Perlu dipahami bahwa seluruh bentuk komunikasi, tidak lepas dari hambatan. Menurut Effendy, hambatan tersebut ada yang disebabkan oleh sosio-antro-psikologis, hambatan semantis, hambatan mekanis dan hambatan ekologis.
Hambatan sosiologi maksudnya adalah hambatan yang terjadi karena keanekaragaman masyarakat yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam status sosial, agama, ideologi, tingkat pendidikan, kekayaan dan sebagainya. Hambatan antropologis adalah hambatan yang disebabkan adanya perbedaan budaya, gaya hidup, norma, kebiasaan dan bahasa. Hambatan psikologis adalah hambatan yang terjadi karena munculnya respon negatif dari komunikan, seperti marah, kecewa dan sebagainya.
Hambatan-hambatan tersebut tidak saja menyebabkan komunikasi menjadi tidak efektif, tetapi komunikasi juga dapat menjadi statis. Hambatan tersebut bisa terjadi pada komunikan dan bisa juga terjadi pada komunikator. Hambatan yang terjadi pada diri komunikator misalnya, menyangkut pada bahasa yang dipergunakan pada saat menyampaikan informasi, sehingga komunikan tidak mengerti. Hambatan pada komunikan misalnya adalah terjadinya penolakan terhadap ide-ide yang disampaikan komunikator.
Beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkin melakukan komunikasi yang benar-benar efektif. Ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi. Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin komunikasi sukses, yaitu:
1. Gangguan
Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan semantik.
-
Gangguan Mekanik (Mechanical, channel noise)
Yang dimaksud dengan gangguan mekanik ialah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Sebagai contoh ialah, gangguan suara ganda (interferensi) pada pesawat radio disebabkan dua pemancar yang berdempetan gelombangnya, gambar meliuk-liuk atau berubah-ubah pada layar televisi atau huruf yang tidak jelas, jalur huruf yang hilang atau terbalik, atau halaman yang sobek pada surat kabar. Termasuk gangguan mekanik pula adalah bunyi mengaung pada pengeras suara atau riuh hadirin atau bunyi kenderaan lewat ketika seorang berpidato dalam suatu pertemuan.
-
Gangguan Semantik (Semantik noise)
Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian suatu istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, akan lebih banyak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan semantik terjadi dalam salah pengertian.
Pada hakikatnya orang-orang yang terlibat dalam komunikasi menginterpretasikan bahasa yang menyalurkan suatu pesan dengan berbagai cara karena itu mereka mempunyai pengertian yang berbeda. Seorang komunikan mungkin menerima suatu pesan dengan jelas sekali, baik secara mekanik maupun secara ponetik secara fisik berlaku dengan keras dan jelas tetapi disebabkan kesukaran pengertian (gangguan semantik) komunikasi menjadi gagal.
2. Kepentingan
Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Apabila kita tersesat dalam hutan dan beberapa hari tidak menemui makanan sedikitpun, maka kita akan lebih memperhatikan perangsang-perangsang yang mungkin dapat dimakan daripada lain-lainnya.
Andaikata dalam situasi demikian kita dihadapkan pada pilihan antara makanan dan sekantong berlian, maka pastilah, kita akan memilih makanan. Berlian barulah diperhatikan kemudian.
Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tangkap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita akan merupakan sifat reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan. Setiap peraturan yang dikeluarkan, apakah itu mengenai perburuhan, perkawinan, kurikulum baru dan sebagainya ada saja yang merasa dirugikan. Pihak yang berkepentingan biasanya tidak mengajukan tanggapan dengan alasan yang sungguh-sungguh, tetapi sering kali mengetengahkan argumentasi dan alasan tersembunyi (disguised argumentation and reasons).
3. Motivasi Terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Keinginan, kebutuhan dan kekurangan seseorang berbeda dengan orang lainnya dari waktu ke waktu dari tempat ke tempat, sehingga karenanya motivasi itu berbeda dalam intensitasnya. Demikian pula intensitas tanggapan-tanggapan seseorang terhadap suatu komunikasi.
Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tak sesuai dengan motivasinya. Dalam pada itu sering kali pula terjadi seorang komunikator tertipu oleh tanggapan komunikan yang seolah-olah tampaknya khusuk (attentive) menanggapinya, sungguhpun pesan komunikasi tak bersesuaian dengan motivasinya.
Tanggapan semu dari komunikan itu tentunya mempunyai motivasi terpendam. Mungkin sekali seorang pegawai seolah-olah menanggapi komunikasi dari atasannya secara attentive, kendatipun ada yang tidak disetujuinya. Hal itu dilakukannya mungkin sekali karena si pegawai itu berkeinginan naik pangkat , ingin menyenangkan hati atasannya, dan lain sebagainya.
4. Prasangka
Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar syak prasangka tanpa menggunakan fikiran yang rasional.
Emosi seringkali membutakan fikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang nyata bagaimanapun, oleh karena sekali prasangka itu sudah mencekam, maka seseorang tak akan dapat berfikir secara objektif dan segala apa yang dilihatnya selalu akan dinilai secara negatif. Prasangka bukan saja dapat terjadi terhadap suatu ras, seperti yang sering kita dengar, melainkan juga terhadap agama, pendirian politik, kelompok, pendek kata suatu perangsang yang dalam pengalaman pernah memberi kesan yang tidak enak.