Apa saja penyebab seseorang menjadi psikopat ?

Psikopat

Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Pengidapnya juga sering disebut sebagai sosiopat, karena perilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang terdekatnya.

Gejala-gejala psikopat diantaranya sering berbohong, fasih dan dangkal. Penderita egosentrisa dan menganggap dirinya hebat. Seorang penderita psikopat tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah. Kadang-kadang psikopat mengakui perbuatannya, namun ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli.

Apa penyebab seseorang menjadi psikopat ?

Psikopat terdengar cukup mengerikan bagi saya. Hal ini dikarenakan seorang psikopat kehilangan rasa empati nya bahkan tidak memiliki rasa bersalah ketika berbauat sesuatu yang buruk. Kemungkinan juga tidak akan merasa bersalah ketika melakukan suatu kejahatan. Karakter seorang psikopat juga agresif dan cenderung merugikan.

Walaupun tidak menjawab sepenuhnya penyebab seseorang menjadi psikopat, namun ada beberapa penelitian yang mendukung penyebab seseorang menjadi psikopat. Diantaranya adalah:

Kelainan di otak
Hubungan antara gejala Psikopat dengan kelainan sistem serotonin, kelainan struktural (decreased prefrontal grey matter, decreased posterior hippocampal volume and increased callosal white matter) dan kelainan fungsional (dysfunction of particular frontal and temporal lobe) otak. (Pridmore, Chambers & McArthur 2005).

Blair, dkk dalam LaBrode (2007) juga meneliti bahwa adanya kemungkinan tidak/kurang berfungsinya prefrontal cortex dan Amygdala di bagian otak sehingga menyebabkan individu tidak memiliki beberapa kemampuan antara lain belajar dari lingkungan (pada akhirnya sulit membedakan baik dan buruk) dan melakukan respon takut (sulit mengalami ketakutan ketika melakukan perbuatan yang melanggar norma). Individu semacam ini akan sulit merasakan perasaan bersalah dan juga sulit untuk ikut merasakan kesakitan dari orang yang disakitinya.

Lingkungan

Mereka yang berkepribadian psikopat memiliki latar belakang masa kecil yang tidak memberi peluang untuk perkembangan emosinya secara optimal. (Kirkman, 2002).
Faktor yang paling menentukan adalah ketika individu tumbuh dalam keluarganya. Munculnya beberapa permasalahan dalam keluarga seperti tidak diajarkannya anak untuk memiliki kemampuan sosial (empati, memahami orang lain, dll) perceraian orang tua dan kekerasan pada anak dapat mendorong munculnya pribadi psikopat.

LaBrode (2007) mengungkapkan kasus para pembunuh berantai yang ternyata pada masa kecilnya mengalami kejadian-kejadian tidak menyenangkan dan cenderung traumatis. Para pembunuh berantai ini memiliki sejarah antara lain kekerasan fisik dan seksual pada masa kanak-kanak dan kehilangan pengasuhan dan kelekatan sehat dengan orang tua terutama ibu.

Diri sendiri
Adanya korelasi antara perilaku orang-orang dengan sindrom psikopat, dengan skor yang tinggi dalam tes kepribadian Revised NEO Personality Inventory (NEO-P-I-R,1992). (Miller & Lynam, 2003)

Itu beberapa penyebab dari psikopati menurut beberapa sumber.

Sumber:

Menurut Singgih Dirgagunarsa mengatakan bahwa psikopat merupakan hambatan kejiwaan yang menyebabkan pengidapnya mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap norma-norma sosial yang ada di lingkungannya. Pengidap psikopat memperlihatkan sikap egosentris yang besar. Seolah-olah semua patokan untuk semua perbuatannya adalah dirinya sendiri.

Sampai saat ini banyak penelitian yang mendukung berbagai faktor tentang penyebab kelainan psikopat, antara lain:

  • Kelainan otak

    Hubungan antara gejala kelainan psikopat dengan kelainan sistem serotonin kelainan struktural, dan kelainan fungsional otak. (Pridmore, Chambers & McArthur, 2005). Sebuah studi di Amerika menemukan bahwa lebih dari 20 persen narapidana di sebuah penjara menengah setempat merupakan pengidap psikopati atau psikopat.

    Untuk mengetahui penyebabnya, para peneliti menggunakan alat scan MRI untuk mengamati aktivitas otak para narapidana di Rutan tersebut, ada sekitar 120 tahanan. Dari jumlah tersebut peneliti mengelompokkan menjadi 3 kategori. Psikopat rendah, tinggi, dan sedang. Setelah digolongkan berdasarkan kategori, peneliti menunjukkan beberapa gambar orang yang sedang kesakitan, seperti tertimpa benda berat atau terjepit pintu. Mereka disuruh membayangkan jika hal tersebut terjadi pada orang lain yang mereka kenal. Hasilnya, peneliti menemukan minimnya aktivitas pada bagian otak utama, termasuk amigdala (bagian otak yang paling berperan mengatur emosi).

    Menurut pemimpin penelitian, Prof. Jean Decety respon yang terhambat pada amigdala dan korteks prevontal ventromedial terbukti sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya tentang psikopati.

  • Lingkungan

    Orang yang mengidap psikopat memilik latar belakang masa kecil yang tidak memberikan peluang untuk mengembangkan masa emosinya secara maksimal. (Kirkman, 2002). Menurut Kartini Kartono, seseorang dapat menderita psikopat karena kurang atau tidak adanya kasih sayang yang diterima dari lingkungannya, terutama keluarga.

    Apabila pada lima tahun pertama dalam hidupnya dia tidak pernah mengalami kelembutan, kemesraan, dan kasih sayang, hal ini menjadikan individu tersebut gagal dalam mengembangkan kemampuan untuk menerima dan memberikan perhatian serta kasih sayang terhadap orang lain.

  • Kepribadian sendiri

    Adanya hubungan antara perilaku para pengidap psikopat dengan skor yang tinggi dalam tes kepribadian Revised NEO Personality Inventory (NEO-PI-R,1992) (Miller & Lynam, 2003).

Studi yang meneliti karakteristik psikopat menyatakan bahwa kelainan pada otak menjadi salah satu penyebab karakter psikopat. Sebuah tes psikopat dilakukan dengan fokus seputar kelainan diri seorang psikopat dan membandingkannya dengan orang yang bukan psikopat.

Kelainan pada otak ini diduga diakibatkan oleh faktor-faktor alamiah serta dampak dari kejadian negatif yang dialami dalam jangka panjang. Kelainan yang ditemukan memengaruhi bagaimana seorang psikopat mengambil keputusan, mempelajari sesuatu di sekitar dirinya, dan mengambil manfaat darinya.

Faktor ini selanjutnya akan memicu bagaimana mereka akan bertindak, berperilaku, dan memikirkan akibat dari apa pun yang dilakukan kepada lingkungan di sekitarnya.

Orang yang bukan psikopat sewajarnya memahami perbedaan antara yang benar dan salah. Orang psikopat pun merasakan hal yang sama, hanya saja dia tidak peduli terhadap dampak dari tindakannya.

Ciri-ciri psikopat salah satunya mereka bertindak secara spontan dan merespons apa pun di depannya tanpa mempertimbangkan efeknya secara moral.

1 Like

Secara umum, psikopat disebabkan oleh masalah psikososial dan biologis. Menurut Dr. Limas Sutanto, mengatakan bahwa psikopat merupakan gejala seseorang yang mengalami gangguan kepribadian antisosial. Hal ini ditandai dengan adanya keengganan untuk menaati norma-norma sosial umum yang biasanya diataati orang dewasa ditengah kehidupan sehari-hari. Penyebab gangguan tersebut menurutnya ada dua yaitu, psikososial dan biologis.

Namun pendapat bahwa psikopat ditentukan oleh dua faktor tersebut kurang disetujui oleh Dr. Robert Hare, seorang ahli psikologis dunia, didalam bukunya, Without Conscience. Beliau mengatakan bahwa penyebabnya masih belum bisa diprediksi secara pasti apakah hal tersebut merupakan pengaruh dari faktor eksternal (kehidupan sosial, lingkungan), faktor internal (genetik, kerusakan fungsi otak), atau mungkin juga faktor keduanya. Walau kini banyak ahli yang menyetujui bahwa faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi.

Faktor Internal


Contoh kasus bahwa faktor internal (genetik, kerusakan fungsi otak) berpengaruh terhadap faktor penyebab gangguan jiwa psikopat adalah ketika Hare memeriksa seorang pasien psikopat berusia 46 tahun bernama Al. Pada otak Al terbukti ditemukan kelainan. Al tidak dapat memisahkan stimulus yang bersifat rasional dari yang emosional. Semua stimulus diolah sekaligus oleh belahan otak kiri (pusat rasio) dan otak kanan (pusat emosi). Karena itu, menurut Hare, seorang psikopat tidak sekedar berbohong atau hipokrit, tapi juga ada sesuatu yang lebih serius, yakni ada kelainan di otaknya.

Dengan adanya faktor biologis ini juga muncul dalam penelitian Pridmore, Chambers dan McArthur pada tahun 2005. Mereka melaporkan adanya hubungan antara gejala psikopat dengan kelainan sistem serotonin, kelainan struktural, dan kelainan fungsional pada otak. Temuan lain disampaikan pula oleh Litman setahun sebelumnya. Ia menyebutkan, penderita psikopat mengalami kelainan neurologik pada sindrom Erotic Violence . Pada tahun 2003, Raine juga mengungkapkan ada kelainan Corpus Collosum pada sosok psikopat.

Faktor Eksternal


Faktor eksternal (kehidupan sosial, lingkungan) berpengaruh terhadap faktor penyebab gangguan jiwa psikopat diutarakan oleh Kirkman (2002), seorang ahli kesehatan dan sosial Universitas Bolton, Inggris. Ia menyatakan, pengidap kepribadian psikopat memiliki latar belakang masa kecil yang tidak memberi peluang untuk perkembangan emosinya secara optimal. Anak-anak salah asuh ini akan tumbuh menjadi orang-orang yang tidak bisa berempati dan tidak memiliki kata hati.

Menurut Dr. Kartini Kartono, seseorang dapat menderita psikopat karena kurang atau tidak adanya kasih sayang yang diterima dari lingkungannya, terutama keluarga. selama lima tahun pertama dalam hidupnya, dia tidak pernah merasakan kelembutan, kemesraan, dan kasih sayang, sehingga individu yang bersangkutan gagal dalam mengembangkan kemampuan untuk menerima dan memberikan perhatian dan kasih sayang pada orang lain.

Beberapa faktor penyebab psikopat yang telah diteliti oleh para ahli:

  1. Genetik
    Gen yang didapatkan dari orangtuanya terkadang menjadi penyebab seseorang menjadi psikopat. Seperti kata pepatah, buah tidak jatuh dari pohonnya. Seseorang yang dilahirkan dari orang tua psikopat memiliki peluang besar juga menderita psikopat.

  2. Trauma
    Trauma pada masa anak-anak karena suatu hal yang buruk. Disaat masa kanak-kanak saja kepribadian mereka sudah rusak, apalagi ketika tumbuh dewasa? Itulah mengapa kita sebagai orang tua harus mampu mengatasi trauma pada anak sedini mungkin.

  3. Lingkungan Pertumbuhan
    Anak-anak yang tumbuh pada lingkungan yang keras lebih besar berpeluang menjadi psikopat dibandingkan dengan yang tidak. Kekerasan rumah tangga, kondisi yang tidak harmonis, lingkungan seperti itulah yang berpeluang menjadi bibit-bibit psikopat.