensi. Indikasi terapi ini adalah aritmia dengan mekanisme reentrant.

  • Terapi Bedah
    Terapi bedah pada aritmia memiliki prinsip yang sama dengan terapi ablasi pada modalitas elektroterapi. Bedanya, terapi bedah menghancurkan fokus aritmia secara mekanik.

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999).

Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994).

Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).

Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan orang sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau bahkan sampai mengancam nyawa. .

Aritmia dan HR abnormal tidak harus terjadi bersamaan. Aritmia dpt terjadi dg HR yang normal, atau dengan HR yang lambat (disebut bradiaritmia - kurang dari 60 per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan HR yang cepat (disebut tachiaritmia - lebih dari 100 per menit).

Pengobatan aritmia jantung seringkali dapat mengendalikan atau menghilangkan denyut jantung tidak teratur. Selain itu, aritmia juga dapat diatasi dengan menjalankan gaya hidup sehat. Tanda dan gejala aritmia jantung tidak selalu mudah dikenali. Pemeriksaan kesehatan rutin bisa membantu untuk mendeteksi aritmia lebih dini. Irama jantung yang tidak teratur dapat juga terjadi pada jantung yang ‘normal dan sehat.

Gangguan irama jantung dapat di bagi dua:

  1. Gangguan irama fibrilasi(tidak kuncup)pada serambi beresiko stroke
  2. Gangguan irama fibrilasi (tidak kuncup) pada bilik jantung berakibat langsung fatal.

Gangguan irama jantung yang paling sering terjadi adalah “serambi jantung tidak menguncup” atau fibrilasi-bergetar kecil saja dan hanya sekali-sekali saja kuncup secara normal dimana yang seharusnya pacu jantung SA di serambi kiri memberikan pacu untuk serambi jantung agar menguncup secara teratur tetapi tidak berhasil dan seluruh dinding serambi hanya bergetar saja tanpa memompa jantung alias ngadat, hal akan sangat berbahaya dan beresiko untuk terjadinya stroke. Walaupun serambi tidak menguncup sempurna karena adanya gangguan irama tetapi darah masih dapat mengalir lambat ke bilik jantung dan selanjutnya dipompakan keseluruh tubuh.

Kasus-kasus fibrilasi serambi tidak kuncup banyak terjadi Uni Eropa dan Amerika Serikat, terutama pada mereka yang telah berusia di atas 60 tahun, apalagi bagi yang memiliki usia di atas 80 tahun resiko terjadinya fibrilasi serambi jantung semakin tinggi dapat terjadi.

Kejadian fibrilasi tidak kuncup yang terjadi pada bilik jantung maka akan mengakibatkan kefatalan karena tidak adanya darah yang dipompakan keluar jantung, dan dengan sekejap saja orang dapat meninggal. Akibatnya Gangguan Irama pada serambi jantung ini membahayakan karena sebagai akibat aliran darah yang tidak lancar dalam serambi jantung dapat terbentuk bekuan darah yang semakin besar dimana kemudian bekuan ini dapat lepas dan menyangkut di otak serta menimbulkan stroke. Bekuan darah ini dapat juga lepas dan meyangkut di ginjal serta menimbulkan gagal ginjal.

Deteksi Aritmia

Pada dasarnya deteksi aritmia cukup sederhana, yaitu dengan menggunakan alat perekam irama jantung yang disebut elektrokardiografi (EKG). Bila pasien datang pada saat ada keluhan-keluhan diatas lalu dilakukan perekaman EKG, maka dapat diketahui ada tidaknya gangguan gangguan irama/aritmia jantung. Kadangkala, gejala timbul di rumah dan ketika sampai di RS gejalanya sudah hilang sehingga pada perekaman EKG-pun tidak tertangkap aritmia-nya.

Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan lain yang lebih komprehensif seperti Holter Monitoring atau pemeriksaan yang canggih yang disebut Electrophysiology Study (EPS). Holter monitoring adalah perekaman EKG secara kontinue selama 24-48 jam sehingga memperbesar peluang deteksi aritmia. Bila aritmianya hanya terjadi sangat jarang maka diperlukan rekaman yang lebih lama. Kadang dilakukan pemasangan alat kecil dibawah kulit yang disebut Insertable Loop Recorder (ILR). EPS adalah suatu pemeriksaan invasive dimana dilakukan perekaman listrik jantung secara langsung pada sistem listrik jantungnya

Ada beberapa tipe-tipe aritmia

  • Premature atrial contractions. Ada denyut tambahan di awal yg berasal dari atrium (ruang jantung bagian atas). Ini tidak berbahaya dan tidak memerlukan terapi.

  • Premature venticular contractions (PVCs). Ini merupakan aritmia yang paling umum dan terjadi pd orang dengan atau tanpa penyakit jantung. Ini merupakan denyut jantung lompatan yang kita semua kadang2 mengalami. Pada beberapa orang, ini bisa berkaitan dengan stres, terlalu banyak kafein atau nikotin, atau terlalu banyak latihan. Tetapi kadang-kadang, PVCs dpt disebabkan oleh penyakit jantung atau ketidakseimbangan elektrolit. Orang yang sering mengalami PVCs dan/atau gejala2 yg berkaitan dgnya sebaiknya dievaluasi oleh seorang dokter jantung. Namun, pada kebanyakan orang, PVC biasanya tidak berbahaya dan jarang memerlukan terapi.

  • Atrial fibrilasi (AF). Ini merupakan irama jantung tidak teratur yang sering menyebabkan atrium, ruang atas jantung, berkontraksi secara abnormal.

  • Atrial flutter. Ini merupakan aritmia yang disebabkan oleh satu atau lebih sirkuit yang cepat di atrium. Atrial flutter biasanya lebih terorganisir dan teratur dibandingkan dengan atrial fibrilasi. Aritmia ini terjadi paling sering pada orang dengan penyakit jantung, dan selama minggu pertama setelah bedah jantung. Aritmia ini sering berubah menjadi atrial fibrilasi.

  • Paroxysmal supraventricular tachycardia (PSVT). Suatu HR yang cepat, biasanya dengan irama yang teratur, berasal dari atas ventrikel. PSVT mulai dan berakhir dg tiba2. Terdapat dua tipe utama : accessory path tachycardia dan AV nodal reentrant tachycardia (lihat bawah).

  • Accessory pathway tachicardia. HR yang cepat disebabkan oleh jalur atau hubungan extra yang abnormal antara atrium dan ventrikel. Impuls berjalan melewati jalur ekstra selain juga melewati rute biasa. Ini membuat impuls berjalan di jantung dg sangat cepat menyebabkan jantung berdenyut dg cepat.

  • AV nodal reentrant tachycardia. HR yang cepat disebabkan lebih dari satu jalur melewati AV node. Ini dapat menyebabkan palpitasi (jantung berdebar), pingsan atau gagal jantung. Pada banyak kasus, ini dapat disembuhkan dg menggunakan suatu manuver sederhana yang dilakukan oleh seorang profesional medis yang terlatih, dg obat2an atau dengan suatu pacemaker.

  • Ventricular tachycardia (V-tach). HR yang cepat yang berasal dari ruang bawah jantung (ventrikel). Denyut yang cepat mencegah jantung terisi cukup darah, oleh karena itu, hanya sedikit darah yang terpompa ke seluruh tubuh. Ini dapat mrp aritmia yang serius, khususnya pd orang dengan penyakit jantung dan mkn berhubungan dg lebih banyak gejala. Seorang dokter jantung sebaiknya mengevaluasi aritmia ini.

  • Ventricular fibrilasi. Letupan impuls yang tidak teratur dan tidak terorganisir yang berasal dari ventrikel. Ventrikel gemetar dan tidak mampu berkontraksi atau memompa darah ke tubuh. Ini merupakan kondisi emergensi yang harus diterapi dg CPR dan defibrilasi sesegera mungkin.

  • Long QT syndrome. Interval QT adalah area pd ECG yang merepresentasikan waktu yang diperlukan otot jantung untuk berkontraksi dan kemudian relaksasi, atau yang diperlukan impuls listrik utk meletupkan impuls dan kmd recharge. Jika interval QT memanjang, ini meningkatkan resiko terjadinya “torsade de pointes”, suatu bentuk ventricular tachicardia yang mengancam hidup. Long QT syndrome merupakan suatu kondisi yang diturunkan yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada orang muda. Ini dapat diterapi dengan obat2 antiaritmia, pacemaker, electrical cardioversion, defibrilasi, defibrilator/cardioverter implant atau terapi ablasi.

  • Bradiaritmia. Ini merupakan irama jantung yang pelan yang dapat muncul dari kelainan pada sistem konduksi listrik jantung. Contohnya adalah sinus node dysfunction dan blok jantung.

  • Sinus node dysfunction. HR yang lambat yang disebabkan oleh SA node yang abnormal. Diterapi dengan pacemaker.

  • Blok jantung. Suatu penundaan (delay) atau blok total impuls listrik ketika berjalan dari sinus node ke ventrikel. Blok atau delay dapat terjadi pada AV node atau sistem HIS purkinje. Jantung berdenyut ireguler dan sering lebih lambat. Jika serius blok jantung perlu diterapi dengan pacemaker.

Macam-Macam Aritmia

  1. Sinus Takikardi
    Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada ECG adalah : laju gelombang lebih dari 100 X per menit, irama teratur dan ada gelombang P tegak disandapan I,II dan aVF.

  2. Sinus bradikardi
    Penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting pada ECG adalah laju kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p tgak disandapan I,II dan aVF.

  3. Komplek atrium prematur
    Impul listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus menyebabkan kompleks atrium prematur, timbulnya sebelu denyut sinus berikutnya. Gambaran ECG menunjukan irama tidak teratur, terlihat gelombang P yang berbeda bentuknya dengan gelombang P berikutnya.

  4. Takikardi Atrium
    Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu kompleks atrium prematur sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus AV.

  5. Fluter atrium.
    Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium cept dan teratur, dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan atau aVF seperti gambaran gigi gergaji

  6. Fibrilasi atrium
    Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah reentri multipel. Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit

  7. Komplek jungsional prematur

  8. Irama jungsional

  9. Takikardi ventrikuler

Penyebab dan faktor resiko

Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :

  1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi)
  2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
  3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia lainnya
  4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
  5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung
  6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
  7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
  8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
  9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
  10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung)

Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung atau kelainan irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah:

  1. Penyakit Arteri Koroner
    Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung abnormal, kardiomiopati, dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor resiko untuk hampir semua jenis aritmia jantung.

  2. Tekanan Darah Tinggi
    Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit arteri koroner. Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku dan tebal, yang dapat mengubah jalur impuls elektrik di jantung.

  3. Penyakit Jantung Bawaan
    Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.

  4. Masalah pada Tiroid
    Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan hormon tiroid terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi cepat dan tidak teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
    Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak cukup melepaskan hormon tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi (bradycardia).

  5. Obat dan Suplemen
    Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine dapat berkontribusi pada terjadinya aritmia.

  6. Obesitas
    Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner, obesitas dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.

  7. Diabetes
    Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi akan meningkat akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula darah rendah (hypoglycemia) juga dapat memicu terjadinya aritmia.

  8. Obstructive Sleep Apnea
    Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat tidur. Napas yang terganggu, misalnya mengalami henti napas saat tidur dapat memicu aritmia jantung dan fibrilasi atrium.

  9. Ketidakseimbangan Elektrolit
    Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut elektrolit), membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung.
    Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat memengaruhi impuls elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi terhadap terjadinya aritmia jantung.

  10. Terlalu Banyak Minum Alkohol
    Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di dalam jantung serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
    Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak kurang efektif dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian otot jantung).

  11. Konsumsi Kafein atau Nikotin
    Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia jantung yang lebih serius.
    Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi jantung dan mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau kematian mendadak akibat fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation).

Tanda Dan Gejala Aritmia

Ada beberapa tanda dan gejala Aritmia, yaitu

  • Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.

  • Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.

  • Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah

  • Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.

  • Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

  • Palpitasi

  • Pingsan

  • Rasa tidak nyaman di dada

  • Lemah atau keletihan (perasaan

  • Detak jantung cepat (tachycardia)

  • Detak jantung lambat (bradycardia)

Pemeriksaan Gangguan Irama Jantung

  • EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.

  • Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.

  • Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup

  • Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.

  • Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia.

  • Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat menyebabkan disritmia.

  • Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.

  • Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.

  • Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.

  • GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

Penatalaksanaan Medis

Terapi medis

Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :

a. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker

  • Kelas 1 A
    Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
    Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang menyertai anestesi.
    Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang

  • Kelas 1 B
    Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
    Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT

  • Kelas 1 C
    Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi

b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi

c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang

d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia

Terapi mekanis

  • Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.

  • Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.

  • Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.

  • Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.