Wajibkah Menceritakan Aib Masa Lalu jika Ditanya oleh Calon Pasangan?

Sebelum melaksanakan pernikahan, tentunya kita membutuhkan seorang pasangan untuk kita nikahi nantinya. Baik dari pihak laki-laki atau perempuan, sudah sepatutnya kita memilih pasangan yang benar-benar tepat untuk kita nikahi agar dapat menjalani kehidupan berkeluarga yang bahagia dan kekal. Untuk menemukan pasangan yang tepat tersebut, dibutuhkan serangkaian proses pengenalan satu sama lain yang bertujuan untuk mengetahui seluk-beluk pasangan kita. Menurut Agustina (2016), pengungkapan diri atau self disclosure merupakan suatu bentuk komunikasi yang perlu dilakukan oleh pasangan karena dengan melakukan keterbukaan dapat meningkatkan komunikasi, keintiman dan bisa saling memahami satu sama lain. Dengan self disclosure , diharapkan kita dapat mengkomunikasikan semua hal sebelum serius mengikut janji suci di pernikahan.

Namun, terdapat permasalahan yang tidak sedikit dirasakan oleh pasangan yang ingin menuju ke jenjang pernikahan. Beberapa pihak merasa bahwa mereka membutuhkan informasi selengkap-lengkapnya dari pasangan mereka, termasuk aib masa lalu pasangan mereka seperti masalah keluarga atau bahkan masalah seksualitas. Mungkin kita juga tidak jarang menemui bahwa status keperawanan itu dapat menjadi syarat mutlak oleh beberapa orang sebelum menikah.

Nah menurut Youdics, wajibkah seseorang menceritakan aib masa lalunya kepada calon pasangan sebelum menikah jika mereka menanyakannya? Apakah kita tidak boleh menutupi masa lalu kita dari suami atau istri kita? Atau justru kita berhak untuk menutupinya karena itu aib? Yuk bagikan pendapat kalian!

Sumber

Agustina, Y. (2016). Self Disclosure Mengenai Latar Belakang Keluarga yang Broken Home kepada Pasangannya. Jurnal E-Komunikasi, 4(1), 1-12.

Sumber Gambar: 4 Cara Komunikasi dengan Pasangan - Kelas Cinta

1 Like
Menurutku itu tidak wajib. Mereka belum menjadi pasangan yang sah, karena masih jadi calon sehingga mereka belum memiliki hak suami istri, jadi jika ditanya masa lalu atau apapun itu dia boleh tidak menjawab karena itu adalah hak nya. Berbeda dengan saat sudah menjadi suami istri, aib masa lalu boleh tidak diceritakan kalau belum ditanya karena ada kemungkinan untuk merusak hubungan rumah tangga mereka, tetapi jika ditanya maka harus diceritakan apa adanya sehingga saat dulu melakukan aib tersebut atau pada saat menikah seharusnya dia sudah siap menerima dampak saat ditanya oleh pasangan sahnya tentang aib tersebut.

permasalahan seperti ini tentu memiliki jawaban yang tidak pasti dan akan berbeda-beda di tiap individu masing-masing.

Menutup aib diri sendiri atau aib orang lain adalah tindakan yang terpuji baik dari sisi agama maupun sosio-psikologis. Hal ini karena pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna. Bahkan di agama islam, banyak disebutkan bahwa Allah telah menutupi aib umatnya, maka itulah hal menutup aib diri maupun orang lain itu adalah perkara yang mulia.

Sedangkan dari sudut pandang sosio-psikologis, akan lebih bagus pasangan menceritakan aib masa lalu kepada calon pasangan.

Yang lalu, biarlah berlalu. Aib itu hanya ada di masa lalu, bukan masa sekarang. Menurutku ini tidak wajib untuk dibicarakan, kecuali dengan keadaan sadar dan legowo apapun atas jawabannya. Bayangkan kamu mencoba untuk terbuka atas pasangan, namun ini menjadi bomerang kepada dirimu sendiri. apabila pasangan kamu tidak ikhlas Aib ini bisa diungkit-ungkit kembali saat berantem misalnya. Jadi perlu hati-hati dan setuju untuk sama-sama mengerti bahwa aib adalah masa lalu dan bukan masa sekarang.

Sebetulnya self-disclosure itu bagus dilakukan untuk mengenal lebih dalam bagaimana sih seluk beluk pasangan yang akan kita ajak untuk mengikat janji suci sebagai seorang suami dan istri. Saya pribadi juga setuju mengenai manfaat dari Self-disclosure seperti yang ada di statement deskripsi pertanyaan yang salah satunya dapat membuat " semacam penyelesaian " sebelum mengikat janji pernikahan dengan keterbukaan - keterbukaan di antara satu sama lain yang salah satunya adalah berupa aib. aib sendiri biasanya akan disembunyikan rapat - rapat oleh seseorang yang memilikinya karena biasanya aib itu biasanya bersifat memalukan dan dalam beberapa kasus, mengundang trauma, tergantung seberapa besar aib yang seseorang simpan dalam dirinya. biasanya kemampuan menyimpan aib ini akan sangat di repress di dalam otak sehingga membuat kita tidak akan mengingat aib - aib itu.

Lalu bagaimana jika aib itu ternyata ditanyakan kepada kita oleh pasangan kita sebelum memulai jenjang pernikahan ? Ini jawabannya bisa cukup sulit. Pertama - tama, aib adalah bagian buruk dan memalukan yang ranahnya sebenarnya sangat pribadi. sehingga sejatinya, hanya orang - orang yang kita percayai yang biasanya mengetahui aib kita atau bahkan hanya kita sendiri yang mengetahuinya alias sebuah rahasia dan kedua, dalam hubungan pernikahan, setiap pasangan memang sudah seharusnya mengetahui masing - masing diri secara mendalam dan tentunya, setiap pasangan ingin tidak ada yang disembunyikan. jadi dua hal ini memang cukup bertentangan karena membenturkan ranah privat dan ranah kepercayaan pasangan dari segi sosio-psikologis. Maka saya merasa jika urusan menjawab aib sendiri jika ditanya oleh pasangan sebelum menikah, adalah preferensi masing - masing orang.

Saya setuju dengan pendapat dari @gadis_karwita mengenai ketidaksempurnaan tiap manusia yang pasti memiliki ’ borok ’ di dalam dirinya di samping dari penampilan sehari - harinya yang mereka tonjolkan kepada dunia luar dan memang dalam moralnya, menutup aib diri sendiri dan orang lain itu adalah perbuatan yang benar. Lalu dalam konteks menjalin kepercayaan sebelum pernikahan, setiap orang boleh jujur terhadap pasangan mereka mengenai sisi gelap yang mereka miliki kepada pasangan mereka. Jangan sampai memang, pasangan kita mengetahui yang sebenarnya setelah beberapa lama menikah sehingga membuat jalinan pernikahan dapat luntur dan bahkan berakhir cerai. Ketika kita ditanya mengenai aib pastikan ketika kita memang siap lahir dan batin untuk mengutarakannya secara baik - baik kepada pasangan kita dan jika memang kita belum siap kita bisa juga meminta waktu untuk mempersiapkan mental kita untuk ’ mengakui borok ’ yang kita miliki.

Memang yang begitu ditakutkan disini adalah reaksi dari pasangan kita dan apapun itu ketika membicarakan aib dengan sebaiknya pertimbangkanlah baik - baik tiap ucapan dan kemungkinan yang akan terima. tidak semua orang dapat begitu saja legowo dalam menerima aib kita apalagi dalam jenjang pernikahan dan yeah bisa saja seperti yang dikatakan oleh @Sabilnur jika keterbukaan menjadi sebuah bumerang karena bisa bisa saja hal itu diungkit - ungkit lagi sehingga menimbulkan masalah yang begitu besar. Aib adalah sebuah masa lalu, dan menjadi pelajaran bagi setiap orang yang memilikinya untuk merubah apa yang salah dairi kehidupan mereka di masa lampau. Pernikahan juga mengajarkan manusia untuk menerima satu sama lainnya baik suka maupun duka, jadi walaupun kedua pasangan memiliki aib masing - masing, ada baiknya saling menerima saja dan melangkah maju untuk membina kehidupan yang baru tetapi dengan saling menjaga borok masing - masing.

3 Likes

Menurut saya, itu tidak wajib, sejauh ini, saya bertindak ‘jika tidak ditanya dan tidak diminta cerita’ maka saya lebih baik diam (untuk membicarakan hal-hal negatif dengan pasangan). Akan tetapi, sebenarnya kembali pada tiap-tiap pasangannya tersebut, kita harus memahami terlebih dahulu seperti apa sifat calon paasangan kita, apakah ia termasuk kedalam calon pasangan yang mampu berfikiran secara dewasa atau tidak. Karena, Jika tidak, sepertinya menceritakan aib justru malah membuat kita akan mendapatkan nilai buruk atau negatif di mata pasangan, yang bukan tidak mungkin akan berakibat pada rusaknya hubungan kita, karena dia tidak menyikapinya dengan dewasa. Jika sampai hal itu terjadi, itu artinya kamu telah sia-sia menceritakan keburukanmu pada orang lain, yang ternyata tidak akan menjaadi ‘siapa-siapa’ dalam hidupmu.

Berbeda cerita jika calon pasanganmu memang memiliki sifat dan sikap yang dewasa dalam menghadapi dan menyikapi sesuatu, maka jika ia bertanya, silahkan dijawab dengan yakin dan sadar bahwa itu adalah sebuah kesalahan, yang kamu tidak lagi berniat untuk mengulainya. Selain itu, mintalah juga ia untuk bercerita hal yang sama, dimana dalam hal ini, menurut saya kita harus benar-benar paham situasi, kondisi dan sifat calon pasangan kita terlebih dahulu. Dengan melakukan hal tersebut kita berarti sudah mencoba untuk percaya dan terbuka satu sama lain. Meski sebenarnya kalau dia memang benar-benar serius mencintai dan menyayangi kamu, maka dia akan memafkanmu dan justru membantumu untuk bisa menjadi lebih baik lagi kedepannya.

Pada intinya, sebelum kita akan berbicara sesuatu, pahami dengan baik dampak dari pembicaraan yang akan kita lakukan, usahakan untuk menghindari hal-hal atau pembicaraan-pembicaraan dengan topik yang dapat menimbulkan kesalahfahaman atau menimbulkan suatu masalah.

yang namanya aib menurut saya tidak perlu diingat-ingat, apalagi untuk diceritakan. menurut saya itu tidak akan ada manfaatnya, bahkan sekalipun anda menceritakan kepada calon anda sekalipun. itu hanya membuat pasangan anda nantinya merasa kecewa, jika pasangan anda tidak bisa menerima tentang berita aib itu. lebih baik dilupakan saja menurut saya.

Sifat keterbukaan atau kejujuran memang menjadi hal dasar yang penting bagi suatu hubungan. Namun, nyatanya tidak semua orang mampu dan mau untuk menceritakan berbagai hal yang terjadi, terlebih jika hal tersebut merupakan sesuatu yang buruk dan menjadi aib bagi diri mereka. Hal ini karena sebagian besar orang beranggapan bahwa hal buruk atau aib yang terjadi di masa lalu sebaiknya tidak diceritakan sebab tidaklah baik mengumbar aib sendiri dihahadapan orang lain khususnya pasangan mereka. Disamping itu, tidak semua orang mampu untuk menerima kenyataan yang ada di masa lalu pasangannya sehingga ada kemungkinan besar mereka akan pergi meninggalkannya.

Berdasarkan pertanyaan pada deskripsi di atas, menurutku tidak wajib untuk menceritakan aib masa lalu kepada pasangan. Namun, jika tidak diungkapkan rasanya akan menjadi suatu beban tersendiri bagi dirinya sendiri, karena merasa telah berbohong dan menyembunyikan sesuatu terhadap pasangannya. Tetapi jika kita berkenan untuk menceritakannya, menurutku boleh saja karena disamping kita bersikap terbuka, nantinya pun kita akan tahu apakah pasangan kita benar-benar mau menerima kekurangan yang kita miliki atau tidak. Kemudian, menurutku sah-sah saja jika kita menanyakan aib masa lalu pasangan kita jika hal tersebut dirasa penting. Namun perlu ditegaskan, jika kita berani untuk menanyakan hal tersebut maka kita harus siap dengan segala jawaban yang diberikan.

Perlu ditegaskan pula bahwa seseorang yang memiliki aib belum tentu lebih buruk dibandingkan dengan orang lain yang lebih baik. Sebab hal tersebut menjadikan mereka sebagai suatu pembelajaran untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik di kemudian hari.

untuk saya hal ini sepertinya wajib karena kita pasti ingin tau seluk beluk pasangan kita, masa kecilnya bagaimana, dulu punya aib apa, dulu punya prestasi apa. Dan kita sebagai pasangan pasti harus bisa menerimanya kekurangan dan kelebihannya, karena kita memang pasangannya.

Selain itu juga kita akan tau kekurangan dari pasangan kita, jika dikemudian hari ia melakukan hal yang tidak seperti biasanya kita tidak kaget melihatnya karena sudah tau masa lalunya.

Menurutku, tidak wajib. Aib disini banyak sekali macamnya. Bahkan seharusnya aib itu dijaga kerahasiaanya dan ditutupi jangan sampai pasangan tau. Kita tidak perlu membuka rahasia masa lalu yang dapat mengeruhkan hubungan yang dijalani dan hal yang terpenting adalah menyesalinya, bertekad tidak mengulanginya, dan memohon agar Tuhan mengampuni dan menjaga rahasia itu.

Menurut aku gaada salahnya untuk saling mengetahui satu sama lain. Aku sendiri jika sudah ingin melanjutkan ke jenjang pernikahan, aku mau mengetahui seluk beluk calon pasanganku jika ia berkenan untuk menceritakan semuanya kepada aku. Menurutku juga dari aib yang diceritakan kita dapat lebih mengenal calon pasangan kita. Tapi ya benar dengan statement yang telah diberikan oleh teman-teman di atas, jika kita ingin mengetahui seluk beluk seseorang, kita harus mau menerima apapun resikonya, ntah sedikit kecewa ataupun bagaimana. Jika memang sudah benar-benar cinta, berarti kita sudah siap untuk mau menerima kelebihan dan kekurangannya. Menurut aku aib masa lalu bukan lagi menjadi penghalang seseorang untuk lanjut ke jenjang selanjutnya, apalagi jika calon pasangan kita sudah berubah menjadi individu yang lebih baik setiap harinya.

Menurutku ngga ada salahnya kalo menceritakan aib pada pasangan. Tidak wajib tapi menurutku perlu karena pasti kita ingin memahami dan mengetahui seluk beluk calon pasangan kita, tentunya juga harus terima konsekuensi yang akan diterima meskipun itu akan kecewa atau malah jadi cerita nostalgia yang seru untuk dibicarakan. Bukankah sebagai pasangan yang saling mencintai harus bisa menerima kelebihan dan kekurangannya masing-masing? Jadi menurutku menceritakan aib itu perlu tapi tidak wajib. Tetapi menurutku juga tetap harus menjaga kerahasiaan masing-masing

Menurut saya pribadi, sebaiknya tidak perlu. Selama ini Allah selalu menutup rapat aib kita entah dari siapapun itu. Namun apabila kita menceritakan aib kita kepada pasangan kita bukankah hal tersebut sama saja membuka aib kita sendiri? Ketika saya mendengar beberapa pengajian pun menurut para ulama tidak perlu untuk menceritakan aib kita kepada suami kita kelak.

Menurut saya masalah yang lalu biarlah berlalu, ketika kita berniat menikahi seseorang bukankah kita juga sudah memikirkan segala sesuatunya juga termasuk dapat menerima segala kekurangan dan apa pun masa lalu dan aib yang pernah dilakukan oleh pasangan kita pada waktu yang terdahulu? Bagian terpenting menurut saya adalah bagaimanapun masa lalunya, yang kita lihat sekarang adalah diri dan kepribadian pasangan kita sekarang, bukan yang ada di masa lalu. Jika kita hidup terus-menerus melihat ke belakang tanpa memikirkan masa sekarang dan masa depan, kita tidak akan habis untuk berpikir dan akan terus menemukan celah yang dapat merusak hubungan yang sudah terbentuk dari kedua pasangan.
Jadi saling percaya, menerima, dan saling melengkapi adalah jalan yang seharusnya diambil. cmiw…

Memang benar setiap pasangan pasti ingin mengetahui seluk beluk (calon) pendamping hidupnya, tetapi untuk pernyataan milik mas @Yusuf_Habib_Alfatha ini aku kurang setuju, karena setiap orang harus tetap memasang atau memiliki boundaries. Terlebih soal aib, aib ini kan keburukan ya, ranahnya sudah masuk privacy sebenarnya. Jadi ketika ada orang bertanya, dan kita tidak mau menjawab, itu ngga papa, ngga masalah. Pun yang bertanya tidak berhak untuk memaksa ‘kepo’ soal aib masa lalu pasangannya, selama aib tersebut tidak menghalangi kehidmatan bahtera rumah tangga. Misalnya jika di masa lalu pernah melakukan operasi pengangkatan rahim, ini bukan termasuk aib, jadi memang harus terbuka karena menyangkut dengan anak. Lain halnya jika maaf, pernah berzina, nah itu harus ditutup rapat, Allah sudah menutupi aib kita tersebut, masa malah kita sendiri yang membukanya. Demikian sebagaimana dikemukakan Muhammad bin Yusuf bin Abi al-Qasim, Rasulullah pernah bersabda bahwa barangsiapa yang melakukan sesuatu dari yang semisal perbuatan yang keji maka hendaknya ia menutupinya. Hadits ini terdapat petunjuk yang menunjukkan bahwa ketika seorang muslim melakukan perbuatan yang keji wajib baginya menutupinya, dan begitu dia menutupi aib orang lain

Wah pertanyaan yang sangat menarik, nih. Tiap masing-masing pribadi tentu punya pandangan yang berbeda, ada yang terbuka dan bisa menceritakan masa lalu nya, ada juga yang memendam dan terkesan tidak ingin menceritakannya. Tentu ada alasan masing-masing di balik tindakan tersebut. Atau mungkin bisa begini, menurutku, lebih baik kita menunggu waktu yang pas untuk mereka bercerita, dan jangan terlalu memaksa. Toh, itu masa lalu mereka, kita tidak tahu apakah ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, atau bagaimana. Yang jelas, baik mereka senantiasa bersedia menceritakan atau tidak, kita tetap harus memahami kondisi dan perasaan mereka.