Tutup Mata Tutup Telinga

Stasiun Bekasi, 3 Desember 2019 pukul 07.35 WIB

Menghelakan nafas berat, menatap keadaan sekitar dengan rasa jenuh. Belum genap satu jam sang surya terbit, keadaan penuh sesak sudah harus dirasakan. Tak seperti biasanya, tempat yang biasanya ramai, sekarang bertambah ramai. Terjadi keterlambatan jadwal pemberangkatan kereta. Begitu pula kereta yang biasa membawaku ke kampus. Ini membuatku bertambah pusing. Sudah semalam aku begadang mengerjakan tugas yang menumpuk, sekarang harus tertahan disalah satu stasiun besar jabodetabek.

Ku tarik sedikit masker agar pas menutupi sebagian wajahku. Suasana memang terasa sesak, hanya saja aku sudah terbiasa dan lebih nyaman menggunakan masker di tempat umum. Selain untuk menangkal debu yang masuk, ini juga dapat menutupi wajah ketidaksukaanku berada di sini. Setidaknya musik kesukaanku menemani melalui earphone yang terpasang di telinga. Suara riuh orang mengeluh masih bisa terdengar jelas, volume musikku tak kupasang penuh. Bagaimana pun aku harus tetap mendengar jika ada pemberitahuan disini.

Tak lama pemberitahuan kedatangan kereta pun tiba, semua orang berbondong bondong menuju peron keberangkatan, tak terkecuali aku. Kupeluk dengan erat totebag yang telah bergelantung di tangan kiriku dan map merah berisi tugas ditangan kananku. Bergerak penuh perjuangan. Menyelip diantara kerumunan orang yang sama terburunya denganku.

Pintu kereta terbuka tepat berada di depan mata. Bagaikan sebuah sulap, gerbong yang awalnya kosong, dalam hitungan detik sudah penuh terisi. Hari ini aku menang, aku mendapatkan tempat duduk. Aku pikir, aku hampir saja kehilangan kepalaku saat berjuang mendapatkan kursi ini. Tepat di samping kiriku adalah pemuda semuran denganku sedang mencari posisi ternyaman untuk larut ke dalam mimpi. Kegiatan yang sama pun dilakukan oleh perempuan kantoran yang duduk di samping kananku. Sementara orang – orang yang berada didepanku sedang menahan dirinya dari dorongan orang yang berusaha masuk tanpa memperdulikan keadaan gerbong yang telah penuh.

Aku memejamkan mata, mendengarkan musik favorit yang mengalun, melupakan apa yang baru saja terlihat didepan mata dan mengistirahatkan badan yang masih lelah karena mengerjakan tugas semalam. Kereta berjalan lambat membawa aku dan ratusan (atau ribuan?) orang lainnya menuju stasiun berikutnya.

“Ada yang hamil!” terdengar perempuan sedang berseru tak jauh dari tempatku. Aku masih terdiam dengan keadaan mata terpejam. Tak ada pergerakan dari sisi kanan dan kiriku, mungkin aku hanya berhalusinasi. “Ada yang hamil!” sekali lagi suara itu muncul. Baiklah, sepertinya aku sedang tidak berhalusinasi, pasti ada ibu hamil yang sedang meminta tempat duduk disekitarku. Entah dimana perasaan ibu hamil itu, apakah dia tidak kasihan dengan anak dikandungannya? Mengapa dia harus naik kereta pada jam sibuk seperti ini? Itu hal yang bodoh. Tak ada pergerakan dari sampingku, begitu pula denganku. Ini baru stasiun ketiga, tujuanku masih enam stasiun lagi. Haruskah aku memberikan tempatku? Bahkan lelaki disampingku saja tidak bergerak sama sekali.

Suara ibu hamil itu tak terdengar lagi. Aku tak tahu dimana dia sekarang, aku masih terpejam dengan earphone di telinga dan masker yang menutupi wajahku. Mungkin saja dia sudah mendapatkan tempat duduk yang nyaman. Aku berharap dia dan anak dikandungannya baik baik saja dan memaafkan orang - orang egois yang berada disekitarnya.

Kereta tetap berjalan sebagaimana mestinya. Terkadang gerbong ini terasa lebih pengap, terkadang pula lebih lega. Orang bergantian masuk dan keluar sesuai dengan tujuan masing – masing. Samar aku mendengar pengumuman bahwa kereta ini akan segera sampai distasiun tujuanku. Aku membuka mata, mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan. Hal pertama yang aku lihat adalah wanita tua yang berdiri didepanku, mungkin usianya sepantar dengan nenekku. Nenek itu terlihat lelah, wajahnya seakan ingin menangis. Aku melihat sekilas ke sekitarku, di sebelah kiriku masih nampak lelaki yang bersamaku sejak awal, dia masih tertidur pulas. Sementara di sebelah kananku sudah berganti orang, kini nampak perempuan yang kira – kira lebih tua dariku lima tahun, dia sedang fokus menonton drama korea diponselnya.

Aku bangkit dan memberi nenek itu tempatku. Dia tersenyum senang. Aku tak habis pikir, kemana anak dan cucunya? Bisa – bisanya mereka membiarkan nenek itu disini sekarang.

Tak membuang waktu lama, aku segera menuju pintu kereta. Melupakan segala keegoisanku. Aku sudah sampai ke tempat tujuanku, semoga tidak ada penyesalan hari esok.

1 Like