Apa Saja Ciri-Ciri Orang yang Optimis?

image

Optimisme adalah paham keyakinan atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan dan sikap selalu mempunyai harapan baik dl segala hal.

Untuk mengetahui optimis tidaknya seseorang, dapat diketahui cara berpikir dia terhadap penyebab terjadinya suatu peristiwa. Seligman menamakan cara atau gaya yang menjadi kebiasaan individu dalam menjelaskan kepada diri sendiri mengapa suatu peristiwa terjadi sebagai gaya penjelasan (explanatory style).

Apa saja ciri-ciri orang yang optimis ?

Seligman (2005) mengatakan bahwa orang yang optimis percaya bahwa kegagalan hanyalah suatu kemunduran yang bersifat sementara dan penyebabnya pun terbatas, mereka juga peraya bahwa hal tersebut muncul bukan diakibatkan oleh faktor dari dalam dirinya, melainkan diakibatkan oleh faktor luar.

Sedangkan menurut Ginnis, 1995 (Shofia, 2009 dalam Ika & Harlina, 2011) orang optimis mempunyai ciri-ciri khas, yaitu :

  1. Jarang terkejut oleh kesulitan. Hal ini dikarenakan orang yang optimis berani menerima kenyataan dan mempunyai penghargaan yang besar pada hari esok.

  2. Mencari pemecahan sebagian permasalahan. Orang optimis berpandangan bahwa tugas apa saja, tidak peduli sebesar apapun masalahnya bisa ditangani kalau kita memecahkan bagian-bagian dari yang cukup kecil. Mereka membagi pekerjaan menjadi kepingan-kepingan yang bisa ditangani.

  3. Merasa yakin bahwa mampu mengendalikan atas masa depan mereka. Individu merasa yakin bahwa dirinya mempunyai kekuasaan yang besar sekali terhadap keadaan yang mengelilinginya. Keyakinan bahwa individu menguasai keadaan ini membantu mereka bertahan lebih lama setelah lain-lainnya menyerah.

  4. Memungkinkan terjadinya pembaharuan secara teratur. Orang yang menjaga optimisnya dan merawat antusiasmenya dalam waktu bertahun-tahun adalah individu yang mengambil tindakan secara sadar dan tidak sadar untuk melawan entropy (dorongan atau keinginan) pribadi, untuk memastikan bahwa sistem tidak meninggalkan mereka.

  5. Menghentikan pemikiran yang negatif. Optimis bukan hanya menyela arus pemikirannya yang negatif dan menggantikannya dengan pemikiran yang lebih logis, mereka juga berusaha melihat banyak hal sedapat mungkin dari segi pandangan yang menguntungkan.

  6. Meningkatkan kekuatan apresiasi. Yang kita ketahui bahwa dunia ini, dengan semua kesalahannya adalah dunia besar yang penuh dengan hal-hal baik untuk dirasakan dan dinikmati.

  7. Menggunakan imajinasi untuk melatih sukses. Optimis akan mengubah pandangannya hanya dengan mengubah penggunaan imajinasinya. Mereka belajar mengubah kekhawatiran menjadi bayangan yang positif.

  8. Selalu gembira bahkan ketika tidak bisa merasa bahagia. Optimis berpandangan bahwa dengan perilaku ceria akan lebih merasa optimis.

  9. Merasa yakin bahwa memiliki kemampuan yang hampir tidak terbatas untuk diukur. Optimis tidak peduli berapapun umurnya, individu mempunyai keyakinan yang sangat kokoh karena apa yang terbaik dari dirinya belum tercapai (Ginnis 1995).

  10. Suka bertukar berita baik. Optimis berpandangan, apa yang kita bicarakan dengan orang lain mempunyai pengaruh yang penting terhadap suasana hati kita.

  11. Membina cinta dalam kehidupan. Optimis saling mencintai sesama mereka. Individu mempunyai hubungan yang sangat erat. Individu memperhatikan orang-orang yang sedang berada dalam kesulitan, dan menyentuh banyak arti kemampuan. Kemampuan untuk mengagumi dan menikmati banyak hal pada diri orang lain merupakan daya yang sangat kuat yang membantu mereka memperoleh optimisme.

  12. Menerima apa yang tidak bisa diubah. Optimis berpandangan orang yang paling bahagia dan paling sukses adalah yang ringan kaki, yang berhasrat mempelajari cara baru, yang menyesuaikan diri dengan sistem baru setelah sistem lama tidak berjalan. Ketika orang lain membuat frustrasi dan mereka melihat orang-orang ini tidak akan berubah, mereka menerima orang-orang itu apa adanya dan bersikap santai.

    Mereka berprinsip “Ubahlah apa yang bisa anda ubah dan terimalah apa yang tidak bisa anda ubah” (Ginnis 1995).

Menurut Murdoko (2001) bahwa ciri-ciri orang optimis ada 6 (enam), yaitu :

  1. Memiliki visi pribadi. Visi pribadi seseorang akan memiliki cita-cita ideal. Pasalnya, dengan mempunyai visi pribadi seseorang akan memiliki semangat untuk menjalani kehidupan tanpa harus banyak mengeluh ataupun merenungi apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi nanti.

    Dengan visi pribadi, individu akan mempunyai tenaga penggerak yang akan membuat kehidupan dinamis dan berusaha untuk mewujudkan keinginan-keinginan. Artinya, akan muncul harapan bahwa apa yang akan dilakukan itu membuahkan hasil. Dan yang lebih penting dengan visi pribadi, individu berpikir jauh ke depan (terutama mengenai tujuan hidup) (Murdoko, 2001).

  2. Bertindak konkret. Orang yang optimis tidak akan pernah merasa puas jika yang diinginkan cuma sebatas kata-kata. Artinya, betul-betul mempunyai keinginan untuk melakukan suatu tindakan konkret. Sehingga secara riil menghadapi tantangan yang mungkin timbul.

  3. Berpikir realistis. Seorang optimis akan selalu menggunakan pemikiran yang realistis dan rasional dalam menghadapi persoalan. Jika individu ingin menanamkan optimisme, maka harus membuang jauh-jauh perasaan dan emosi (feeling) yang tidak ada dasarnya.

    Dengan demikian, segala tindakan apapun perilaku didasarkan pada kemampuan untuk menggunakan akal sehat secara rasional. Sehingga apapun yang akan terjadi betul-betul sudah diperhitungkan sebelumnya. Individu yang optimis tingkah lakunya selalu dapat dipertanggungjawabkan.

    Oleh karena itu, berpikir realistis merupakan sarana untuk tidak mudah diombangambingkan oleh perasaan, karena dengan menggunakan perasaan, maka objektivitas akan berubah menjadi informantivitas (Murdoko, 2001).

  4. Menjalin hubungan sosial. Kehidupan sosial pada dasarnya dapat dijadikan sebagai salah satu cara mengukur ataupun menilai sejauhmana seseorang mampu menjadikan orang disekitarnya sebagai partner di dalam menjalani hidup. Orang yang optimis tidak akan merasa terancam oleh kehadiran orang-orang di sekitar. Seorang yang optimis akan menilai bahwa menjalin hubungan sosial akan membuat seseorang merasa dikuatkan, karena merasa punya banyak teman dan sahabat yang akan membantu.

  5. Berpikir proaktif. Artinya seseorang harus berani melakukan antisipasi sebelum suatu persoalan muncul, sehingga dituntut memiliki analisa yang tinggi.Karena tanpa adanya analisa mengenai kemungkinan terjadinya sesuatu, maka yang muncul adalah perilaku menunggu, pasif dan baru bertindak saat itu terjadi.

  6. Berani melakukan trial and error. Dengan optimisme, kegagalan yang terjadi akan dipahami sebagai hal yang wajar, bahkan tertantang dan menganggap kegagalan sebagai pemicu untuk kembali bangkit. Artinya memiliki kemampuan untuk mencoba dan mencoba lagi tanpa rasa bosan sampai mampu mencapai keberhasilan. Orang yang mempunyai rasa optimis yang besar akan lebih siap dalam menghadapi masa depannya karena merasa lebih mampu dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dengan ketekunan dan kemampuan berpikir dan sikap tidak mudah menyerah maupun putus asa.Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola pikirnya dan sangat berpengaruh sebagai faktor penunjang kesuksesannya(Murdoko, 2001).

Menurut Carver dan Scheier 1993 (dalam Synder & Lopez, 2002) mengngkapkan ciri- ciri orang yang optimis sebagai berikut:

  1. Percaya diri. Merasa percaya diri dan yakin bahwa mampu mengendalikan atas masa depannya, individu merasa yakin bahwa dirinya mempunyai kekuasaan yang besar sekali terhadap keadaan yang mengelilinginya. Keyakinan bahwa individu menguasai keadaan ini membant dirinya lebih percay diri dalam melakukan sesuat karena merasa yakin smeua yang dikerjakan akan berjalan dengan baik.

  2. Berharap sesuatu yang baik terjadi. Seseorang yang optimis yakin bahwa sesuuat yang baik yang akan terjadi pada dirinya. Meskipun sedang menghadapi situasi yang sulit, orang optimis akan tetap yakin bahwa dapat menyelesaikannya dan pada akhirnya akan mendapat sesuatu yang baik.

  3. Mempunyai gaya penyelesaian yang fleksibel. Orang yang optimis mempunyai gaya penjelasan yang fleksibel dalam memandang kejadian yang menimpa dirinya, sedangkan orang yang pesimis mempunyai gaya penjelasan yang kaku. Carver dan Scheier 1993

  4. Jarang terkena stress dalam menghadapi situasi yang sulit. Hal ini mungkin disebabkan karena orang yang optimis akan selalu mempunyai pandangan yang positif terhadap situasi buruk yang sedang dihadapi.

    Orang yang optimis biasanya akan mencari jalan keluar yang lain apabila sedang mengalami kesusahan dan usahanya gagl. Oleh karena itu orang yang optimis cenderung jarang terkena stress.

Menurut Seligman (2005), karakteristik orang yang pesimis adalah mereka cenderng meyakini peristiwa buruk akan bertahan lama dan akan menghancrkan segala yang mereka lakukan dan itu sema adalah kesalahan mereka sendiri.

Sedangkan orang yang optimis jika berada dalam sitasi yang sama, akan berfikir sebaliknya mengenai ketidakberuntungannya. Mereka cenderng meyakini bahwa kekalahan hanyalah kegagalan yang sementara, dan itu karena terbatas pada suatu hal saja.

Orang yang optimis yakin kekalahan bukanlah karena kesalahan mereka melainkan keadaan, keberuntungan atau orang lain yang menyebabkannya. Mereka menganggap situasi yang buruk adalah sebagai suat tantangan dan mereka akan bersaha keras menghadapinya.

Ciri-Ciri Optimisme


Menurut Seligman (dalam Cahayasari, 2014) karakteristik orang yang pesimis adalah mereka cenderung meyakini peristiwa buruk akan bertahan lama dan akan menghancurkan segala yang mereka lakukan dan itu semua adalah kesalahan mereka sendiri. Selain itu Seligman (dalam Cahayasari, 2014) mengatakan bahwa orang yang optimis percaya bahwa kegagalan hanyalah suatu kemunduran yang bersifat sementara dan penyebabnya pun terbatas, mereka juga bersifat sementara dan penyebabnya pun terbatas, mereka juga percaya bahwa hal tersebut muncul bukan di akibatkan oleh faktor dari dalam dirinya, melainkan diakibatkan oleh faktor luar.

Seligman (dalam Harlina, 2011) mengatakan beberapa ciri individu yang optimis memiliki ciri sikap yang khas, salah satu diantaranya adalah menghentikan pemikiran yang negative.

Kerley (2006) mengatakan bahwa bentuk optimis meliputi :

  1. Jarang terkejut oleh kesulitan. Hal ini di karenakan orang yang optimis berani menerima kenyataan dan mempunyai penghargaan yang besar pada hari esok.

  2. Mencari pemecahan sebagian permasalahan. Orang yang optimis berpandangan bahwa tugas apa saja, tidak peduli sebesar apapun masalah yang di tangani kalau tidak memecahkan bagian-bagian dari yang cukup kecil. Membagi pekerjaan menjadi kepingan-kepingan yang bisa di tangani.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa ciri-ciri optimisme bahwa orang optimis percaya bahwa suatu kegagalan hanya bersifat sementara, menghentikan pemikiran negatif, jarang terkejut oleh kesulitan, mencari pemecahan sebagian permasalahan.

Dari penjelasan dua konsep mengenai optimisme adalah optimisme disposissional yaitu kecenderungan dispoposional individu untuk memiliki ekspektasi positif dan menyeluruh meskipun individu menghadapi kemalangan atau kesulitan kehidupan. Rasa optimis yang muncul dalam diri seseorang di tunjukan dengan adanya sikap yang selalu memiliki harapan baik dalam segala hal serta kecenderungan untuk mengharapkan hasil yang menyenangkan. Dengan kata lain optimisme adalah cara berfikir atau paradigm berfikir positif.

Ciri-ciri optimisme dapat di simpulkan bahwa individu yang memiliki optimisme yakni : memiliki keyakinan, mampu berubah kearah yang lebih baik. Tidak mudah putus asa atau menyerah ketika dihadapkan pada suatu persoalan dan memiliki pemikiran positif dalam menghadapi tantangan.