Apa yang dimaksud dengan kecemasan atau gangguan cemas (Anxietas)?

Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup.

Apa yang dimaksud dengan kecemasan?

Kecemasan merupakan pengalaman perasaan yang menyakitkan serta tidak menyenangkan. Ia timbul dari reaksi ketegangan-ketegangan dalam atau intern dari tubuh, ketegangan ini akibat suatu dorongan dari dalam atau dari luar dan dikuasai oleh susunan urat saraf yang otonom. Misalnya, apabila seseorang menghadapi keadaan yang berbahaya dan menakutkan, maka jantungnya akan bergerak lebih cepat, nafasnya menjadi sesak, mulutnya menjadi kering dan telapak tangannya berkeringat, reaksi semacam inilah yang kemudian menimbulkan reaksi kecemasan (Agustinus, 1985).

Orang yang dilanda kecemasan bisa mengganggu keseimbangan pribadi seperti; tegang, resah, gelisah, takut, gugup, berkeringat, dan sebagainya. Orang yang cemas merasakan dirinya terkungkung dan jauh dari perasaan bebas, sehingga untuk mendapatkan rasa bebas maka orang harus keluar dari kecemasan.

Menurut May, kebebasan dan kecemasan adalah dua sisi dari sekeping mata uang.

Banyak orang tidak sadar akan gagasan-gagasan yang kreatif yang dimiliki karena inspirasi mereka itu dihalangi oleh kecemasan sebelum gagasan-gagasan itu sampai kepada tingkat kesadaran. Oleh sebab itu maka kecemasan ini perlu untuk dikendalikan sehingga kecemasan tidak mengganggu kepribadian tetapi sebaliknya menjadi sumber motivasi menuju ke arah kemajuan yang positif.

Menurut pendekatan eksistensial (Corey, 1996), orang perlu ditolong untuk bisa mengendalikan kecemasan, memilih untuk diri sendiri dan kemudian menerima realitas bahwa mereka itu lebih dari sekedar korban dari kekuatan menentukan di luar diri mereka sendiri.

Sigmund Freud (dalam Corey, 1996) menjelaskan, setruktur kepribadian manusia terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu id, ego, ataupun superego. Ketiga dimensi tersebut saling berhubungan, walaupun masing-masing memiliki sifat, fungsi, tujuan dan kedudukan yang berbeda. Pribadi akan menjadi sehat apabila ego dapat menjalankan fungsinya dengan penuh sebagai eksekutif, pengendali, pengatur kepribadian, polisi lalu lintas bagi id dan superego, dan sebagai mediator rasional dari pengaruh biologis (id) dan kultural.

Apabila ego ini berfungsi dengan penuh, maka akan bisa menyerasikan fungsi id dan superego yang selalu berlawanan. Kalau fungsi id, ego dan superego berfungsi secara serasi maka orang akan terbebas dari kecemasan, baik kecemasan realita, neurotik, dan moral.

Menurut existential therapy, pribadi akan menjadi sehat apabila terbebas dari kecemasan neurotik. Oleh karena itu sasaran terapi eksistensial ini salah satunya adalah membebaskan klien dari kecemasan ini.

Hakikat dan Jenis Kecemasan


Kecemasan (anxiety) merupakan bagian dari kondisi hidup (Nelson-Jones, 1995), maknanya kecemasan ada pada setiap orang. Menurut Barlow (2002) kecemasan berhubungan dengan konsep diri atau kepribadian, ciri atau sifat ini mengacu pada suatu disposisi untuk bertindak dengan penuh minat dengan beberapa konsistensi dari waktu ke waktu atau ke seberang situasi.

Lang, 1969, mengungkapkan, bahwa kecemasan mungkin diterangkan dalam bentuk pemikiran, seperti “aku takut”, pisik sensasi atau perasaan seperti rasa gugup, berkeringat, tegangan, atau ungkapan perilaku seperti menghindar dari suatu situasi, lari/pergi. Individu yang berbeda pada keadaan kecemasan akan bertukar-tukar dalam kaitan dengan sistem yang dilafalkan.

Pendekatan eksistensial (Corey, 1996) melihat ada dua jenis kecemasan, yaitu kecemasan biasa (normal anxiety) dan kecemasan neurotik (neurotic anxiety).

  • Kecemasan biasa (normal anxiety), merupakan tanggapan yang cukup wajar terhadap peristiwa yang sedang dihadapi, kecemasan ini tidak perlu dihilangkan sebab ini sebagai motivasi ke arah perubahan.

  • Kecemasan neurotik (neurotic anxiety), adalah kecemasan yang keluar dari proporsi yang ada, ia terjadi di luar kesadaran dan cenderung untuk menjadikan orang tidak memiliki keseimbangan.

Sigmund Freud mengemukakan, bahwa kecemasan adalah keadaan tegang yang memaksa untuk berbuat sesuatu. Ada tiga jenis kecemasan, yaitu; kecemasan realita (reality anxiety), kecemasan neurotik (neurotic anxiety), dan kecemasan moral (moral anxiety).

  • Kecemasan realita (rality anxiety), adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar, dan derajat kecemasan semacam itu sesuai dengan tingkat ancaman yang nyata.

  • Kecemasan neurotik (neurotic anxiety), adalah rasa takut kalau-kalau insting akan keluar jalur dan menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang akan menyebabkan ia dihukum.

  • Kecemasan moral (moral anxiety), adalah rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang dengan hati nuraninya yang cukup berkembang cenderung untuk merasa bersalah apabila mereka berbuat sesuatu yang bertentangan dengan kode moral mereka atau dengan introyeksi ibu bapa mereka.

Spielberger membedakan kecemasan atas dua bagian; kecemasan sebagai suatu sifat (trait anxiety), yaitu kecenderungan pada diri seseorang untuk merasa terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya, dan kecemasan sebagai suatu keadaan (state anxiety), yaitu suatu keadaan atau kondisi emosional sementara pada diri seseorang yang diti dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yang dihayati secara sadar serta bersifat subjektif, dan meningginya sistem saraf otonom.

Kegelisahan atau kecemasan adalah bagian normal dari kehidupan. Bahkan dapat bermanfaat ketika gelisah mengingatkan kita tentang adanya bahaya. Tapi bagi sebagian orang, kecemasan menjadi masalah yang terus menerus yang mengganggu kegiatan sehari-hari seperti ketika bekerja, sekolah atau tidur. Jenis Kecemasan tersebut dapat mengganggu hubungan dan kenikmatan hidup, dan bila dibiarkan tidak tertangani dapat menyebabkan masalah kesehatan dan masalah lainnya.

Dalam beberapa kasus, kecemasan adalah kondisi kesehatan mental yang membutuhkan pengobatan. Gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorder) misalnya, ditandai dengan kekhawatiran persisten (menetap) tentang keprihatinan terhadap hal-hal besar atau kecil.

Beberapa kelompok gangguan kecemasan antara lain :

  • Panik. Serangan panik dapat mulai tiba-tiba dan menyebabkan kekhawatiran, rasa takut atau teror. Anda mungkin memiliki perasaan bahwa malapetaka akan datang, sesak napas, palpitasi jantung atau nyeri dada. Anda mungkin merasa seolah-olah Anda sedang tersedak, tertutupi atau bahwa Anda “gila.”

  • Agoraphobia adalah kecemasan tentang, atau upaya menghindari, tempat atau situasi di mana Anda mungkin merasa terperangkap atau malu untuk pergi jika Anda mulai terserang panik.

  • Fobia spesifik ditandai dengan kecemasan yang signifikan ketika Anda sedang terkena objek tertentu atau situasi dan keinginan untuk menghindarinya. Pada beberapa orang, fobia memprovokasi serangan panik.

  • Fobia sosial ini ditandai dengan kecemasan signifikan yang dipicu oleh paparan beberapa jenis situasi sosial atau kinerja dan keinginan untuk menghindari mereka.

  • Obsesif-kompulsif. Gangguan Obsesif-kompulsif (OCD) ini ditandai dengan terus-menerus, berulang, gambar pikiran atau impuls atau keinginan tak tertahankan (obsesi) untuk melakukan tindakan irasional atau yang tampaknya tanpa tujuan atau ritual (kompulsif)). Gangguan ini sering berupa perilaku obsesif dan kompulsif.

  • Post-traumatic stress disorder (PTSD) ditandai oleh perasaan bahwa Anda kembali mengalami suatu peristiwa yang sangat traumatis. Hal ini menyebabkan emosi yang intens dan reaksi fisik bersama dengan keinginan untuk menghindari apa pun yang mungkin mengingatkan Anda tentang peristiwa tersebut.

  • Gangguan stres akut ditandai dengan gejala mirip dengan pasca- traumatic stress disorder yang terjadi segera setelah peristiwa yang sangat traumatis.

  • Gangguan kecemasan umum ditandai oleh kecemasan dan kekhawatiran berlebihan tentang sesuatu hal yang besar atau kecil yang menetap sedikitnya selama enam bulan. Jenis gangguan kecemasan ini sering dimulai pada usia dini. Ini sering terjadi bersamaan dengan gangguan kecemasan lain atau depresi.

  • Gangguan kecemasan karena kondisi medis ditandai dengan menonjolnya gejala kecemasan yang secara langsung disebabkan oleh masalah kesehatan fisik.

  • Gangguan kecemasan karena obat terlarang. Gangguan kecemasan yang ditandai dengan gejala menonjol dari kecemasan yang merupakan akibat langsung dari menyalahgunakan narkoba, minum obat atau terkena zat beracun.

  • Gangguan kecemasan pemisahan (separation anxiety disorder) adalah gangguan masa kanak-kanak ditandai dengan kecemasan yang berhubungan dengan pemisahan dari orang tua atau orang lain yang memiliki peran orangtua.

  • Gangguan kecemasan tidak spesifik adalah istilah untuk kegelisahan menonjol atau fobia yang tidak memenuhi kriteria yang tepat untuk salah satu gangguan kecemasan lain diatas tetapi cukup signifikan mengganggu dan mengacaukan.

Menurut Lazarus (1976) kecemasan memiliki dua pengertian, yaitu:

  1. Merupakan suatu bentuk respon unpleasant affective state atau suatu keadaan perasaan yang tidak menyenangkan. Hal tersebut ditandai dengan adanya rasa khawatir, gelisah, bingung dan tertekan sehingga sulit dimengerti dengan jelas. Bentuk kecemasan ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

    • State Anxiety yang merupakan gejala kecemasan yang sifatnya tidak menetap pada diri individu yang dihadapkan pada situasi tertentu, gejala ini hanya ada selama individu berada disituasi tersebut.

    • Trait Anxiety yang merupakan kecemasan yang tidak tampak langsung dalam tingkah laku, tetapi dapat dilihat dalam frekuensi dan intensitas keadaan kecemasan individu sepanjang waktu yang sifatnya menetap dan merupakan bawaan

  2. Kecemasan sebagai situasi yang dapat mendorong individu agar dapat mengatasi masalah.

Nevid, Rathus & Greene (2006) menjelaskan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri-ciri seperti muncul secara fisiologis, ada perasaan tegang yang tidak menyenangkan dan perasaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

Nevid, Rathus & Greene (2006) menjelaskan bahwa kecemasan dapat ditandai oleh ciri-ciri di tiga kategori, yaitu:

  • Ciri-ciri fisik, meliputi berkeringat, panas dingin dan lemas atau mati rasa, sakit kepala
    atau pusing, kesulitan bernapas, jantung berdebar-debar, mual, diare dan sering buang air
    kecil, merasa sensitif, mudah marah serta gelisah dan gugup

  • Ciri-ciri tingkah laku, meliputi perilaku menghindar dan perilaku tergantung.

  • Ciri-ciri kognitif, meliputi kekhawatiran akan sesuatu, sulit berkonsentrasi dan adanya
    pikiran yang mengganggu.

Menurut Haber dan Runyon (1984) jika seorang individu mengalami perasaan gelisah, gugup atau tegang ketika menghadapi situasi yang tidak pasti, berarti individu tersebut mengalami kecemasan, yaitu ketakutan yang tidak menyenangkan atau suatu pertanda hal buruk akan terjadi.

Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang dan memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman.

Kejadian dalam hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta bencana dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah satu contoh dampak psikologis adalah timbulnya kecemasan atau ansietas.

RENTANG RESPONS TINGKAT KECEMASAN

  1. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas menumbuhkan motivasi belajar serta menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

  2. Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif tetapi dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

  3. Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.

  4. Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa diteror, serta tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan pengarahan. Panik meningkatkan aktivitas motorik, menurunkan kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, serta kehilangan pemikiran rasional.

Faktor Predisposisi

Menurut Stuart dan Laraia (1998) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan ansietas, di antaranya sebagai berikut.

  1. Faktor biologis.
    Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.

  2. Faktor psikologis

    • Pandangan psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara dua elemen kepribadian—id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

    • Pandangan interpersonal. Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.

    • Pandangan perilaku. Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.

  3. Sosial budaya
    Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor ekonomi dan latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.

Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dibedakan menjadi berikut.

  1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
  2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

Sumber Koping

Individu mengatasi ansietas dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan.

Mekanisme Koping

Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping yaitu sebagai berikut.

  1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stres. Kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.

  2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi realitas, dan bersifat maladaptif.

Sumber :

Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Penerbit Salemba Medika, 2015.

Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis, terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut.

Adalah normal, bahkan adaptif untuk sedikit cemas mengenai aspek-aspek hidup kehidupan seperti kesehatan, relasi sosial, ujian, dan lainnya.

Gangguan kecemasan adalah kelompok gangguan psikiatri yang paling sering ditemukan. Prevalensi laki-laki 2% dan perempuan 4,3%. Menurut PPDGJ revisi 1983 2-4% manusia semasa hidupnya akan mengalami kecemasan.

DSM-IV membagi kecemasan menjadi :

  1. Gangguan panik dengan atau tanpa agorafobia

    Gangguan panik ditandai dengan adanya serangan panik yang tidak diduga dan spontan yang terdiri atas periode takut intens yang hati-hati dan bervariasi dari sejumlah serangan sepanjang hari sampai hanya sedikit serangan selama satu tahun. Gangguan panik disertai dengan agorafobia, yaitu rasa takut sendirian di tempat umum (seperti supermarket), terutama tempat yang sulit untuk keluar dengan cepat saat serangan panik.

    Gangguan panik ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan kecemasan fobik.

  2. Agorafobia tanpa riwayat gangguan panik

    DSM-IV menyatakan agorafobia tanpa riwayat gangguan panik didasarkan pada rasa takut akan ketidakmampuan mendadak atau gejala yang memalukan serta penghindaran situasi yang didasarkan pada kekhawatiran terkait gangguan medis (rasa takut menderita infark miokardium pada pasien dengan penyakit jantung parah)

  3. Fobia spesifik dan sosial

    Fobia spesifik adalah adanya rasa takut yang kuat dan menetap akan suatu objek atau situasi. Fobia sosial adalah adanya rasa takut yang kuat dan menetap akan situasi yang dapat menimbulkan rasa malu.

  4. Gangguan obsesif kompulsif

    Obsesi adalah pikiran, perasaan, gagasan atau sensai yang berulang dan menggangu. Kompulsif adalah perilaku yang disadari, standar, dan berulang, seperti menghitung, memeriksa, atau menghindar. Gangguan obsesi-kompulsif sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak lagi dilawan oleh penderita paling sedikit 2 minggu berturut-turut.

  5. Gangguan stres pascatrauma

    Suatu sindrom yang muncul setelah melihat, terlibat didalam, atau mendengar stresor traumatik dan dibayang-bayangi atau bermimpi kejadian traumatik tersebut berulang-ulang dalam kurun waktu 6 bulan.

  6. Gangguan stres akut

    Terdapat keterkaitan antara waktu kejadian yang jelas antara terjadinya pengalaman stressor luar biasa (fisik atau mental) dengan onset dari gejala, biasanya setelah beberapa menit atau segera setelah kejadian dan baru menghilang setelah 3 hari.

  7. Gangguan kecemasan menyeluruh

    DSM-IV menyatakan kecemasan menyeluruh sebagai kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan mengenai beberapa peristiwa atau aktivitas hampir sepanjang hari selama sedikitnya 6 bulan.

Penyebab Kecemasan


Kombinasi faktor biologis, sosial dan psikologis berkontribusi terhadap terjadinya kecemasan. Interaksi satu sama lain dengan derajat yang berbeda pada setiap individu akan membuat tingkat kerentanan dan ketahanan yang berbeda-beda.

  1. Teori psikodinamik

    Teori psikodinamik berfokus pada ketidakmampuan ego untuk bercampur ketika terjadi konflik antara id dan superego, hingga menghasilkan kecemasan. Terjadi karena berbagai alasan (hubungan antara orangtua-anak yang tidak memuaskan, atau kepuasan yang sifatnya sementara), maka pengembangan ego menjadi tertunda. Cacat perkembangan pada fungsi ego akan memodulasi kecemasan.

  2. Teori kognitif

    Pandangan utama teori kognitif adalah kerusakan, penyimpangan, atau pola berpikir kontraproduktif yang akan mendahului perilaku maladaptif dan emosional. Ketika ada gangguan dalam mekanisme sentral ini maka terjadi gangguan yang konsekuen dalam perasaan dan perilaku. Kecemasan dipertahankan oleh penilaian yang keliru atau disfungsional dari situasi. Terjadi kehilangan kemampuan untuk berpikir tentang masalah, apakah itu fisik atau interpersonal. Individu merasa rentan dalam situasi tertentu, dan akan terjadi distorsi hasil pemikiran dalam penilaian rasional, sehingga membina hasil negatif.

    Pasien dengan gangguan cemas telah terbukti:

    • Ditandai dengan pengolahan informasi strategis dan otomatis (yaitu, memori, perhatian) bisa sebagai syarat ancaman fisik.

    • Lebih akurat dalam beberapa kasus, mendeteksi sensasi tubuh.

    • Lebih mungkin untuk melaporkan rasa takut dan keyakinan bahaya yang dialami.

    • Lebih rentan terhadap pengaruh manipulasi instruksional dalam menanggapi provokasi tantangan.

  3. Teori Biologis

    • Genetik

      Penelitian pada sebuah keluarga yang menggunakan kriteria DSM-III, ditemukan bahwa gangguan kecemasan lima kali lebih umum (19,5 persen dibandingkan 3,5 persen) di antara saudara pasien dengan gangguan kecemasan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ditemukan tingkat konkordasi yang tidak lebih tinggi pada kembar monozigot dibandingkan dizigot untuk gangguan kecemasan pada studi dua kembar dengan kriteria yang sama. Saat ini, tampak bahwa faktor genetik memainkan peran sederhana dalam etiologi gangguan kecemasan.

    • Neurobiologis

      1. Noradrenergik
        Jalur noradrenergik (sistem saraf lokus coeruleus-noradrenalin-simpatik) berhubungan dengan rasa takut dan gairah serta memainkan peran penting dalam respon tubuh terhadap ancaman. Tingkat katekolamin pada pasien dengan gangguan kecemasan tampak normal. Di sisi lain, pasien gangguan kecemasan menunjukkan respon dibawah normal terhadap reseptor a2-adrenergik dan berkurangnya kepadatan a2-reseptor trombosit.

      2. Neurotransmiter GABA
        Sejumlah neurotransmiter berpengaruh pada reaksi kecemasan , termasuk gamma aminobutyric acid (GABA). GABA adalah neurotransmiter yang bersifat inhibitori, yang berarti meredakan aktivitas berlebih dari sistem saraf dan membantu untuk meredam respons-repons stres. Bila aksi GABA tidak adekuat, neuron-neuron dapat berfungsi berlebihan, kemungkinan menyebabkan kejang- kejang. Dalam kasus-kasus yang kurang dramatis, aksi GABA yang kurang adekuat dapat meningkatkan keadaan kecemasan. Pandangan ini didukung dengan kenyataan bahwa kelompok obat anticemas yang disebut benzodiazepine, mencangkup Valium dan Librium membuat reseptor GABA menjadi lebih sensitif, dengan demikian meningkatkan efek menenangkan (inhibitori) dari GABA.

      3. Sistem saraf otonom
        Tindakan somatik fungsi sistem saraf otonom berpengaruh terhadap : konduktansi kulit, laju pernapasan (takipneu), variabilitas denyut jantung (takikardi) , tekanan darah, gastrointestinal (diare) pada pasien dengan gangguan kecemasan. Temuan tersebut mungkin mengindikasikan berkurangnya respon sistem saraf otonom pada individu dengan gangguan kecemasan.

Serotonin dan noreprineprine dalam otak memegang peran dalam gangguan-gangguan kecemasan. Hal ini menjelaskan obat-obatan antidepresi yang mempengaruhi sistem neurotransmiter ini sering kali mempunyai efek menguntungkan dalam menangani beberapa tipe kecemasan.

Selain teori-teori yang telah disebutkan diatas, ada beberapa faktor yang memudahkan individu mengalami gejala kecemasan, yang meliputi:

  1. Jenis kelamin

    Wanita memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami gangguan cemas.

  2. Trauma masa anak

    Anak-anak yang mengalami pelecehan atau peristiwa traumatik berisiko tinggi terkena gangguan cemas.

  3. Penyakit fisik berat

    Bagi sebagian orang, kecemasan terkait dengan masalah kesehatan yang mendasarinya. Dalam beberapa kasus, tanda-tanda dan gejala kecemasan adalah indikator pertama bahwa seseorang memiliki penyakit yang berhubungan dengan kecemasan seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes melitus, gangguan tiroid.

  4. Penumpukan stres

    Gangguan cemas sering kali diakibatkan oleh stressor. Mahasiswa merupakan salah satu yang sering mengalami kecemasan akibat stressor (misal: psikososial). Mahasiswa kedokteran memiliki tingkat stres yang tinggi dikarenakan 3 hal utama yaitu, ujian, banyaknya materi yang dipelajari, dan kurangnya waktu untuk mempelajari kembali materi perkuliahan. Tingkat kecemasan tinggi terutama pada mahasiswa tingkat awal diasumsikan karena masih beradaptasi dengan lingkungan dan kurikulum perkuliahan yang baru.

    Penelitian yang ada (Yuros, 2011) menyatakan bahwa tingkat stres pada mahasiswa kedokteran akan meningkat dua kali lipat dibandingkan biasanya ketika akan menghadapi ujian. Hal ini dikarenakan mahasiswa kedokteran sering merasa tidak puas dengan bahan pelajaran yang dipelajari untuk mencapai target saat ujian.

    Stres terjadi ketika dipacu oleh stressor sehingga mengkibatkan CRH meningkat dan memicu hipofisis anterior memproduksi ACTH yang berlebih. Hal ini akan membuat korteks adrenal menghasilkan kortisol yang lebih banyak sebagai respon stres. 42

  5. Obat-obatan atau alkohol

    Penyalahgunaan dan gejala putus obat anti kecemasan seperti golongan benzodiazepine menyebabkan atau memperburuk kecemasan.

  6. Tempat Tinggal

    Seseorang yang tinggal di kota memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi daripada di desa.

  7. Usia

    Penelitian yang telah dilakukan, diketahui usia 20-40 tahun yang menderita kecemasan terbanyak.

  8. Inteligensi

    Cemas banyak terjadi pada orang-orang dengan tingkat inteligensi tinggi.

  9. Kepribadian

    Cemas banyak diderita oleh orang dengan kepribadian yang lemah, kurang percaya diri, selalu terburu-buru, dan perfeksionis.

Gejala dan tanda


Gejala dan tanda kecemasan, yaitu:

Ciri Fisik

  1. Kegelisahan, kegugupan.
  2. Tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar.
  3. Sensasi dari pita ketat yang mengikat disekitar dahi.
  4. Kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada.
  5. Banyak berkeringat.
  6. Telapak tangan yang berkeringat.
  7. Pening atau pingsan.
  8. Mulut atau kerongkongan terasa kering.
  9. Sulit berbicara.
  10. Sulit bernafas.
  11. Bernafas pendek.
  12. Jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang.
  13. Suara yang bergetar.
  14. Jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin.
  15. Pusing.
  16. Merasa lemas atau mati rasa.
  17. Sulit menelan.
  18. Kerongkongan terasa tersekat. atau punggung terasa kaku
  19. Sensasi seperti tercekik atau tertahan.
  20. Tangan yang dngin dan lembab.
  21. Terdapat gangguan sakit perut atau mual.
  22. Panas dingin.
  23. Sering buang air kecil.
  24. Wajah terasa memerah.
  25. Diare.
  26. Merasa sensitif atau “mudah marah”

Ciri Kognitif

  1. Khawatir akan sesuatu.
  2. Perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan.
  3. Keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada penjelasan yang jelas.
  4. Terpaku pada sensai ketubuhan
  5. Merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian
  6. Ketakutan akan kehilangan kontrol
  7. Ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah
  8. Berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan.
  9. Berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan.
  10. Berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa diatasi.
  11. Khawatir terhadap hal-hal yang sepele.
  12. Berpikir tentang hal yang mengganggu yang sama secara berulang-ulang.
  13. Berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan pingsan.
  14. Pikiran terasa bercampur atau kebingungan.
  15. Tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu.
  16. Berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis.
  17. Khawatir akan ditinggal sendirian.
  18. Sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.

Ciri Behavorial

  1. Perilaku menghindar.
  2. Perilaku melekat dan dependen.
  3. Perilaku terguncang.

Ukuran kecemasan


Zung Self-rating Anxiety Scale adalah kuesioner yang digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang berkaitan dengan kecemasan. Kuesioner ini didesain untuk mencatat dan menilai kuantitas tingkat kecemasan.

Uji Tes Kecemasan Zung

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat sesuai dengan keadaan anda atau apa yang anda rasakan saat akan menjalani Pre operatif.

  • Tidak pernah sama sekali (1)
  • Kadang-kadang saja mengalami demikian (2)
  • Sering mengalami demikian (3)
  • Selalu mengalami demikian setiap hari (4)
No Pernyataan Ja wa ba n
1 Saya merasa lebih gelisah atau gugup dan cemas dari biasanya 1 2 3 4
2 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas 1 2 3 4
3 Saya merasa seakan tubuh saya berantakan atau hancur 1 2 3 4
4 Saya mudah marah, tersinggung atau panic 1 2 3 4
5 Saya selalu merasa kesulitan mengerjakan segala sesuatu atau merasa sesuatu yang jelek akan terjadi 1 2 3 4
6 Kedua tangan dan kaki saya sering gemetar 1 2 3 4
7 Saya sering terganggu oleh sakit kepala, nyeri leher atau nyeri otot 1 2 3 4
8 Saya merasa badan saya lemah dan mudah lelah 1 2 3 4
9 Saya tidak dapat istirahat atau duduk dengan tenang 1 2 3 4
10 Saya merasa jantung saya berdebar-debar dengan keras dan cepat 1 2 3 4
11 Saya sering mengalami pusing 1 2 3 4
12 Saya sering pingsan atau merasa seperti pingsan 1 2 3 4
13 Saya mudah sesak napas tersengal-sengal 1 2 3 4
14 Saya merasa kaku atau mati rasa dan kesemutan pada jari-jari saya 1 2 3 4
15 Saya merasa sakit perut atau gangguan pencernaan 1 2 3 4
16 Saya sering kencing daripada biasanya 1 2 3 4
17 Saya merasa tangan saya dingin dan sering basah oleh keringat 1 2 3 4
18 Wajah saya terasa panas dan kemerahan 1 2 3 4
19 Saya sulit tidur dan tidak dapat istirahat malam 1 2 3 4
20 Saya mengalami mimpi-mimpi buruk 1 2 3 4

Cara Penilaian Tingkat Kecemasan

Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) adalah penilaian kecemasan pada pasien dewasa yang dirancang oleh William W.K.Zung, dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-II).

Terdapat 20 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4 (1: tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3: sebagaian waktu, 4: hampir setiap waktu). Terdapat 15 pertanyaan ke arah peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah penurunan kecemasan.

Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokan antara lain :

Skor 20-44 : kecemasan ringan
Skor 45-59 : kecemasan sedang
Skor 60-74 : kecemasan berat
Skor 75-80 : kecemasan panik atau ekstrim

Anxiestas atau kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi (Nevid, 2005). Kecemasan menjadi abnormal bila tingkatnya tidak sesuai dengan proporsi ancaman, atau bila sepertinya datang tanpa ada penyebabnya yaitu, bila bukan merupakan respon terhadap perubahan lingkungan. Dalam bentuknya yang ekstrem, kecemasan dapat mengganggu fungsi kita sehari-hari.

Berikut adalah definisi kecemasan menurut beberapa ahli :

  • Menurut Kelly, kecemasan adalah mengenali bahwa suatu peristiwa yang dihadapi oleh seseorang berada diluar jangkauan kenyamanan pada sistem konstruk seseorang.

  • Menurut Craig, kecemasan dapat diartikan sebagai suatu perasaan yang tidak tenang, rasa khawatir, atau ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas atau tidak diketahui.

  • Menurut Gustiar (2010), Kecemasan atau anxiety merupakan salah satu bentuk emosi individu yang berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek ancaman yang tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya tinggi dan bersifat negatif dapat menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan.

  • Menurut Greist dan Jeverson, kecemasan adalah pengalaman manusiawi yang universal, suatu respon emosional yang tidak menyenangkan dan penuh kekhawatiran, suatu reaksi antisipatif serta rasa takut yang tidak terarah karena sumber ancaman atau pikiran tentang sesuatu yang akan datang tidak jelas dan tidak terdefinisikan.

  • Menurut Atkinson, kecemasan dapat timbul jika ego menghadapi ancaman impuls yang tidak dapat dikendalikan. Kecemasan tidak selalu berdasar atas kenyataan, tetapi dapat juga hanya berdasarkan imajinasi individu. Kecemasan yang tidak rasional ini biasanya disebabkan oleh ketakutan individu akan ketidakmampuan diri sendiri.

  • Menurut Lazarus, kecemasan adalah manifestasi dari berbagai emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika individu sedang mengalami tekanan perasaan yang tidak jelas obyeknya, tekanan-tekanan batin ataupun ketegangan mental yang menyebabkan individu kehilangan kemampuan penyesuaian diri.

Gangguan kecemasan (anxiety disorder) adalah gangguan psikologis yang mencakup ketegangan motorik (bergetar, tidak dapat duduk tenang, tidak dapat bersantai); hiperaktivitas (pusing, jantung yang berdetak cepat dan juga berkeringat); dan harapan-harapan dan pikiran-pikiran yang mendalam (Laura, 2010). Gangguan kecemasan berbeda dari kecemasan sehari-hari yang mungkin kita alami. Kecemasan ini tidak dapat dikendalikan, tidak proporsional bila dibandingkan dengan bahaya nyata yang mungkin dihadapi, dan gangguan sehari-hari orang tersebut.

Jenis-jenis Gangguan kecemasan

Menurut Laura (2010), gangguan kecemasan dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu :

  • Gangguan kecemasan tergeneralisasi

    Gangguan kecemasan tergeneralisasi adalah gangguan kecemasan yang terdiri atas kecemasan yang bertahan untuk setidaknya 6 bulan. Individu dengan gangguan ini tidak dapat menunjukkan kecemasannya. Generalized anxiety disorders berbeda dari perasaan atau kecemasan sehari-hari karena para penderitanya mengalami kecemasan yang bertahan terus menerus untuk setidaknya 6 bulan, dan individu dengan gangguan kecemasan tergeneralisasi tidak mampu untuk menunjukkan alasan jelas untuk kecemasan tersebut .

    Orang dengan gangguan kecemasan tergeneralisasi merasa cemas hampir setiap saat. Mereka mungkin menghawatirkan pekerjaan mereka, hubungan mereka atau kesehatan mereka. Mereka juga mencemaskan hal-hal kecil, seperti terlambat untuk sebuah perjanjian atau apakah pakaian mereka cocok dengan diri mereka. Kecemasan mereka sering bergeser dari satu aspek kehidupan ke aspek yang lain.

  • Gangguan panik

    Adalah sebuah gangguan kecemasan yang ditandai dengan kemunculan ketakutan akan teror yang tiba-tiba datang dan berulang. Dalam panic disorder, seseorang mengalami secara berulang-ulang kemunculan mendadak dari sebuah teror yang sangat intens. Individu kerap mengalami perasaan hancur, tetapi mungkin saja tidak merasa cemas setiap saat. Serangan panik sering kali muncul tanpa peringatan terlebih dahulu dan menghasilkan denyut jantung yang sangat cepat, nafas menjadi sangat pendek, sakit di dada, gemetar, berkeringat, pusing dan perasaan tidak berdaya.

  • Gangguan fobia

    Phobic disorder adalah sebuah bentuk gangguan kecemasan dimana individu memiliki ketakutan yang irrasional, berlebihan dan persisten akan suatu objek tertentu atau situasi. Sebuah ketakutan berkembang menjadi fobia ketika sebuah situasi demikian mengancam hingga individu menjadi selalu mengusahakan untuk menghindarinya. Seperti pada gangguan kecemasan lain, fobia adalah ketakutan yang tidak dapat dikendalikan, tidak proporsional dan disruptif. Contoh fobia yang paling umum adalah takut ketinggian, takut ular dan lain-lain.

  • Gangguan obsesif-kompulsif

    Obsessive-compulsive disorder atau OCD adalah gangguan kecemasan dimana individu memiliki pikiran-pikiran yang menimbulkan kecemasan yang tidak dapat hilang begitu saja (obsesi) dan/atau dorongan-dorongan untuk melakukan perilaku berulang, ritual untuk mencegah atau menghasilkan suatu situasi (kompulsi). Individu dengan OCD menunjukkan kekhawatiran normal dan melakukan pengulangan rutinitas mereka, terkadang hingga ratusan kali dalam satu hari.

  • Ganggu stress pascatrauma

    Post-traumatic stress disorder atau PTSD adalah sebuah gangguan kecemasan yang berkembang melalui paparan terhadap suatu kejadian traumatis, situasi-situasi yang menekan, penyiksaan yang parah, dan bencana alam maupun bencana akibat kelalaian manusia. PTSD adalah gangguan kecemasan yang berkembang melalui pengalaman traumatis, seperti perang; situasi yang sangat opresif, seperti Holocaust; penyiksaan yang parah seperti pada perkosaan; bencana alam, seperti banjir dan tornado; dan kecelakaan yang tidak disebabkan oleh alam, seperti kecelakaan pesawat terbang (Laura, 2010: 307).

    Gejala-gelaja PTSD bervariasi namun meliputi hal-hal berikut:

    1. Kemunculan-kemunculan kembali gambaran tentang kejadian dimana individu menghidupkan kembali kejadian traumatis.

    2. Kemampuan yang menjadi terbatas untuk merasakan emosi-emosi, sering melaporkan merasa mati rasa yang berujung pada ketidakmampuan merasakan kebahagiaan, hasrat seksual atau hubungan interpersonal yang menyenangkan.

    3. Perangsangan berlebihan yang berakibat pada respon yang berlebihan atau ketidak mampuan untuk tidur.

    4. Kesulitan untuk berkonsentrasi dan mengingat.

    5. Perasaan takut, meliputi tremor yang menunjukkan kecemasan.

    6. Perilaku impulsive yang muncul meliputi agresifitas atau perubahan mendadak dalam gaya hidup.

Anxietas adalah suatu penyakit yang menyebabkan penderitanya mengalami kecemasan yang berlebihan, pada umumnya kecemasan yang dialami penderita akan menimbulkan berbagai macam gejala fisik atau biasa dikenal dengan psikosomatis. Psikosomatis yang dialami penderita biasanya bermacam-macam seperti penyakit asam lambung, migrain, badan pegal-pegal, perut mual, leher terasa kaku, sering mengalami kedutan dan lain-lain

Kecemasan pada umumnya berhubungan dengan adanya situasi yang mengancam atau membahayakan. Dengan berjalannya waktu, keadaan cemas tersebut biasanya akan dapat teratasi sendiri. Namun, ada keadaan cemas yang berkepanjangan, bahkan tidak jelas lagi kaitannya dengan suatu faktor penyebab atau pencetus tertentu. Hal ini merupakan pertanda gangguan kejiwaan yang dapat menyebabkan hambatan dalam berbagai segi kemampuan dan fungsi sosial bagi penderitanya.

Keadaan cemas yang wajar merupakan respons terhadap adanya ancaman atau bahaya luar yang nyata, jelas dan tidak bersumber pada adanya konflik. Sedangkan cemas yang sakit (anxietas) merupakan respons terhadap adanya bahaya yang lebih kompleks, tidak jelas sumber penyebabnya, dan lebih banyak melibatkan konflik jiwa yang ada dalam diri sendiri.

Cemas itu timbul akibat adanya respons terhadap kondisi stres atau konflik. Rangsangan berupa konflik, baik yang datang dari luar maupun dalam diri sendiri, itu akan menimbulkan respons dari sistem saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibat pelepasan hormon tersebut, maka muncul perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung, pembuluh darah maupun alat-alat gerak. Karena bentuk respons yang demikian, penderita biasanya tidak menyadari hal itu sebagai hubungan sebab akibat.

Kecemasan dapat menjadi masalah kecil dan tidak akan mempengaruhi mental atupun fisik. Namun, mengalami kecemasan yang berlebihan tentu akan sangat mengganggu aktivitas anda sehari-hari. Merasa cemas yang berlebihan juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti depresi, sakit kepala, mual, stress dan rasa lelah.

Gangguan kecemasan atau anxietas umumnya mulai dialami pada pertengahan masa remaja, walaupun banyak orang yang menderita gangguan anxietas menuturkan bahwa mereka mengalami masalah tersebut sepanjang hidupnya. Percaya atau tidak gangguan ini terjadi dua kali lebih banyak pada perempuan dibanding dengan laki-laki, dan memiliki tingkat komorbiditas tinggi dengan gangguan anxietas lain dan dengan gangguan mood.

Kecemasan dapat timbul kapan saja dan merupakan reaksi yang normal terjadi pada individu.

Menurut Calhoun dan Acocella (1990)

Kecemasan terjadi karena individu mengalami ketakutan pada situasi yang sebenarnya tidak nyata, atau merasa terancam suatu objek yang sebenarnya tidak memberikan ancaman.

Menurut Hurlock (1992)

Kecemasan merupakan bentuk kegelisahan atau kekhawatiran yang menyakitkan dan berhubungan dengan antisipasi akan munculnya rasa sakit dan kecemasan lebih dimunculkan oleh ancaman dari luar diri.

Kecemasan adalah ketidakmampuan mengendalikan pikiran buruk yang berulang-ulang dan adanya kecenderungan bahwa keadaan akan semakin memperburuk atau merupakan tanggapan terhadap suatu masalah dalam arti jika individu menyadari bahwa ada hal-hal yang tidak berjalan dengan baik dan akan berakhir dengan buruk akan menimbulkan kecemasan seperti dikemukakan Tallis (1995) kecemasan secara umum dirumuskan sebagai keadaan psikologis, keadaan khawatir secara terus-menerus dikarenakan adanya konflik dalam diri yaitu pertentangan antara dorongan-dorongan, keinginan-keinginan dan nilai-nilai.

Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi (Savitri Ramaiah, 2003).

Berikut adalah beberapa definisi kecemasan atau kegelisahan menurut beberapa ahli :

  • Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb, kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya.

  • Menurut Kholil Lur Rochman, 2010, Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis.

  • Namora Lumongga Lubis (2009) menjelaskan bahwa kecemasan adalah tanggapan dari sebuah ancaman nyata ataupun khayal. Individu mengalami kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang. Kecemasan dialami ketika berfikir tentang sesuatu tidak menyenangkan yang akan terjadi.

  • Sedangkan Siti Sundari (2004) memahami kecemasan sebagai suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan.

  • Nevid Jeffrey S, Rathus Spencer A, & Greene Beverly (2005) memberikan pengertian tentang kecemasan sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

  • Kecemasan adalah rasa khawatir , takut yang tidak jelas sebabnya. Kecemasan juga merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku, baik tingkah laku yang menyimpang ataupun yang terganggu. Kedua- duanya merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan tersebut (Singgih D. Gunarsa, 2008).

Jenis-jenis kecemasan


Mustamir Pedak (2009:30) membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu :

  • Kecemasan Rasional
    Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian.Ketakutan ini dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme pertahanan dasariah kita.

  • Kecemasan Irrasional
    Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah keadaan- keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.

  • Kecemasan Fundamental
    Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi kehidupan manusia.

Sedangkan Kartono Kartini (2006) membagi kecemasan menjadi dua jenis kecemasan, yaitu :

  • Kecemasan Ringan
    Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan sebentar dan ringan lama.Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan kepribadian seseorang, karenakecemasan ini dapat menjadi suatu tantangan bagi seorang individu untuk mengatasinya. Kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah suatu kecemasan yang wajar terjadi padaindividu akibat situasi-situasi yang mengancam dan individu tersebut tidak dapat mengatasinya, sehingga timbul kecemasan.

    Kecemasan ini akan bermanfaat bagi individu untuk lebih berhati-hati dalam menghadapi situasi-situasi yang sama di kemudian hari. Kecemasan ringan yang lama adalah kecemasan yang dapat diatasi tetapi karena individu tersebut tidak segera mengatasi penyebab munculnya kecemasan, maka kecemasan tersebutakan mengendap lama dalam diri individu.

  • Kecemasan Berat
    Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan berakar secara mendalam dalam diri seseorang. Apabila seseorang mengalami kecemasan semacam ini maka biasanya ia tidak dapat mengatasinya. Kecemasan ini mempunyai akibat menghambat atau merugikan perkembangan kepribadian seseorang. Kecemasan ini dibagi menjadi dua yaitu kecemasan berat yang sebentar dan lama.

    Kecemasan yang berat tetapi munculnya sebentar dapat menimbulkan traumatis pada individu jika menghadapi situasi yang sama dengan situasi penyebab munculnya kecemasan. Sedangakan kecemasan yang berat tetapi munculnya lama akan merusak kepribadian individu. Hal ini akan berlangsung terus menerus bertahun-tahun dan dapat meruak proses kognisi individu. Kecemasan yang berat dan lama akan menimbulkan berbagai macam penyakit fisik.

Kecemasan adalah kondisi jiwa yang penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh.

Deskripsi umum akan kecemasan yaitu “ perasaan tertekan dan tidak tenang, serta berpikiran kacau dengan disertai banyak penyesalan”. Hal ini sangat berpengaruh pada tubuh, hingga tubuh dirasa menggigil, menimbulkan banyak keringat, jantung berdegup cepat, lambung terasa mual, tubuh terasa lemas, kemampuan berproduktivitas berkurang, hingga banyak manusia yang melarikan diri kealam imajinasi sebagai bentuk terapi sementara.

Lazarus mengatakan kecemasan merupakan suatu respon dari pengalaman yang dirasa tidak menyenangkan dan di ikuti perasaan gelisah, khawatir, dan takut. Kecemasan merupakan aspek subjektif dari emosi seseorang karena melibatkan faktor perasaan yang tidak menyenangkan yang sifatnya subjektif dan timbul karena menghadapi tegangan, ancaman kegagalan, perasaan tidak aman dan konflik dan biasanya individu tidak menyadari dengan jelas apa yang menyebabkan ia mengalami kecemasan.

Namun pengertian lain menurut Wilkinson menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu keresahan, perasaan tidak nyaman dan menakutkan, disertai dengan respon automatis, dan sumbernya sering kali tidak spesifik, antisipasi terhadap keadaan bahaya. Sedangkan menurut stuart dan sinden mengartikan kecemasan adalah suatu perasaan diri, pengalaman subjektif individu. Keadaan emosi ini tidak memiliki subjek yang spesifik.

Jenis dan Tingkat Kecemasan


  • Jenis Kecemasan
    Sigmund freud sang pelopor psikoanalisis banyak mengkaji tentang kecemasan ini, dalam kerangka teorinya, kecemasan dipandang sebagai komponen utama dan memegang peranan penting dalam dinamika kepribadian seorang individu. Freud membagi kecemasan kedalam tiga tipe yaitu kecemasan realistik, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral.
  1. Kecemasan realistik yaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahayabahaya nyata yang ada dilingkungan maupun di dunia luar.

  2. Kecemasan neurotik yaitu rasa takut, jangan-jangan insting-insting (dorong Id) akan lepas dari kendali dan menyebabkan dia berbuat sesuatu yang dapat membuatnya dihukum. Kecemasan neurotik bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri, melainkan ketakutan terhadap hukuman yang akan menimpanya jika suatu insting dilepaskan.

    Kecemasan neurotik berkembang berdasarkan pengalaman yang diperoleh pada masa kanak-kanak terkait dengan hukuman atau ancaman dari orang tua maupun orang lain yang mempunyai otoritas jika dia melakukan perbuatan implusif.

  3. Kecemasan moral yaitu rasa takut terhadap suara hati (super ego). orang-orang yang memiliki super ego baik cenderung merasa bersalah atau malu jika mereka berbuat atau berpikir sesuatu yang bertentangan dengan moral. Sama halnya dengan kecemasan neurotik, kecemasan moral juga berkembang pada masa kanak-kanak terkait dengan hukuman atau ancaman orang tua maupun orang lain yang mempunyai otoritas jika dia melakukan perbuatan yang melanggar norma.

  • Tingkat Kecemasan
    Semua orang pasti mengalami kecemasan pada derajat tertentu, Peplau mengidentifikasi 4 tingkatan kecemasan yaitu:
  1. Kecemasan Ringan
    Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Kecemasan dapat memotivasi belajar menghasilkan pertumbuhan serta kreatifitas. Tanda dan gejala antara lain: persepsi dan perhatian meningkat, waspada, sadar akan stimulus internal dan eksternal, mampu mengatasi masalah secara efektif serta terjadi kemampuan belajar. Perubahan fisiologi ditandai dengan gelisah, sulit tidur, hipersensitif terhadap suara, tanda vital dan pupil normal.

  2. Kecemasan Sedang
    Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Respon fisiologi : sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, gelisah, konstipasi. sedangkan respon kognitif yaitu lahan persepsi menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiaannya.

  3. Kecemasan Berat
    Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu, individu cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Tanda dan gejala dari kecemasan berat yaitu: persepsinya sangat kurang, berfokus pada hal yang detail, rentang perhatian sangat terbatas, tidak dapat berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta tidak dapat belajar secara efektif.

    Pada tingkatan ini individu mengalami sakit kepala, pusing, mual, gemetar, insomnia, palpitasi, takikardi, hiperventilasi, sering buang air kecil maupun besar, dan diare. Secara emosi individu mengalami ketakutan serta seluruh perhatian terfokus pada dirinya.

  4. Panik
    Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak dapat melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. Tanda dan gejala dari tingkat panik yaitu tidak dapat fokus pada suatu kejadian.

Penyebab Kecemasan


Pada lembaga pendidikan banyak faktor pemicu kecemasan pada siswa yaitu:

  1. Kecemasan yang bersumber dari faktor kurikulum : target kurikulum yang terlalu tinggi, iklim pembelajaran yang tidak kondusif, pemberian tugas yang sangat padat, sistem penelian yang ketat, ujian.
  2. Kecemasan yang bersumber dari guru : sikap atau perlakuan guru yang kurang bersahabat, galak, judes, kurang berkompeten.
  3. Kecemasan yang bersumber dari manajemen lembaga pendidikan: penerapan disiplin sekolah atau lembaga pendidikan yang ketat, mengedepankan hukuman, iklim lembaga pendidikan yang kurang nyaman, serta sarana belajar mengajar yang kurang nyaman.

Faktor yang mempengaruhi kecemasan


Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan seseorang meliputi beberapa aspek antara lain, terdapat komponen genetik terhadap kecemasan, scan otak dapat melihat perbedaan terutama pada pasien kecemasan yang respons dengan signal berbahaya, sistem pemrosesan informasi dalam seseorang berjalan dengan singkat (hal ini dapat direspons dengan suatu ancaman sebelum yang bersangkutan menyadari ancaman tersebut), akar dari gangguan kecemasan mungkin tidak akan menjadi pemisahan mekanisme yang menyertainya namun terjadi pemisahan mekanisme yang mengendalikan respons kecemasan dan yang menyebabkan situasi diluar kontrol.

Proses terjadinya kecemasan, perasaan tidak nyaman atau terancam pada ansietas diawali dengan adanya faktor predisposisi dan faktor presipitasi :

  1. Faktor Predisposisi
    Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat digunakan individu untuk mengatasi . Berbagai teori dikembangkan mengenai factor predisposisi terjadinya ansietas.

  2. Biologi (Fisik)
    Penelitian terkini berfokus pada penyebab biologis terjadinya ansietas yang berlawanan dengan penyebab psikologis. Beberapa individu yang mengalami episode sikap bermusuhan, iritabilitas, perilaku sosial dan perasaan menyangkal terhadap kenyataan hidup dapat menyebabkan ansietas tingkat berat bahkan ke arah panik. Salah satu faktor penyebab secara fisik yaitu adanya gangguan atau ketidak-seimbangan pada fisik seseorang.

  3. Gangguan fisik
    Gangguan fisik yang dapat menyebabkan ansietas adalah antara lain gangguan otak dan saraf (neurologis) seperti cedera kepala, infeksi otak, dan gangguan telinga dalam, gangguan jantung, seperti kelumpuhan jantung dan irama jantung yang abnormal (aritma), gangguan hormonal (Endrokrin) seperti kelenjar andrenal atau thyroid terlalu aktif, gangguan paru-paru (pernafasan) berupa asma, paru-paru obstruktif kronis atau COPD.

  4. Mekanisme terjadinya kecemasan akibat gangguan fisik
    Pengaturan ansietas berhubungan dengan aktivitas dari neurotransmmiter Gamma Aminobutyric Acid (GABA), yang mengontrol aktifitas neuron di bagian otak yang berfungsi untuk pengeluaran ansietas. Mekansime kerja terjadinya ansietas diawali dengan penghambatan neurotransmmiter di otak oleh GABA.

    Ketika bersilangan di sinaps dan mencapai atau mengikat ke reseptor GABA di membran postsinaps, maka saluran reseptor terbuka, diikuti oleh pertukaran ion-ion. Akibatnya terjadi penghambatan atau reduksi sel yang dirangsang dan kemudian sel beraktifitas dengan lamban.

    Mekanisme biologis ini menunjukkan bahwa ansietas terjadi karena adanya masalah terhadap efisiensi proses neurotransmmiter. Neurotransmiter sendiri adalah utusan kimia khusus yang membantu informasi bergerak dari sel saraf ke sel saraf. Jika neurotransmitter keluar dari keseimbangan, pesan tidak bisa melalui otak dengan benar. Hal ini dapat mengubah cara otak bereaksi dalam situasi tertentu, yang menyebabkan kecemasan.

  5. Psikologis
    Pendapat yang dikemukan oleh Taylor kecemasan merupakan pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai bentuk reaksi umum dan ketidak-mampuan menghadapi masalah atau munculnya rasa tidak aman pada individu. Kecemasan muncul dikarenakan adanya ketakutan atas sesuatu yang mengancam pada seseorang, dan tidak ada kemampuan untuk mengetahui penyebab dari kecemasan tersebut.

    Freud mengemukakan bahwa lemahnya ego akan menyebabkan ancaman yang memicu munculnya kecemasan. Freud berpendapat bahwa sumber ancaman terhadap ego tersebut berasal dari dorongan yang bersifat insting dari id tuntutan-tuntutan dari superego. Freud juga mengatakan jika pikiran menguasai tubuh maka ini berarti bahwa ego yang menguasai pikiran dan pikiran berkuasa secara mutlak.

Aspek-aspek kecemasan


Deffenbacher dan Hazeleus dalam Register mengemukakan bahwa sumber penyebab kecemasan, meliputi hal-hal di bawah ini :

  1. Kekhawatiran (Worry)
    Kekhawatiran (worry) merupakan pikiran negatif tentang dirinya sendiri, seperti perasaan negatif bahwa ia lebih jelek dibandingkan dengan teman-temannya.

  2. Emosionalitas (imosionality)
    Emosionalitas (imosionality) sebagai reaksi diri terhadap rangsangan saraf otonom, seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin dan tegang.

  3. Gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas (task generated interference)
    Gangguan dan hambatan dalam menyelsaikan tugas merupakan kecenderungan yang dialami seseorang yang selalu tertekan karena pemikiran yang rasional terhadap tugas.

Referensi

http://digilib.uinsby.ac.id/10839/5/bab%202.pdf