Apa saja jenis-jenis ganguan cemas atau kecemasan ?

Gangguan cemas

Gangguan cemas atau Anxiety disorder memiliki banyak jenis dan mungkin juga dimiliki oleh setiap orang, meskipun tingkatan kecemasannya berbeda beda. Pada tingkatan kecemasan yang parah atau tidak terkendali, hal ini menjadi sebuah gangguan pada seseorang dan mempengaruhi aktivitas hariannya. Apabila hal ini terjadi, sebaiknya Anda segera konsultasi pada dokter atau tenaga kesehatan terdekat. Kondisi ansietas yang berlebihan ini seringkali diakibatkan oleh stress yang menumpuk dan kondisi tubuh yang lelah.

Apa saja jenis-jenis ganguan cemas atau kecemasan ?

Berikut ini jenis jenis anxiety disorder, yaitu :

  • Obsessive- Compulsive Disorders (OCD) : Ocd merupakan gangguan pikiran akibat ketakutan ketakutan yang berlebihan pada sesuatu. Misalnya orang yang terlalu takut terhadap bakteri sehingga dia berkali kali mencuci tangannya.

  • Social Anxiety Disorders: Social anxiety disorder disebut juga fobia sosial, dimana seseorang mengalami kecemasan berlebihan ketikan menghadapi orang lain atau berada dalam lingkungan sosial.

  • Post Traumatic Stress Disorder (PTSD): Orang dengan PTSD memiliki kisah traumatik pada dirinya yang begitu menakutkan dan berat seperti kasus pelecehan seksual, kematian orang yang dicintai, bencana, dan lain sebagainya. Trauma ini bersifat sulit dihilangkan dan terus membekas di pikiran orang tersebut.

  • Spesific Phobias: Gangguan fobia adalah ketakutan terhadap hal tertentu, seperti fobia ketinggian takut terhadap ketinggian, takut melihat darah, atau lainnya yang serupa. Fobia sulit dihilangkan dan harus menjalani terapi intensif terlebih dulu. Fobia berasal dari manipulasi pikiran seseorang yang berlebihan terhadap sesuatu yang menciptakan gambaran mengerikan yang mungkin membahayakan dirinya.

Ada beberapa jenis-jenis kecemasan menurut para ahli. Suryabrata (1993) membagi kecemasan menjadi tiga macam, meliputi:

  1. Kecemasan realistik, adalah reaksi ego terhadap bahaya di luar. Kecemasan ini merupakan kecemasan yang realistis, dengan kata lain kecemasan karena kenyataan yang sulit dihindari seperti kecemasan karena terjadi perpisahan dan kematian.

  2. Kecemasan neurotik, merupakan ketakutan terhadap hukuman dari lingkungan karena sadar memunculkan impuls padahal seharusnya tidak dimunculkan, misalnya secara tidak sadar memunculkan kata-kata kotor di depan orang lain.

  3. Kecemasan moral, merupakan kecemasan kata hati yang super egonya berkembang baik, misalnya cenderung merasa berdosa bila melakukan atau merencanakan perbuatan yang bertentangan dengan norma moral.

Sedangkan Darajat (1994) membedakan kecemasan sebagai suatu respon menjadi dua, yaitu:

  1. Kecemasan sesaat (State Anxiety), yaitu kecemasan yang muncul karena individu dihadapkan pada keadaan yang mengancam, yang dipengaruhi oleh pengalaman yang dipelajari individu pada masa lalu dan akan turun apabila keadaan tidak membahayakan.

  2. Kecemasan menetap (Trait Anxiety), yaitu keadaan cemas yang dialami individu berhubungan dengan kepribadian individu tersebut, karena kecenderungan dipandang sebagai suatu keadaan yang menunjukkan adanya suatu kesukaran dalam mengadakan proses penyesuaian diri. Individu yang mengalami kecemasan biasanya cenderung lebih mudah mengartikan lingkungn sebagai ancaman.

Berdasarkan teori yang dikemukakan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan dapat dibedakan menjadi kecemasan realistik, kecemasan neurotik dan kecemasan moral. Selain itu berdasarkan lamanya, kecemasan dapat dikelompokkan menjadi kecemasan sesaat dan kecemasan menetap.

  1. Kecemasan Normal

Dalam arti tradisional, istilah kecemasan ( anxiety ) menunjuk pada keadaan emosi yang menentang atau tidak menyenangkan yang meliputi interpretasi subjektif dan “arousal” atau rangsang fisiologis. Kecemasan dikonseptualisasikan sebagai reaksi emosional yang umum dan nampaknya tidak berhubungan dengan keadaan atau stimulus tertentu. Terkadang istilah kecemasan “ free floating ” digunakan untuk menggambarkan respon yang umum ini muncul tanpa sebab yang jelas.

  1. Kecemasan Abnormal

Pada umumnya, kecemasan dianggap sebagai hal yang abnormal jika terjadi dalam situasi yang dapat diatasi dengan sedikit kesulitan oleh kebanyakan orang. Perasaan cemas yang
terus menerus dan tinggi intensitasnya akan sangat memempengaruhi funsi individu, sosial, relasi dan fungsi sekolah atau pekerjaan sehari-hari. Didalam hal ini kecemasan telah menjadi masalah perilaku. Kecemasan dianggap abnormal hanya jika terjadi dalan situasi yang sebagian besar orang dapat menanganinya tanpa kesulitan yang berarti. Gangguan kecemasan adalah sekelompok gangguan di mana kecemasan merupakan gejala utama (gangguan kecemasan umum dan gangguan panik) atau dialami jika seseorang berupaya mengendalikan perilaku maladaptive tertentu (gangguan fobik dan gangguan obsesif-kompulsif).

  • Gangguan Kecemasan Umum
    Seseorang yang menderita gangguan ini hidup tiap hari dalam ketegangan yang tinggi. Ia secara samar-samar merasa takut atau cemas pada hampir sebagian besar waktunya dan cenderung bereaksi secara berlebihan terhadap stress yang ringan pun. Individu terus menerus merasa takut akan kemungkinan masalah dan mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan. Orang yang menderita gangguan kecemasan umum mungkin juga mengalami serangan panik- episode ketakutan yang berat dan mendadak atau teror. Selama serangan panik, individu merasa pasti bahwa sesuatu yang menakutkan akan terjadi. Orang yang mengalami kecemasan umum dan gangguan panik mungkin tidak mengetahui dengan jelas mengapa mereka merasa ketakutan.

  • Panik
    Orang-orang yang menderita gangguan panik, atau yang sebelumnya dinamakan dengan neurosis kecemasan, akan mengalami semacam serangan kecemasan atau panik. Serangan tersebut biasanya datang secara mendadak, tidak dapat dijelaskan, dan tidak dapat dikendalikan. Ketika seseorang mengalami serangan tersebut, biasanya melaporkan sulit bernafas, gemetar, mual, berkeringat banyak, denyut jantung tidak teratur dan tanda-tanda ketegangan otot yang lain. Orang dengan ciri gangguan ini, biasanya sudah dapat memperlihatkan respon panik hanya dengan tekanan atau halangan kecil saja. Biasanya penderita gangguan ini sangat cemas dan takut bila terjadi serangan lagi dan terhadap stress yang kecil sekalipun mereka cenderung mudah khawatir.

  • Fobia
    Atkinson dkk menjelaskan bahwa orang yang berespon dengan ketakutan yang kuat pada stimulus atau situasi tertentu yang oleh sebagian besar orang tidak dianggap berbahaya dikatakan menderita fobia. Individu biasanya menyadari bahwa rasa takutnya itu tidak rasional tetapi masih merasa cemas (mulai dari kekuatiran yang kuat sampai panik) yang dapat dihilangkan dengan menghindari objek atau situasi yang ditakutinya. Ketakutan biasanya tidak didiagnosis sebagai gangguan fobik kecuali mengganggu kehidupan sehari-hari. Phobia adalah ketakutan terhadap suatu benda atau suatu kejadian atau situasi tertentu yang sedemikian besarnya sehingga orang selalu berusaha menghindarkan diri. Seseorang yang menderita phobia ini tahu bahwa kecemasannya tidak seimbang dengan bahaya yang ada, tetapi merasa tidak sanggup mengendalikan perasaannya. Phobia biasanya dihubungkan dengan berbagai rangsang, termasuk ketinggian satu tempat, daerah yang selalu terbuka atau selalu tertutup, keramaian, sendirian, sakit, badai, darah, bakteri, kegelapan, penyakit, penghinaan, ular, hewan dan api. Psikolog analitis memandang phobia sebagai reaksi terhadap kecemasan yang dialihkan. Mereka mengasumsikan bahwa ketakutan secara tidak sadar dialihkan dari pengalaman pertama yang membangkitkan kecemasan kepada objek yang kurang membahayakan.

  • Obsesif- Kompulsif
    Atkinson dkk berpendapat bahwa obsesi adalah pikiran, bayangan, atau impuls yang tidak diundang yang menimbulkan kecemasan. Kompulsi adalah dorongan yang tidak dapat ditahan untuk melakukan tindakan atau ritual tertentu yang menurunkan kecemasan. Pikiran obsesif disertai dengan tindakan kompulsif. Korban mungkin berjuang mati-matian untuk membuang pikiran yang mengganggu atau menahan dorongan untuk melakukan tindakan berulang tetapi tidak mampu melakukannya. Kadang-kadang, semua orang memiliki pikiran yang timbul berulang-ulang dan dorongan untuk melakukan perilaku ritualistik. Tetapi bagi orang dengan gangguan obsesif-kompulsif, pikiran dan tindakan itu menyita banyak waktu sehingga mengganggu kehidupan sehati-hari. Individu yang bersangkutan menyadari pikirannya sebagai irasional dan menjijikan tetapi tidak mau mengabaikan atau menekannya. Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif menyadari ketidakmasukakalan dari perilaku kompulsifnya tetapi menjadi cemas saat mencoba menahan kompulsi itu, dan merasa lega jika tindakan kompulsi dilakukan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan terbagi menjadi beberapa macam, antara lain :

a. Kecemasan normal yaitu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang muncul tanpa sebab yang jelas dan tidak menimbulkan gangguan dalam fungsi diri individu, yaitu : state anxiety, trait anxiety, kecemasan realistis dan kecemasan eksistensial.
b. Kecemasan abnormal yaitu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang terus menerus dan tinggi intensitasnya sehingga dapat mempengaruhi fungsi individu, sosial, relasi danfungsi sekolah/pekerjaan sehari-hari, yang terbagi dalam kecemasan neurotik, gangguang kecemasan umum, panik, fobia dan obsesif kompulsif.

Jenis Kecemasan

Kecemasan menurut Kartono (1989: 120) dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:

  • Kecemasan Neurotis berkaitan dengan mekanisme pertahanan diri negatif. Faktor penyebab perasaan bersalah dan berdosa serta mengalami konflik-konflik emosional serius, kronis, frustasi dan ketegangan batin

  • Kecemasan Psikotis merupakan kecemasan yang terjadi karena adanya perasaan
    bahwa hidupnya terancam dan kacau, hilangnya kepercayaan diri pada ketika menghadapi suatu masalah, dan disorganisasi psikis, ketidakmampuan seseorang mengatur perasaan dalam dirinya.

Tingkat Kecemasan

Kecemasan diidentifikasi menjadi 4 tingkat (level) yaitu; ringan, sedang, berat, dan panik (Purnomo, 2009).

  • Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan kehidupan sehari- hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Individu melihat, mendengar, dan memegang secara lebih dibanding sebelumnya. Kecemasan jenis ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan perkembangan dan kreativitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang presepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.

  • Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang hanya berfokus pada persoalan yang sedang, melibatkan penyempitan dari lapangan persepsi sehingga individu kurang melihat, mendengar dan menggenggam. Individu menahan beberapa area terpilih tetapi dapat menyelesaikan jika diarahkan. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernafasan meningkat, keteganagan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan presepsi menyempit, mampu belajar tapi tidak maksimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah kecemasan, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.

  • Kecemasan Berat

Kecemasan berat ditandai oleh penurunan lapang persepsi. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang khusus, detail, dan tidak berfikir tentang hal-hal lain. Semua tingkah laku pada pengurangan kecemasan, dan memerlukan banyak bimbingan untuk berfokus pada area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, tidak dapat tidur, sering kencing, diare, lahan presepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada diri sendiri dan berkeingginan untuk menghilangkan kecemasan sangat tinggi, perasaan tidak berdaya, binggung dan disorientasi.

  • Panik

Panik berhubungan dengan perasaan takut, ketakutan, dan teror. Karena kehilangan kontrol/kendali secara lengkap, individu tidak dapat melakukan sesuatu, walaupun dengan bimbingan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsinya menyimpang, dan kehilangan pikiran yang rasional. Panik adalah pengalaman yang menakutkan dan melemahkan. Seseorang yang panik tidak dapat berfungsi atau berkomunikasi secara efektif. Manifestasi pada orang yang panik adalah susah bernafas, dilantasi pupil, palpilasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit mengalami halusinasi dan delusi. Tingkat kecemasan ini tidak dapat berlangsung dalam jangka waktu yang tidak terbatas sebab pertentangan dengan kehidupan. Panik dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kelelahan dan kematian.

Sigmund Freud sang pelopor psikoanalisis banyak mengkaji tentang kecemasan. Kecemasan dipandang sebagai komponen utama dan memegang peranan penting dalam dinamika kepribadian seorang individu. Dia membagi kecemasan kedalam tiga tipe, yaitu kecemasan realistik, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral (dalam Suryabrata, 2011, Hall dan Lindzey, 1993, dan Suyanto, 2012).

Kecemasan realistik , yaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahayabahaya nyata yang ada dilingkungan maupun di dunia luar. Kecemasan realitas hanya bersifat fisik sehingga ketakutan yanag dimunculkan akan selalu mengancam bahaya dari kondisi yang mencelakan sang tokoh. Namun, kecemasan ini juga merupakan suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan suatu bahaya dunia luar (Rejo, 2013).

Kecemasan realitas meruakan kecemasan individu yang diakibatkan oleh rasa takut menghadapi suatu kenyataan. Kecemasan neurotik, yaitu rasa takut, jangan-jangan insting-insting (dorong id ) akan lepas dari kendali dan menyebabkan dia berbuat sesuatu yang dapat membuatnya dihukum. Kecemasan neurotik bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri, melainkan ketakutan terhadap hukuman yang akan menimpanya jika suatu insting dilepaskan.

Kecemasan neurotik berkembang berdasarkan pengalaman yang diperoleh pada masa kanak-kanak terkait dengan hukuman atau ancaman dari orang tua maupun orang lain yang mempunyai otoritas jika dia melakukan perbuatan implusif. Kecemasan neurotik disebabkan oleh masuknya persepsi diri sendiri menjadi tidak berdaya dan tidak mampu mengatasi masalah, rasa takit akan perpisahan atau diabaikaan, dan antisipasi penolakan dari orang yang dicintai (Rejo, 2013).

Kecemasan moral , yaitu rasa takut terhadap suara hati (super ego). Orangorang yang memiliki superego baik cenderung merasa bersalah atau malu jika mereka berbuat atau berpikir sesuatu yang bertentangan dengan moral. Sama halnya dengan kecemasan neurotik, kecemasan moral juga berkembang pada masa kanak-kanak terkait dengan hukuman atau ancaman orang tua maupun orang lain yang mempunyai otoritas jika dia melakukan perbuatan yang melanggar norma (Suryabrata, 2011 dan Minderop, 2010).

Kecemasan moral merupakan kecemasan yang berasal dari suara hati. Kecemasan ini merupakan kata lain rasa malu, rasa bersalah, atau rasa takut mendapat sanksi. Orang yang mengalami kecemasan seperti ini akan merasa tidak bisa menghilang sebelum menjauh diri dari sesuatu yang diaanggap amoral. Orang yang hati nuraninya cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral (Rejo, 2013).

Kecemasan pun dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu

1. Kecemasan rasional . Kecemasan rasional merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian.Ketakutan ini dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme pertahanan dasariah Kita;

2. Kecemasan irrasional . Kecemasan irrasional dapat diartikan bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah keadaan-keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam;

3. Kecemasan fundamental . Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi kehidupan manusia.