Ambis & Toxic Environment, Gaya Hidup Kekinian yang Merugikan?

.20210511_235223

Pernah gak sih ketika kamu scroll di Instagram, terus menemukan postingan pencapaian karib hingga artis? Terus kamu melihat berbagai ucapan selamat di kolom komentar, tetapi ada juga komentar begini, “kan dia emang udah kaya dari lahir, coba B aja pasti gak bakal kayak gini” atau “cantik doang tetapi otak gak ada”? Rasanya sering banget ya kita baca komentar begitu.
Upps, tau gak sih itu termasuk toxic environment?

Di dunia nyata, kita juga sering melihat pencapaian orang lain, terus di komentar negatif dari sekitar, dimana mereka malah menganggap remeh pencapaian itu. Itu juga termasuk toxic environment loh!

Toxic environment (lingkungan beracun) adalah feedback negatif dari salah satu sisi sehingga dia merasa di rugikan sedangkan pihak lain diuntungkan karena berhasil membuat pihak satunya di rugikan. Toxic environment akan cenderung memberikan kritik negatif terhadap ambisi kita. Tentunya ini sangat tidak sehat bagi kita dalam memperbaiki diri.

Padahal dalam ambisi, dukungan dari sekitar sangat penting. Dari dukungan itulah yang akan memupuk semangat agar lebih percaya diri dan siap berproses. Lalu bagaimana jika sekitar merespon dengan kalimat yang membuat down?

Pepatahnya begini, “do not absorb their toxic words, observe just how toxic they are

Artinya adalah “Jangan menyerap kata-kata beracun mereka, amati betapa beracunnya mereka”. Ketika kamu berada di ranah toxic environment jangan pernah menyalahkan diri sendiri, menjauhlah dari mereka karena sesungguhnya kamu berhak melakukannya. Terakhir, kamu-lah yang akan menentukan kesuksesanmu, bukan orang lain.

Eits,
disamping itu apakah ambis juga merugikan? Ternyata disamping efek positif nya, ia memiliki efek negatif seperti kurang dapat berkolaborasi dengan sekitar karena lebih mengutamakan kepentingan pribadi. Selain itu ambisius yang berlebihan menyebabkan ia menjadi arogan dan selalu merasa sempurna. Menurut kalian, apakah dengan itulah sebab lingkungannya menjadi toxic environment?
Dictio_Challenge

2 Likes

Sebelumnya, ambis itu merupakan acuan seorang untuk mencapai sesuatu. Menurut saya ambisi ini adalah hal yang bagus dan malah diperlukan bagi orang-orang. TAPI, selalu ingat apapun hal yang berlebihan itu belum tentu bagus. Jadi, betul ambis negatif (berlebihan) itu dapat menjadi faktor lingkungannya menjadi toxic environtment. Dan dalam kondisi seperti ini kedua belah pihak sudah memasuki gaya hidup negatif.

Pesan saya adalah kita tidak boleh langsung mencemooh orang yang terlalu ambisius, karena itu bakal menimbulkan pribadi yang buruk pada diri sendiri. Control yourself. Sama halnya dengan ambisi, kita harus tetap menjadi orang yang baik jangan sampai ambisi itu yang mengendalikan diri kita. Once again, control yourself.
Sekian, maaf jika ada salah kata silahkan dikoreksi. Terima kasih.

Dan aku juga ada bahas soal ambisi lho, silahkan dicek dan mari berdiskusi
Ambisi, Apakah Hal Tersebut Merupakan Acuan Paling Kuat Dalam Mengembangkan Diri Menggapai Cita-Cita?

Yup! Aku setuju banget. Ambis itu jika berlebihan bsa menjadi negatif, tapi bukan berarti kita menghindari diri utk menjadi ambis.
Terima kasih juga buat pendapat kamu utk menghargai orang2 yg berambisi, pada cita2nya dan pada kehidupannya. Sebagai pelaku dalam lingkungan, peran kita adalah mendukungnya, bukan tampil sebagai “toxic” utk mereka.
Siapp! Aku cek artikelnya yaaa

1 Like

Ambis & Toxic Environment, Gaya Hidup Kekinian yang Merugikan?

Pernah gak sih ketika kamu scroll di Instagram, terus menemukan postingan karib hingga artis? Terus kamu melihat pesan ucapan selamat di kolom komentar, tetapi ada juga komentar begini, “kan dia emang udah kaya dari lahir, coba B aja pasti gak bakal kayak gini” atau “cantik doang tetapi otak gak ada” ? Rasanya sering banget ya kita baca begitu begitu.
Upps , tau gak sih itu termasuk toxic environment ?

Di dunia nyata, kita juga sering melihat pencapaian orang lain, malah di komentar negatif dari sekitar, dimana mereka malah menganggap remeh itu. Itu juga termasuk toxic environment loh!

Toxic environment (lingkungan beracun) adalah feedback negatif dari salah satu sisi sehingga dia merasa di rugikan sedangkan pihak lain diuntungkan karena berhasil membuat pihak satunya di rugikan. Toxic environment akan cenderung memberikan kritik negatif terhadap ambisi kita. Tentunya ini sangat tidak sehat bagi kita dalam memperbaiki diri.

Padahal dalam ambisi, dukungan dari sekitar sangat penting. Dari dukungan itulah yang akan memupuk semangat agar percaya diri dan siap berproses. Lalu bagaimana jika sekitar merespon dengan kalimat yang membuat down ?

Pepatahnya begini, " do not absorb their toxic words, observe just how toxic they are "

Artinya adalah “Jangan menyerap kata-kata beracun mereka, amati betapa beracunnya mereka”. Ketika kamu berada di ranah toxic environment, jangan pernah menyalahkan diri sendiri, menjauhlah dari mereka karena sebenarnya kamu berhak melakukannya. Terakhir, kamu-lah yang akan menentukan kesuksesanmu, bukan orang lain.

Eits,
disamping itu apakah ambis juga merugikan? Ternyata selain pengaruh positif, ia memiliki pengaruh negatif seperti yang kurang dapat berkolaborasi dengan sekitar karena lebih mengutamakan kepentingan pribadi. Selain itu ambisius yang berlebihan menyebabkan ia menjadi arogan dan selalu merasa sempurna. Menurut kalian, apakah dengan itulah sebab lingkungannya menjadi toxic environment?

3 Likes

Yupp! Semoga ini bisa menjadi edukasi bagi people2 jaman now.
Banyak yg masih perlu edukasi dgn toxic environment ini, menganggap kata2 mrk SBG hal yg positif, menekan lawan bicara, padhal
secaraa tidak sadar mrk malah menjadi pelaku toxic environment.

Adapun hubungan ny dgn ambis, menurut saya menarik utk di ulik. Terimakasih.

1 Like

Hai kak…
Artikel yang bagus kak.
Benar sekali kak, dizaman sekarang ini banyak orang yang menjadi toxic environment, selalu ingin menjatuhkan seseorang, dan dia senang melakukan hal itu.
Tapi memang mungkin akan selalu ada orang yang seperti itu, sebaik nya kita hanya tutup telinga saja, tetap fokus kedepan melakukan hal yang terbaik untuk kita dan untuk banyak orang :hugs:

1 Like

Artikel cukup menarik
Ambis mungkin dari diksi lebih condong pada hal negatif
Akan lebih baik jika kita sematkan kata “kompetitif” didalam diri kita
#semangatmenolakmenyerah

Begitulah kondisi dunia maya yang banyak sekali bertebaran komentar-komentar jahat untuk menjatuhkan mental orang lain. Saya sangat menyayangkan sih netizen-netizen yang sering memberikan komentar yang toxic seperti itu hanya memuaskan nafsu mereka untuk menghina orang lain. Kayak… nggak ada kerjaan lain kah selain memberikan komentar negatif seperti itu ? Banyak lho perbuatan positif yang bisa dikerjakan…

Yah, namanya manusia, pasti ada hawa nafsu yang mengarah ke hal-hal yang negatif spt itu… Apalagi perasaan iri dengki yang sering menyelimuti hati manusia. Ngeri sih emang dan kita bisa jadi tidak bisa menyingkirkan perasaan itu… tapi yang bisa kita lakukan adalah meminimalisisr hal-hal negatif ini terjadii dengan senantiasa mengerjakan hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi orang lain.