Apa makna yang terkandung di dalam Surat Al Mulk ?

Surah Al-Mulk (“Kerajaan”) adalah surah ke-67 dalam al-Qur’an. Surah ini tergolong surat Makkiyah, terdiri atas 30 ayat. Dinamakan Al Mulk yang berarti Kerajaan di ambil dari kata Al Mulk yang yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Surat ini disebut juga dengan At Tabaarak yang berarti Maha Suci.

Apa makna yang terkandung di dalam Surat Al Mulk ?

Surat al-Mulk (kerajaan) adalah surah yang ke 67 dalam susunan Mushaf Usmani. Ayatnya berjumlah 30 ayat. Ibnu Abbas menghitung jumlah kata yang terdapat didalamnnya ada 335 kata dan jumlah hurufnya 1313 huruf. Seluruh ayat surat al-Mulk dikatakan termasuk kedalam kelompok ayat-ayat Makkiyah. Berbagai riwayat memberikan informasi bahwa surat al-Mulk diturunkan Allah swt pada urutan ke 78 surat-surat al- Qur’an. Ia turun seblum surat al Haqqah dan sesudah surat al Mu’minun. Di samping nama al-Mulk , yang terambil dari kata al-Mulk yang terdapat dalam ayat pertama surat ini, juga dianami surat Tabarak , yang berarti maha suci. Kata Tabarak tercantum pada awal ayat pertama surat al-Mulk, sebagai kata pembuka untuk masuk ke dalam kandungannya. Secara harfiyah Tabarak sebenarnya terambil dari kata baraka yang berarti memberi berkah.

Namun, para mufasir lebih menyukai mengartikan dengan maha suci. Memberi arti dengan mahasuci tersebut bersinergi dengan kandungan ayat terakhir dari surat at-Tahrim ayat 12 yang menegaskan kesucian Maryam dari tuduhan orang-orang Yahudi pada masa kelahiran Nabi Isa as.

Menurut Imam az-Zamakhsyari, dalam tafsir al Kasysyaf , surat ini juga diberi nama al-Wāqi‘ah yang berarti memelihara dan al Mujiyah yang berarti membebaskan, yakni memelihara dan membebaskan dari azab kubur bagi siapa saja yang membaca surat ini dengan khustu’ dan tawadhu’. Ibnu Katsir, dalam Tafsir al-Qur’an al Azhim, ketika mengawali penafsiran terhadap surat al-Mulk ini, menukil sebuah hadis yang berasal dari Imam Ahmad, yang diterima dari Abu Hurairah, hadis ini menjelaskan bahwa Rasulullah Saw bersabda:

“(Terdapat suatu) Surat dalam al-Qur’an, yang ayatnya tiga puluh, akan memberi syafaat bagi siapa saja yang membacanya sampai dia diampuni oleh Allah.”

Riwayat lain mengatakan bahwa surat ini juga diberi nama Tabaraka al ladzi biyadihi al-Mulk, juga diberi nama dengan Tabaraka al-Mulk.

Surat al-Mulk termasuk kelompok surat Makkiyah yang meitikberatkan pada penanaman akidah Islam. Surat ini membicarkaan tiga masalah penting, yaitu; menetapkan kebesaran Allah dan kekuasaanNya dalam menghidupkan kembali manusia setelah mati, mengungkapkan dalil-dalil keesaan Allah dan menjelaskan nasib akhir orang-orang yang mendustkaan hari kebangkitan. Di awal-awalnya, surat ini menjelaskan masalah pokok pembuktian kebesaran dan kekuasaan, dialah yang mengawasi seluruh mahluk, yang bertindak di alam ini dengan menciptakan, membuat, menghidupkan dan mematikan, “

Maha suci Allah di tanganNyalah segala kerajaan” .

Surat ini juga dinamakan sebagai surat Tabārak karena surat ini mengandung nilai keimanan, surat ini diwahyukan di Makkah, yaitu kejadiannya berkisar di sekitar masalah penerimaan ajaran islam dan penjelasan Theologi nya. Surat ini ada hubungannya dengan surat sebelumnya yang mana pada ayat terakhirnya diberi contoh bagi orang-orang kafir mengenai adanya dua wanita yang ditakdirkan menjadi celaka dan dua wanita ditakdirkan menjagi bahagia. Kendati kedua wanita celaka itu berada dibawah pimpinan dua orang yang soleh dicontohkan kepada orang-orang mu’min dengan Aisyah binti Muzahim (istri fir’aun) dan Maryam binti Imron, ibu Nabi Isa al-masih A.s. kedua wanita ini ditakdirkan Allah Swt jadi orang bahagia sekalipun kebanyakan kaumnya merupakan manusia kafir, dan kedua wanita tersebut hidup dalam kekafiran.

Kemudian surat ini membicarakan penciptaan langit dan bumi dan hiasan yang diberikan Allah kepada langit, yaitu bintang-bintang yang terang. Semuanya menunjukkan kekuasaan dan keesaan Allah. Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis”. Selanjutnya, surat ini menjelaskan secara singkat orang-orang yang berdosa ketika melihat jahanam yang menggelegak dan hampir terpotong-potong karena marah dan murka kepada musuh-musuh Allah. Di dalam surat ini juga ada perbandingan antara tempat kembali orang mukmin dan orang kafir. Metode perbandingan yang digunakkan al-Qur’an cara targib (memberikan motivasi dan dorongan serta rasa rangsangan) dan tarhib (menciptakan rasa takut).

“Apabila meraka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelak”.

Keistimewaannya dalam surat ini sebagai contoh, salah satu fenomena alam yang cukup mengejutkan para astronom non Muslim karena dalam al-Qur’an surah al-Mulk ayat 5, Allah swt menegaskan bahwa bintang diciptakan Allah swt. salah satu fungsinya adalah sebagai alat pelempar setan. Hal ini tentu saja menimbulkan kontroversi dan bahkan menjadi bahan hujatan oleh musuh-musuh Islam terhadap al-Qur’an yang mereka anggap tidak ilmiah. Sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta keindahan dan keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih bergantinya siang dan malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat manusia rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh dan cara berpikirnya karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan pengaruhnya yang ada pada dunia flora dan fauna, dan sebagainya merupakan tanda dan bukti keesaan Allah swt, kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaan-Nya.

Diperkuat oleh cerita Nabi saw yang mengamalkan surat ini dengan beliau tidak tidur sebelum membaca surat al-Mulk dan dianjurkan membaca surat al-Mulk saat melihat bulan sabit dan Nabi mengajurkan untuk membaca surat ini pada malam jum’at. Surat ini hendaknya dibaca siang maupun malam hari baik berada dalam rumah maupun dalam sedang bepergian. Cerita lain mengatakan bahwa surat ini mampu menyembuhkan orang yang sedang sakit gigi yaitu dengan membaca surat al-Mulk ayat 23 kemudian letakkan tangan diatas gigi yang sakit tersebut maka gigi tersebut akan hilang.

Dengan demikian, surat al-Mulk memilik nama lain yang juga hampir sama maknanya. Penamaan lain ini tidak begitu merubah kandungan suratnya, para muafsir sepakat surat ini merupakan tanda kebesaran Allah Swt yang memiliki kerajaan. Hingga sampai ini belum ada yang memahami makna kerajaan sebenar-benarnya dikarenakan keterbatasan akal fikiran manusia.

Referensi :

  • Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir AL Qurtubhi, terj. Ahmad Khatib, Dudi Rosyadi dkk, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009)
  • Yunan Yusuf, Tafsir Khuluqun ‘Azhim, (Tangerang: Lentera Hati, 2013)
  • Yusuf al Badri, Surat Tabarak Pendinding Dari Siksa Kubur, (Surabaya: PT Bungkul Indah, 1994)
  • Muhammad Jaya, Bintang Sebagai Pelempar Setan: Keajaiban dan Mukjizat al-Qur’an dalam Bidang Sains Kontemporer, (Samarinda: Qiyas Media, 2012).