Apa saja tantangan Postmodernisme terhadap Teori Organisasi ?

Teori organisasi

Teori organisasi adalah studi tentang bagaimana organisasi menjalankan fungsinya dan bagaimana mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang-orang yang bekerja di dalamnya ataupun masyarakat di lingkup kerja mereka.

Apa saja tantangan Postmodernisme terhadap Teori Organisasi ?

Tantangan-tantangan pemikiran postmodernisme terhadap teori organisasi dapat dirangkum kedalam lima permasalahan yang ada pada teori organisasi dilihat dari perspektif postmodernisme.

Permasalahan normal sains

Sebagaimana dibahas, bahwa postmodernis menolak metanaratif. Hai ini menimbulkan tantangan yang mendasar: yaitu, dari perspektif postmodern, apa tujuan teori organisasi ? Apakah bisa ada teori organisasi ?

Dari perspektif postmodern, peneliti tidak boleh mencari teori utama (grand theory) atau proposisi teoritis secara menyeluruh yang menjelaskan proses organisasi. Sebaliknya, fokus penelitiannya harus pada mendapatkan pemahaman terkait dengan situasi pada titik waktu tertentu, mengakui bahwa hal ini hanyalah salah satu dari sejumlah pemahaman yang mungkin ada. Tidak ada lagi pencarian kebenaran.

Teori postmodern dapat digunakan untuk mencoba menantang pemahaman yang dominan dan untuk mengembangkan kapasitasnya yang digunakan untuk melakukan refleksi dan refleksivitas dalam manajer dan warganya (Gephart et al., 1996, hal. 359).

Tidak ada keinginan untuk mencapai titik akhir, penjelasan teoritis yang menyeluruh; sebaliknya, ‘teori’ postmodern digunakan untuk menantang praktik yang ada dan mendekonstruksi kebijaksanaan yang dapat diterima.

Permasalahan Kebenaran

Karena apa yang dianggap sebagai kebenaran adalah sesuatu yang tidak pasti, maka pencarian kebenaran menjadi sangat bermasalah sebagai tujuan dari ilmu sosial. Menurut Kilduff dan Mehra (1997), hal ini menunjukkan peningkatan perhatian penelitian terhadap bagaimana individu memahami, pengalaman, membangun dan memelihara dunia sosial dan bagaimana konstruksi sosial tersebut mengambil sebuah kepastian. Ini adalah masalah yang penting dan menimbulkan tantangan lain dalam teori organisasi: untuk lebih mengembangkan cara untuk mengakses bagaimana orang-orang memahami situasi dan bagaimana perkembangannya dari waktu ke waktu.

Hal ini tampaknya mempromosikan penggunaan metode penelitian kualitatif secara mendalam seperti dengan melakukan wawancara dan observasi terhadap partisipan dalam rangka untuk mempelajari organisasi. Namun, daripada berusaha menyatukan dan melakukan homogenitas terkait dengan pengalaman orang-orang, ahli teori organisasi akan mencari konflik, kontradiksi, dan ambiguitas, mencoba memahami proses di mana wacana tertentu telah berkembang dan terus berubah pada titik waktu tertentu.

Konflik-konflik ini akan ada di antara interpretasi orang-orang yang berbeda tetapi juga ada didalam individu-individu terkait dengan pengalaman organisasi (El-Sawad et al., 2004). Alih-alih mencari benang pemersatu terkait dengan cerita-cerita orang-orang tersebut, teoritis organisasi akan merayakan keragaman dan kompleksitas dari cerita-cerita tersebut.

Permasalahan Representasi

Menunjuk pada karya orang-orang seperti Katz dan Kahn dan studi Aston, mereka berpendapat bahwa apa yang ahli teori lihat bukanlah model sebagai representasi dari organisasi tetapi organisasi sebagai representasi dari model (Burrell, 1988). Dengan kata lain, cara para ahli teori membuat konsep dan merancang alat yang digunakan untuk mengukur aspek-aspek organisasi akan mendikte apa yang akan mereka lihat.

Dari perspektif postmodern, tidak ada metode yang mampu mencapai representasi fakta objektif. Sebaliknya, metode ilmiah digunakan untuk membujuk pembaca.

Peneliti postmodern harus berusaha membuat metode penelitian yang meraka gunakan secara jelas dan menjelaskan keterlibatan mereka sendiri. Pakar teori organisasi harus mencari relevansi, kejutan, tantangan, dan penemuan. Hal ini dapat dilihat sebagai sesuatu yang sangat membebaskan karena bagi beberapa peneliti, hal itu berarti bahwa tidak ada metode penelitian yang dapat dianggap memiliki status yang istimewa (Gergen dan Thatchenkerry, 1996).

Peneliti dapat mengadopsi pendekatan mix-and-match, dimana peneliti menggunakan metode dengan asumsi dasar yang cukup berbeda. Dimana, mayoritas peneliti postmodern dalam teori organisasi memilih untuk mengadopsi pendekatan kualitatif. Secara khusus, penggunaan etnografi menjadi sangat populer karena memungkinkan peneliti untuk memberikan suara kepada mereka yang tidak terwakili dalam wacana dominan (Linstead, 1993).

Permasalahan Penulisan

Postmodernis melihat bahwa semua teks akan sesuai untuk dilakukan dekonstruksi. Terdapat pengakuan bahwa sains dan ilmu sosial adalah sebuah kegiatan retorika saja, dengan teks-teks yang dimaksudkan untuk mempersuasi (membujuk).
Dengan demikian, peran penulis dalam beberapa hal menjadi lebih dalam keterampilan retoris. Pakar teori organisasi perlu ‘menjual’ versi realitas khusus mereka. Dengan cara lain, peran mereka dinegasikan dalam arti bahwa mereka mungkin menyarankan satu interpretasi, tetapi tidak ada alasan mengapa interpretasi mereka harus diberikan status lebih daripada yang lain. Apa yang mereka lakukan harus terbuka untuk dilakukan dekonstruksi.

Permasalahan Generalisasi

Dari perspektif postmodern, tujuan ilmu sosial bukanlah mengembangkan hukum yang dapat digeneralisasikan dari satu konteks ke konteks lainnya. Sebagai tujuan penelitian, tujuan tersebut akan hancur sebagian karena konteks penelitian yang kompleks dan spesifik secara historis.

Seperti permasalahan normalsains, hal ini akan mengarah pada pertanyaan: Apa tujuan penelitian? Bagi beberapa orang, itu mungkin kesenangan pada teks; bagi yang lain, itu mungkin berdampak pada praktik.

Kilduff dan Mehra (1997) menyatakan bahwa ketika kita melakukan kemajuan, kita akan menjadi lebih sadar akan ketidaktahuan kita sendiri, karena secara paradoks, kita ‘tahu lebih banyak dan meragukan apa yang kita ketahui’ (Richardson, 1998, hlm. 358).

Sumber : John McAuley, Joanne Duberley and Phil Johnson, Organization Theory : Challenges and Perspectives, Pearson Education Limited, 2007