Apa yang dimaksud dengan Al-Mushawwir atau Maha Membentuk Rupa ?

al-Mushawwir

Nilai yang terkandung di dalam al-Mushawwir:

Barangsiapa yang berdzikir dengan “Ya Mushawwir” dengan sebanyak-banyaknya, maka Allah SWT akan menuntun apa yang akan dikerjakannya dengan kebaikan.

Kata al-Mushawwir terambil dari kata shawwara: yang terdiri dari huruf-huruf al-shad, al-waw, dan al-ra, berarti memperindah bentuknya, Zat yang memberi rupa atau bentuk. Nama al-Mushawwir hanya ada satu dalam Al-Qur`an, yaitu dalam
surat al-Hasyr: 24.

“Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada- Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”, (Q.s. al-Hasyar/59: 24).

Nama al-Mushawwir sangat berkaitan dengan dua nama sebelumnya, yaitu Al-Khâliq dan Al-Bâri’. Jika nama Al Khâliq bermakna Allah adalah Yang Menciptakan sesuatu dari tidak ada, Al-Bâri` bermakna Yang Mengadakan sesuatu sesuai dengan rencana dan tujuan dari penciptaan tersebut, maka Al Mushawwir adalah Yang Maha Membentuk sesuatu sehingga berbeda dari yang lainnya.

Bentuk mashdar dari al-Mushawwir adalah al-Tashwir. Sesuatu yang mempunyai panjang, lebar, besar, kecil, dan apa saja yang melengkapinya, untuk menjadikan sempurna dan sesuatu yang berbentuk. Jadi, Allah tidak sekedar menciptakan segala sesuatu dan memberi ukuran dan bentuk yang berbeda-beda, tetapi juga dengan rupa yang indah.

“Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar, Dia membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu, dan hanya kepada-Nya-lah kembali (mu)”, (Q.s. al-Taghabun/64 :3).

Allah-lah yang membentuk sesuatu dengan bentuk yang sempurna, indah, beserta subtansi atau ciri khasnya masing-masing, sehingga masing-masing berbeda dari yang lainnya, sesuai dengan kehendak, ilmu, dan hikmah Allah yang Mahaagung. Allah-lah yang menciptakan manusia dan membentuknya dengan bentuk yang sempurna. Setiap mansusia memiliki ciri dan kepribadian yang berbeda-beda, sekalipun dilahirkan dari satu rahim atau bahkan kembar siam sekalipun.

Allah SWT berkalam, yang artinya,

“Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendakiNya. Tak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (Ali Imran: 6).

Menurut al-Khattabiy seperti yang dikutip oleh Umar Sulaiman mengatakan : Al-Mushawwir yang membuat ciptaan-Nya dalam berbagai bentuk yang berbeda agar saling dapat mengenal dan dibedakan antara satu dengan yang lain. Jika diperhatikan satu macam makhluk dari sekian banyak macam makhluk yang ada, seperti manusia mempunyai bentuk yang berbeda yang tidak sama dengan yang lain, baik rupa, warna kulit, terutama sidik jari dan DNA-nya.

Oleh karena itu, sifat Al-Mushawwir melengkapi sifat Al-Khâliq dan Al Bâri’. Allah adalah Al-Khâliq, karena Dia yang mengukur kadar ciptaannya. Allah Al-Bâri`, karena Allah yang mengadakan sesuatu dari ketiadaan. Sedangkan Allah Al-Mushawwir, karena Dia-lah yang memberi bentuk, citra, ciri, dan karakter untuk setiap ciptaan-Nya, sehingga semua tampak serasi, sempurna, dan penuh keindahan. Semua makhluk Allah ciptakan tanpa ada contoh sebelumnya, tetapi semua sesuai dengan kehendak, ilmu, dan hikmah Allah (Rahmad Ramadhan al-Banjari: 164).

Seorang hamba yang bermunajat dan berzikir dengan nama Allah Al-Mushawwir dan meneladaninya, akan hadir dalam dirinya kemampuan untuk memaksimalkan potensi-potensi yang telah Allah berikan kepadanya. Potensi tersebut harus terus dilatih dan dikembangkan, sehingga lahir sebuah karya yang memberikan manfaat kepada sesama.

Referensi :

  • Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
  • Abd Rahman R, Memahami esensi asmaul husna dalam alqur’an (Implementasinya Sebagai Ibadah dalam Kehidupan), UIN Alauddin