Apa saja Hambatan Komunikasi yang ada?

Hambatan komunikasi

Hambatan adalah gangguan yaitu segala sesuatu yang menganggu kelancaran komunikasi serta akan menghambat kelancaran pengiriman dan penerimaan pesan.

*** Hambatan komunikasi** berasal dari perbedaan individual manusia, seperti perbedaan persepsi, umur, keadaan emosi, status, keterampilan mendengarkan, pencarian informasi, penyaringan informasi. - Cruden dan Sherman -

  • Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver. - Teori Ron Ludlow & Fergus Panton -

Apa saja hambatan komunikasi yang ada ?

Suranto AW (2005) mengemukakan identifikasi faktor–faktor yang mungkin menjadi penghambat dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

  1. Hambatan sosiologis Secara sosiologis semua personil yang ada berasal dari berbagai golongan dan lapisan yang menimbulkan perberdaan status , ideologi agama, status ekonomi yang kesemuanya dapat menjadi hambatan bagi kelancaraan informasi.
  2. Hambatan psikologis Hambatan berkomunikasi yang disebabkan oleh situasi psikologis yang tidak mendukung.
  3. Hambatan semantik Hambatan komunikasi yang disebabkan oleh latar belakang bahasa yang berbeda.
  4. Hambatan mekanis Hal ini terjadi pada proses komunikasi yang menggunakan media, misalnya saja gangguan saat berkomunikasi dengan menggunakan pesawat telepon.
  5. Hambatan ekologis Hal ini disebabkan oleh gangguan yang terjadi di lingkungan ketika proses komunikasi sedang berlangsung. Misalnya saja hujan deras, lalulintas yang berisik.

hambatan komunikasi

Segala sesuatu yang menghalangi kelancaran komunikasi disebut sebagai gangguan (noise). Kebanyakan hambatan komunikasi yang timbul, bukan berasal dari sumber atau salurannya, tetapi dari audience (penerima)nya. Manusia sebagai komunikan memiliki kecendrungan untuk acuh tak acuh, meremehkan sesuatu, salah menafsirkan, atau tidak mampu mengingat dengan jelas apa yang diterimanya dari komunikator.

Setidak-tidaknya ada tiga faktor psikologis yang mendasari hal itu (Suprapto, 2009), yaitu:

  1. Selective attention. Orang biasanya cenderung untuk mengekspos dirinya hanya kepada hal-hal (komunikasi) yang dikehendakinya. Misalnya, seseorang tidak berminat membeli mobil, jelas dia tidak akan berminat membaca iklan jual beli mobil.

  2. Selective perception. Suatu kali, seseorang berhadapan dengan suatu peristiwa komunikasi, maka ia cenderung menafsirkan isi komunikasi sesuai dengan prakonsepsi yang sudah dimiliki sebelumnya. Hal ini erat kaitannya dengan kecendrungan berpikir secara stereotip.

  3. Selective retention. Meskipun seseorang memahami suatu komunikasi, tetapi orang berkecenderungan hanya mengingat apa yang mereka ingin untuk diingat. Misalnya, setelah membaca suatu artikel berimbang mengenai komunisme, seorang mahasiswa yang anti komunis hanya akan mengingat hal-hal jelek mengenai komunisme. Sebaliknya mahasiswa yang prokomunis cenderung untuk mengingat kelebihan-kelebihan sistem komunisme yang diungkapkan oleh artikel tersebut.

Sementara itu menurut Marhaeni Fajar dalam bukunya yang berjudul ilmu komunikasi, teori dan praktik (2009) ada beberapa hambatan dalam komunikasi, yaitu :

  1. Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional sehingga mempengaruhi motivasi, yaitu mendorong seseorang untuk bertindak sesuai keinginan, kebutuhan atau kepentingan.

  2. Hambatan dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang digunakan antara si pengirim dengan si penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.

  3. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio sehingga tidak dapat mendengarkan pesan dengan jelas.

  4. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima.

  5. Hambatan dari penerima pesan. Misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.

Selain dari hambatan-hambatan di atas, menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul Dinamika komunikasi, faktor-faktor penghambat komunikasi terdiri dari :

Hambatan sosio-antro-psikologis

Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional (situational context). Ini berarti bahwa komunikator harus memperhatikan situasi ketika komunikasi dilangsungkan, sebab situasi amat berpengaruh terhadap kelnacaran komunikasi, terutama situasi yang berhubungan dengan faktor-faktor sosiologisantropologis-psikologis.

  1. Hambatan sosiologis
  2. Hambatan antropologis
  3. Hambatan psikologis

Hambatan semantik

Jika hambatan sosiologis-antropologis-psikologis terdapat pada pihak komunikan, maka hambatan semantis terdapat pada diri komunikator. Faktor semantis menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai “alat” untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasinya seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan semantis ini, sebab salah ucap atau tulis dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication).

Sering kali salah ucap disebabkan komunikator berbicara terlalu cepat sehingga ketika pikiran dan perasaan belum mantap terformulasikan, kata-kata sudah terlanjur dilontarkan. Maksudnya akan mengatakan “kedelai” yang terlontar “kedelai”.

Gangguan semantis kadang-kadang disebabkan pula oleh aspek antropologis, yakni kata-kata yang sama bunyinya dan tulisannya, tetapi memiliki makna yang berbeda. Salah komunikasi atau misscommunication ada kalanya disebabkan oleh pemilihan kata yang tidak tepat, kata-kata yang sifatnya konotatif.

Dalam komunikasi bahasa yang sebaiknya digunakan adalah kata-kata yang denotatif. Kalau terpaksa menggunakan kata-kata yang konotatif, maka seyogyanya dijelaskan apa yang dimaksudkan sebenarnya, sehingga tidak terjadi salah tafsir.

  • Kata-kata denotatif adalah yang mengandung makna sebagaimana tercantum dalam kamus dan diterima secara umum oleh kebanyakan orang yang sama dalam kebudayaan dan bahasanya.

  • Kata-kata konotatif adalah yang mengandung makna emosional atau evaluatif disebabkan oleh latar belakang kehidupan dan pengalaman seseorang.

Hambatan mekanis

Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Banyak contoh yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari, suara telepon yang tidak jelas, ketika huruf buram pada surat, suara yang hilang-muncul pada pesawat radio, berita surat kabar yang sulit dicari sambungan kolumnya, gambar yang meliuk-liuk pada pesawat televisi, dan lainlain.

Hambatan ekologis

Hambatan ekologis yang terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari lingkungan. Contoh hambatan ekologis adalah suara riuh orang-orang atau kebisingan lalulintas, suara hujan atau petir, suara pesawat terbang lewat, dan lain-lain.

Situasi komunikasi yang tidak menyenangkan seperti itu dapat diatasi komunikator dengan menghindarkannya jauh sebelum atau dengan mengatasi pada saat ia sedang berkomunikasi. Untuk menghindarkannya komunikator harus mengusahakan tempat komunikasi yang bebas dari gangguan-gangguan tersebut.

Menurut Devito (1997) komunikasi akan menemui hambatan dari proses pengiriman ke penerima dalam pesan-pesan verbal yang disebut distorsi kognitif, yang dapat muncul dalam komunikasi interpersonal, kelompok kecil atau pembicaraan di muka umum.

Hambatan-hambatan tersebut antara lain

  1. polarisasi, yaitu kecenderungan untuk melihat dunia dalam bentuk lawan kata dan menguraikannya dalam bentuk ekstrim misalnya baik dan buruk, hitam dan putih;

  2. orientasi intensional, yaitu kecenderungan untuk melihat manusia, objek dan kejadian sesuai dengan ciri atau label yang melekat pada diri mereka misalnya menilai seseorang tidak menarik sebelum mendengar apa yang akan dikatakan;

  3. implikasi pragmatis, yaitu kesimpulan yang mungkin ada tetapi belum tentu benar;

  4. bypassing adalah pola kesalahan evaluasi dimana orang gagal mengkomunikasikan makna yang mereka maksudkan;

  5. kesemuaan (allness), yaitu kecenderungan untuk menganggap orang yang mengetahui hal tertentu pasti menguasai segalanya atau apa yang sudah dikatakan pasti sudah seluruhnya;

  6. evaluasi statis, yaitu mengabaikan pernyataan perubahan dan menganggap bahwa realitas merupakan hal yang statis;

  7. indiskriminasi, pengelompokkan hal-hal yang tidak sama ke dalam satu kelompok dan menganggap mereka berada dalam kelompok yang sama.

Masalah komunikasi biasanya merupakan gejala bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Masalah komunikasi ada yang berasal dari pengirim (komunikator), transmisi dan penerima. Hambatan dalam komunikasi antara lain:

  1. kurangnya perencanaan dalam komunikasi (tidak dipersiapkan lebih dahulu),
  2. perbedaan persepsi,
  3. perbedaan harapan,
  4. kondisi fisik atau mental yang kurang baik,
  5. pesan yang tidak jelas,
  6. prasangka yang buruk,
  7. transmisi yang kurang baik,
  8. penilaian/evaluasi yang prematur,
  9. tidak ada kepercayaan,
  10. ada ancaman,
  11. perbedaan status, pengetahuan, bahasa,
  12. distorsi (kesalahan informasi).

Hambatan komunikasi dapat terjadi karena adanya perbedaan kerangka acuan (frame of reference) pada bidang pengalaman antara komunikator dan komunikan. Akibatnya kedua orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut berbeda dalam penafsiran makna (Tubbs & Moss 2005b).

hambatan komunikasi

Menurut Effendy (2003) ada empat hal yang menjadi hambatan dalam komunikasi yakni:

  1. Gangguan, terdiri dari gangguan mekanik (mechanical noise) dan gangguan semantik (semantic noise),
    Gangguan mekanik adalah gangguan pada saluran komunikasi yang bersifat fisik, sedangkan gangguan semantik berhubungan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak atau salah pengertian.

  2. Kepentingan,
    Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Dengan kata lain orang akan memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya.

  3. Motivasi terpendam
    Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar komunikasi dapat diterima dan sebaliknya komunikan akan mengabaikan komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya.

    Dalam komunikasi sering juga komunikator tertipu dengan kesungguhan komunikan, dimana komunikasi yang disampaikan tidak sesuai dengan motivasinya. Kepura-puraan ini disebabkan adanya motivasi terpendam dari komunikan.

  4. Prasangka.
    Hambatan yang berat bagi kegiatan komunikasi adalah prasangka. Prasangka akan menyebabkan komunikan bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasinya, sehingga komunikan tidak bisa berpikir secara objektif karena semua yang dilihat akan dinilai negatif.

Menurut Berlo (1960) hal penting dalam komunikasi adalah mengemas makna menjadi pesan yang efektif namun banyak faktor-faktor yang dapat mengurangi ketepatan dalam komunikasi.

  • Pertama, faktor sumber dipengaruhi oleh keterampilan berkomunikasi, sikap, tingkat pengetahuan, sistem sosial budaya;
  • Kedua, faktor penerima dipengaruhi oleh keterampilan berkomunikasi, sikap, tingkat pengetahuan, sistem sosial budaya;
  • Ketiga, faktor pesan dipengaruhi oleh kode pesan, isi pesan dan perlakuan terhadap pesan;
  • Keempat, faktor saluran.

Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menghalangi atau mengganggu tercapainya komunikasi yang efektif. Hambatan komunikasi dapat mempersulit dalam mengirim pesan yang jelas, mempersulit pemahaman terhadap pesan yang dikirimkan, serta mempersulit dalam memberikan umpan balik yang sesuai. Secara garis besar, terdapat 4 (empat) jenis hambatan komunikasi yaitu hambatan personal, hambatan fisik, hambatan kultural atau budaya, serta hambatan lingkungan

  1. Hambatan personal
    Hambatan personal merupakan hambatan yang terjadi pada peserta komunikasi, baik komunikator maupun komunikan/komunikate. Hambatan personal dalam komunikasi meliputi sikap, emosi, stereotyping, prasangka, bias, dan lain-lain.

  2. Hambatan kultural atau budaya
    Komunikasi yang kita lakukan dengan orang yang memiliki kebudayaan dan latar belakang yang berbeda mengandung arti bahwa kita harus memahami perbedaan dalam hal nilai-nilai, kepercayaan, dan sikap yang dipegang oleh orang lain. Hambatan kultural atau budaya mencakup bahasa, kepercayan dan keyakinan. Hambatan bahasa terjadi ketika orang yang berkomunikasi tidak menggunakan bahasa yang sama, atau tidak memiliki tingkat kemampuan berbahasa yang sama. Hambatan juga dapat terjadi ketika kita menggunakan tingkat berbahasa yang tidak sesuai atau ketika kita menggunakan jargon atau bahasa “slang” atau “prokem” atau “alay” yang tidak dipahami oleh satu atau lebih orang yang diajak berkomunikasi. Hal lain yang turut memberikan kontribusi terjadinya hambatan bahasa adalah situasi dimana percakapan terjadi dan bidang pengalaman ataupun kerangka referensi yang dimiliki oleh peserta komunikasi mengenai hal yang menjadi topik pembicaraan.

  3. Hambatan fisik
    Beberapa gangguan fisik dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi. Hambatan fisik komunikasi mencakup panggilan telepon, jarak antar individu, dan radio. Hambatan fisik ini pada umumnya dapat diatasi.

  4. Hambatan lingkungan
    Tidak semua hambatan komunikasi disebabkan oleh manusia sebagai peserta komunikasi. Terdapat beberapa faktor lingkungan yang turut mempengaruhi proses komunikasi yang efektif. Pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat mengalami rintangan yang dipicu oleh faktor lingkungan yaitu latar belakang fisik atau situasi dimana komunikasi terjadi. Hambatan lingkungan ini mencakup tingkat aktifitas, tingkat kenyamanan, gangguan, serta waktu.

Untuk menghindari Hambatan dalam berkomunikasi berikut hal-hal yang harus dilakukan adalah :

  • Menyatakan satu ide atau gagasan dalam satu waktu.

  • Menyatakan ide atau gagasan dengan singkat.

  • Memberikan penjelasan ketika diperlukan.

  • Melakukan pengulangan jika diperlukan.

  • Menerima dan memberikan umpan balik.

  • Melakukan pilihan kata, nada suara dan bahasa tubuh yang tepat.

  • Mengembangkan sikap empati terhadap penerima/komunikan/komunikate/receiver dalam mengatasi hambatan kultural atau budaya dalam komunikasi.

  • Fokus perhatian pada pesan yang disampaikan dengan memberikan momen prioritas. Jika memungkinkan melihat atau melakukan kontak mata kepada pengirim pesan.

  • Mendengar dan melihat isi pesan tidak langsung atau non verbal sama baiknya ketika mendengarkan kata-kata. Perhatikan petunjuk non verbal yang menyajikan informasi berdasar pada apa yang ingin disampaikan oleh pengirim pesan. Persepsi yang diberikan oleh penerima pesan terhadap pesan dan pengirim pesan dapat berbeda. Pilihan kata, nada suara, posisi tubuh, geture dan gerakan mata merefleksikan perasaan dibalik kata-kata yang diucapkan.

  • Menjaga pikiran tetap terbuka dan hindari penilaian.

  • Melakukan verfikasi terhadap apa yang didengar atau disampaikan. Jangan berasumsi bahwa persepsi yang diberikan terhadap pesan merupakan bentuk persetujuan dengan tujuan pengirim pesan. Berikan umpan balik yang tepat kepada pengirim pesan.

Referensi

https://pakarkomunikasi.com/hambatan-hambatan-komunikasi

Komunikasi merupakan sesuatu hal yang penting bagi dalam era globalisasi saat, dimana kita harus selalu mendapatkan informasi untuk memenuhi kebutuhan hidup kita. Contohnya seperti apabila kita ingin mencari pekerjaan, hal yang kita lakukan disini pastinya adalah melakukan komuniaksi dengan perusahaan yang kita tuju untuk mendapatkan perkerjaa. Namun saat ini masih terjadi beberapa miskomunikasi dimana informasi yang kita harapakan dari komunikasikan tersebut tidak sesuai dengan harapan kita. Berikut ada beberapa factor yang menyebabkan sebuah komunikasi bias terhambat :

  • Kurangnya Kecakapan
    Dalam hal ini penyampaian informasi kita kepada orang yang lain kurang baik. Makdusnya disini kita masih sering gugup, terbata-bata, dll. Dengan kurang cakapnya kita melakukan komunikasi, maka informasi yang sedang berikan kepada orang lain akan kurang diterima bagi penerimanya karena ketidakjelasan informasi tersebut.

  • Bahasa Tubuh
    Bahasa tubuh memiliki peran yang penting dalam sebuah komunikasi. Bahasa tubuh disini memiliki arti penyampaian tersirat komunikasi dengan orang lain. Dalam hal ini Bahasa tubuh memberi informasi tambahan dalam sebuah komunikasi. Dengan Bahasa tubuh yang kurang baik maka informasi yang diterima orang lain akan susah untuk diterima karena Bahasa tubuh tersebut kurang menyentuh informasi yang didapatkan

  • Perbedaan Budaya
    Perbedaaan budaya ternyata bias menghambat sebuah komunikasi. Dalam hal ini budaya yang dimiliki orang lain memiliki persepsi yang berbeda dengan budaya lain. Misalnya gaya komunikasi orang jawa dan sunda berbeda. Dengan perbedaan budaya tersebut maka komunikasi akan terhambat. Maka diperlukan penerjemahan informasi yang tepat antar budaya

  • Ketepatan SIkap
    Dalam hal kita harus berkomunikasi sesuai dengan keadaan. Maksudnya disini kita harus bias bersikap sesuai dengan lawan bicara kita agar informasi yang diberikan tidak disalahartikan. Contoh dari sikap yang kurang tepat dalam berkomunkasi adalah ketika kita berbicara kepada teman kita dengan nada yang besar seolah-olah sedang marah, padahal kita sedang tidak bersikap marah padaa saat itu. Maka dari itu diperlukan ketepatan sikap dalam berkomunikasi

Untuk mencapai komunikasi yang efektif tidaklah semudah yang kita bayangkan, karna begitu banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan pada proses komuikasi, yang disebut sebagai hambatan komunikasi. Hambatan komunikasi bisa terjadi pada semua elemen komunikasi atau unsur-unur yang mendukung proses komunikasi tersebut. Dimana faktor-faktor penghambat komunikasi dapat dikelompokkan menjadi empat masalah utama.

Keempat faktor tersebut adalah :

  1. Masalah dalam mengembangkan pesan.

    Masalah dalam mengembangkan suatu pesan dapat mencakup antara lain munculnya keragu-raguan tentang isi pesan, kurang terbiasa dengan situasi yang ada, adanya pertentangan emosional dan kesulitan mengekspresikan ide atau gagasan.

  2. Masalah dalam menyampaikan pesan.

    Masalah dalam menyampaikan pesan yang paling sering terjadi yaitu diakibatkan oleh gangguan saluran (media) yang digunakan dalam berkomunikasi. Selain itu masalah lain yang muncul dari penyampaian suatu pesan adalah bila dua buah pesan yang disampaikan mempunyai arti yang berlawanan atau bermakna ganda.

  3. Masalah dalam menerima pesan.

    Masalah dalam menerima pesan biasanya diakibatkan oleh kondisi dari pihak penerima pesan yang bersangkutan dan juga kondisi lingkungannya. Misalnya gangguan penerimaan pesan terjadi akibat adanya persaingan antara penglihatan dengan suara, cahaya yang tidak terang, lingkungan yang terlalu bising dan kondisi lain yang dapat mengganggu kosentrasi penerima pesan.

  4. Masalah dalam menafsirkan pesan.

    Suatu pesan mungkin saja hilang selama proses penyampaian pesan terjadi, namun masalah terbesar adalah dimana suatu pesan ditafsirkan oleh penerima pesan. Munculnya kesalahpahaman dalam penafsirkan pesandapat diakibatkan oleh perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran kata dan perbedaan reaksi emosional.

Kesalahapahaman dalam berkomunikasi dapat diatasi dengan memperhatikan persepsi lawan bicara, ketepatan penyampaiannya, kredibilitas pengirim pesan dan kemampuan mengendalikan pesan.

Banyak para ahli dan pakar komunikasi yang menyatakan tentang hambatan dan gangguan komunikasi. Diantara beberapa ahli tersebut adalah Onong Uchjana Effendy, Hafied Cangara, Richard Sihite, dan Widjaja, dan masih banyak lagi.

Onong Uchjana Effendy mengemukakan hambatan komunikasi merupakan suatu gejala bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam proses komunikasi. Dalam proses komunikasi, faktor penyebab hambatan komunikasi antara lain oleh :

  1. Hambatan sosio-antro-psikologis, dimana komunikator harus memperhatikan situasi ketika komunikasi dilangsungkan;

  2. Hambatan semantis, yakni hambatan komunikasi yang menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pesan dan perasaannya kepada komunikan;

  3. Hamabatan mekanis, yakni hambatan yang dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi;

  4. Hambatan ekologis, terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi.

Hafied Cangara dalam bukunya mengungkapkan bahwa ada tujuh hal yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada komunikasi, yaitu :

  1. Gangguan teknis, terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan, misalnya gangguan yang terjadi pada jaringan telpon;

  2. Gangguan semantik, yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan;

  3. Gangguan psikologis, terjadi karena gangguan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu, seperti rasa curiga penerima kepada sumber pesan, situasi berduka atau gangguan kejiwaan sehingga dalam menerima pesan informasi tidak sempurna;

  4. Gangguan fisik, disebabkan karena kondisi geografis;

  5. Gangguan status, disebabkan karena jarak sosial diantara peserta komunikasi, misalnya perbedaan antara senior dan junior, atau atasan dengan bawahan yang menuntut prilaku komunikasi untuk selalu memperhitungkan kondisi dan etika yang sudah membudaya dalam masyarakat;

  6. Gangguan kerangka berpikir, disebabkan adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam berkomunikasi;

  7. Gangguan budaya, disebabkan karena adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.

Sedangkan menurut A. W. Widjaja, masalah komunikasi merupakan suatu gejala bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Masalah komunikasi menunjukkan adanya masalah yang lebih dalam. Hambatan komunikasi ada yang berasal dari pengirim (komunikator), transmisi dan penerima. Hambatan dalam berkomunikasi antara lain :

  1. Kurangnya perencanaan dalam komunikasi (tidak dipersiapkan terlebih dahulu);
  2. Perbedaan persepsi;
  3. Perbedaan pengetahuan;
  4. Kondisi fisik dan mental yang kurang baik;
  5. Pesan yang tidak jelas;
  6. Prasangka buruk;
  7. Transmisi yang kurang baik;
  8. Penilaian atau evaluasi yang prematur;
  9. Tidak ada kepercayaan;
  10. Ada ancaman;
  11. Perbedaan status, pengetahuan, bahasa;
  12. Distorsi (kesalahan informasi).

Sementara itu menurut Richard Sihite dalam bukunya “Ethics Communication”, membagi hambatan komunikasi dalam jenisnya yaitu :

  1. Gangguan semantik

    Gangguan semantik merupakan gangguan yang disebabkan oleh para pelaku komunikasi yang mempergunakan bahasa. Baik itu komunikator maupun komunikan. Karna bahasa merupakan salah satu alat dalam komunikasi dan yang paling umum digunakan manusia dalam berkomunikasi.

    Bahasa dikategorikan kepada tiga macam, yakni bahasa lisan atau yang diucapkan, bahasa tulisan atau bahasa yang dituangkan dalam berbagai bentuk tulisan dan bahasa badan yang dituangkan dalam bentuk gestur dan mimik.

    Pesan akan disalah artikan oleh komunikan , jika komunikator menggunakan bahasa yang tidak dipahami oleh komunikan.

    Bahasa sangat menentukan keefektivan dosen dan mahasiswa dalam proses bimbingan. Apabila dosen dan mahasiswa banyak menggunkan bahasa asing dan struktur bahasa yang tidak baik maka akan menyebabkan pesan yang disampaikan susah untuk dipahami, sehingga proses komunikasi terganggu dan tujuan komunikasi tidak tercapai.

  2. Gangguan mekanik

    Gangguan mekanik adalah gangguan yang terjadi akibat alat-alat komunikasi tersebut mengalami kerusakkan, sehingga proses komunikasi tidak berjalan dengan efektif. Disamping itu komunikan juga tidak dapat menangkap informasi secara jelas.
    Sebagaimana yang telah dijelaskan, gangguan mekanik ini tidak dapat diterka oleh komuikator maupun kommunikan karena gangguan mekanik dapat terjadi kapan saja.

    Gangguan mekanik tidak hanya terjadi pada satu alat saja, tapi juga bisa pada semua alat. Contohnya saja tiba-tiba sinyal radio atau telpon genggam tiba-tiba hilang, atau mikrofon yang digunakan suaranya tidak jelas, dan masih banyak lagi.

  3. Gangguan antropologis

    Hambatan dalam proses komunikasi yang disebabkan oleh perbedaan berupa suku, ras, budaya, norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat setempat, cara dan gaya hidup, bahasa dan sebagainya. Misalnya orang Batak menyampaikan pesan dalam bentuk simbol, maka orang Jawa tidak bisa memahami maksud dan tujuan dari komunnikasi tersebut.

    Cara dan gaya hidup juga dapat menghambat proses komunikasi, seperti cara hidup orang Minang dengan orang Papua. Semua faktor yang sudah penulis jelaskan tadi dapat menjadi penghambat komunikasi.

  4. Gangguan psikologis

    Gangguan psikologis adalah gangguan yang disebabkan oleh faktor kejiwaan, seperti susah, emosional, marah, sedih, kecewa, iri hati, berprasangka buruk.25 Misalnya komunikator dalam keadaan kecewa atau mara, kemudian berkomunikasi dengan komunikan dalam keadaan tersebut, maka pesan tidak akan dapat dipahami dengan jelas oleh komunikan.

    Jadi bila dosen dan mahasiswa hendak berkomuniksi dalam bimbingan skripsi, maka keduanya harus memperhatikan dan menghindari beberapa gangguan psikologis yang telah dijelaskan diatas. Sebab bila gangguan ini ada terjadi pada salah satu atau keduanya, maka proses komunikasi dalam bimbingan skripsi tidak akan berjalan baik.

    Hambatan akibat salah paham atau salah pengertian sehingga pesan tidak dimengerti seperti yang dimaksudkan oleh pengirim dan ditanggapi sebagaimana yang diinginkan oleh pengirim dalam komunikasi bisa saja terjadi.

    Masalah kesalahpahaman menurut A. M. Hardjana dapat terjadi pada pengirim, penyampaian pesan dan penerimaan.

    Pengirim, salah pengertian dapat terjadi karena :

    • Pengirim tidak jelas tentang isi pesan yang hendak disampaikan;

    • Meski isi pesan itu jelas, tetapi pengirim mengemas isi pesan itu secara tidak tepat dan mengirim melalui media yang tidak mendukung;

    • Pada diri pengirim ada konflik batin tentang pesan yang akan dikirimkan dan tentang penerima yang dikirimi pesan;

    • Pengirim merasa sulit bagaimana mengungkapkan pesan yang akan disampaikan.

    Penyampaian pesan. Pada penyampaian pesan, kesalahpahaman dalam berkomunikasi disebabkan karena :

    • Faktor-faktor fisik yang tidak mendukung, tulisan jelek yang tidak terbaca, saluran komunikasi rusak, alat pendengar tidak berfungsi baik, suara tidak jelas;

    • Dua pesan yang saling berebut perhatian penerima sehingga kosentrasi penerima kacau atau pesan sendiri mempunyai makna yang bertentangan;

    • Terlalu banyak gabungan saluran yang digunakan untuk menyampaikan sehingga pesan menjadi terlalu banyak pula.

    Penerima pesan. Pada waktu menerima pesan, faktor-faktor yang bisa menyebakan salah pengertian dalam komunikasi antara lain :

    • Ada gangguan-gangguan fisik : penerangan, penglihatan, pendengaran, suara terlalu bising atau tidak terdengar;

    • Ada gangguan-gangguan mental : sulit berkosentrasi, sibuk dengan urusan lain, sikap menolak;

    • Kesehatan fisik : sakit, lelah, tidak ada gairah;

    • Latar belakang budaya, pendidikan dan pengalaman penerima jauh berbeda dari pengirim.

Hambatan komunikasi dapat menyebabkan arus pesan pada saluran komunikasi terbatas, terganggu, tercemar atau dalam kondisi yang rusak. Akibatnya jika kita sebagai sumber komunikasi berarti kita telah gagal mengirim pesan yang berarti tujuan komunikasi kitapun tidak tercapai. Dalam hal komunikasi inovasi berarti kita telah gagal mengubah prilaku sasaran komunikasi kita untuk memberi inovasi yang kita difusikan.

Hambatan yang muncul dapat bersifat internal pada individu, misalnya gagal menafsirkan pesan karena ketidaksamaan timbul pesan yang digunakan, atau bersifat eksternal misalnya tidak tersedianya media komunikasi yang memadai.

Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menghalangi atau mengganggu tercapainya komunikasi yang efektif. Hambatan komunikasi dapat mempersulit dalam mengirim pesan yang jelas, mempersulit pemahaman terhadap pesan yang dikirimkan, serta mempersulit dalam memberikan umpan balik yang sesuai.

Secara garis besar, terdapat 4 (empat) jenis hambatan komunikasi yaitu hambatan personal, hambatan fisik, hambatan kultural atau budaya, serta hambatan lingkungan

1. Hambatan personal

Hambatan personal merupakan hambatan yang terjadi pada peserta komunikasi, baik komunikator maupun komunikan/komunikate. Hambatan personal dalam komunikasi meliputi sikap, emosi, stereotyping , prasangka, bias, dan lain-lain.

2. Hambatan kultural atau budaya

Komunikasi yang kita lakukan dengan orang yang memiliki kebudayaan dan latar belakang yang berbeda mengandung arti bahwa kita harus memahami perbedaan dalam hal nilai-nilai, kepercayaan, dan sikap yang dipegang oleh orang lain.

Hambatan kultural atau budaya mencakup bahasa, kepercayan dan keyakinan. Hambatan bahasa terjadi ketika orang yang berkomunikasi tidak menggunakan bahasa yang sama, atau tidak memiliki tingkat kemampuan berbahasa yang sama.

Hambatan juga dapat terjadi ketika kita menggunakan tingkat berbahasa yang tidak sesuai atau ketika kita menggunakan jargon atau bahasa “slang” atau “prokem” atau “alay” yang tidak dipahami oleh satu atau lebih orang yang diajak berkomunikasi.

Hal lain yang turut memberikan kontribusi terjadinya hambatan bahasa adalah situasi dimana percakapan terjadi dan bidang pengalaman ataupun kerangka referensi yang dimiliki oleh peserta komunikasi mengenai hal yang menjadi topik pembicaraan.

3. Hambatan fisik

Beberapa gangguan fisik dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi. Hambatan fisik komunikasi mencakup panggilan telepon, jarak antar individu, dan radio. Hambatan fisik ini pada umumnya dapat diatasi.

4. Hambatan lingkungan

Tidak semua hambatan komunikasi disebabkan oleh manusia sebagai peserta komunikasi. Terdapat beberapa faktor lingkungan yang turut mempengaruhi proses komunikasi yang efektif. Pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat mengalami rintangan yang dipicu oleh faktor lingkungan yaitu latar belakang fisik atau situasi dimana komunikasi terjadi. Hambatan lingkungan ini mencakup tingkat aktifitas, tingkat kenyamanan, gangguan, serta waktu.

Perlu dipahami bahwa seluruh bentuk komunikasi, tidak lepas dari hambatan. Menurut Effendy, hambatan tersebut ada yang disebabkan oleh sosio-antro-psikologis, hambatan semantis, hambatan mekanis dan hambatan ekologis.

Hambatan sosiologi maksudnya adalah hambatan yang terjadi karena keanekaragaman masyarakat yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam status sosial, agama, ideologi, tingkat pendidikan, kekayaan dan sebagainya. Hambatan antropologis adalah hambatan yang disebabkan adanya perbedaan budaya, gaya hidup, norma, kebiasaan dan bahasa. Hambatan psikologis adalah hambatan yang terjadi karena munculnya respon negatif dari komunikan, seperti marah, kecewa dan sebagainya.

Hambatan-hambatan tersebut tidak saja menyebabkan komunikasi menjadi tidak efektif, tetapi komunikasi juga dapat menjadi statis. Hambatan tersebut bisa terjadi pada komunikan dan bisa juga terjadi pada komunikator. Hambatan yang terjadi pada diri komunikator misalnya, menyangkut pada bahasa yang dipergunakan pada saat menyampaikan informasi, sehingga komunikan tidak mengerti. Hambatan pada komunikan misalnya adalah terjadinya penolakan terhadap ide-ide yang disampaikan komunikator.

Beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkin melakukan komunikasi yang benar-benar efektif. Ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi. Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin komunikasi sukses, yaitu:

1. Gangguan

Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan semantik.

  1. Gangguan Mekanik (Mechanical, channel noise)
    Yang dimaksud dengan gangguan mekanik ialah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Sebagai contoh ialah, gangguan suara ganda (interferensi) pada pesawat radio disebabkan dua pemancar yang berdempetan gelombangnya, gambar meliuk-liuk atau berubah-ubah pada layar televisi atau huruf yang tidak jelas, jalur huruf yang hilang atau terbalik, atau halaman yang sobek pada surat kabar. Termasuk gangguan mekanik pula adalah bunyi mengaung pada pengeras suara atau riuh hadirin atau bunyi kenderaan lewat ketika seorang berpidato dalam suatu pertemuan.

  2. Gangguan Semantik (Semantik noise)
    Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian suatu istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, akan lebih banyak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan semantik terjadi dalam salah pengertian.

    Pada hakikatnya orang-orang yang terlibat dalam komunikasi menginterpretasikan bahasa yang menyalurkan suatu pesan dengan berbagai cara karena itu mereka mempunyai pengertian yang berbeda. Seorang komunikan mungkin menerima suatu pesan dengan jelas sekali, baik secara mekanik maupun secara ponetik secara fisik berlaku dengan keras dan jelas tetapi disebabkan kesukaran pengertian (gangguan semantik) komunikasi menjadi gagal.

2. Kepentingan

Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Apabila kita tersesat dalam hutan dan beberapa hari tidak menemui makanan sedikitpun, maka kita akan lebih memperhatikan perangsang-perangsang yang mungkin dapat dimakan daripada lain-lainnya.
Andaikata dalam situasi demikian kita dihadapkan pada pilihan antara makanan dan sekantong berlian, maka pastilah, kita akan memilih makanan. Berlian barulah diperhatikan kemudian.

Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tangkap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita akan merupakan sifat reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan. Setiap peraturan yang dikeluarkan, apakah itu mengenai perburuhan, perkawinan, kurikulum baru dan sebagainya ada saja yang merasa dirugikan. Pihak yang berkepentingan biasanya tidak mengajukan tanggapan dengan alasan yang sungguh-sungguh, tetapi sering kali mengetengahkan argumentasi dan alasan tersembunyi (disguised argumentation and reasons).

3. Motivasi Terpendam

Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Keinginan, kebutuhan dan kekurangan seseorang berbeda dengan orang lainnya dari waktu ke waktu dari tempat ke tempat, sehingga karenanya motivasi itu berbeda dalam intensitasnya. Demikian pula intensitas tanggapan-tanggapan seseorang terhadap suatu komunikasi.

Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tak sesuai dengan motivasinya. Dalam pada itu sering kali pula terjadi seorang komunikator tertipu oleh tanggapan komunikan yang seolah-olah tampaknya khusuk (attentive) menanggapinya, sungguhpun pesan komunikasi tak bersesuaian dengan motivasinya.

Tanggapan semu dari komunikan itu tentunya mempunyai motivasi terpendam. Mungkin sekali seorang pegawai seolah-olah menanggapi komunikasi dari atasannya secara attentive, kendatipun ada yang tidak disetujuinya. Hal itu dilakukannya mungkin sekali karena si pegawai itu berkeinginan naik pangkat , ingin menyenangkan hati atasannya, dan lain sebagainya.

4. Prasangka

Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar syak prasangka tanpa menggunakan fikiran yang rasional.

Emosi seringkali membutakan fikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang nyata bagaimanapun, oleh karena sekali prasangka itu sudah mencekam, maka seseorang tak akan dapat berfikir secara objektif dan segala apa yang dilihatnya selalu akan dinilai secara negatif. Prasangka bukan saja dapat terjadi terhadap suatu ras, seperti yang sering kita dengar, melainkan juga terhadap agama, pendirian politik, kelompok, pendek kata suatu perangsang yang dalam pengalaman pernah memberi kesan yang tidak enak.