Tips Merawat Kecantikan Kulit di Usia 30-an

Tantangan memasuki usia 30 adalah proses kerja tubuh yang mulai melambat, mulai dari metabolisme tubuh hingga regenerasi kulit. Maka dari itu, diperlukan perawatan ekstra untuk mempertahankan rona cantik diri Anda.

1 Like
  • Dapatkan paparan sinar matahari pagi
    Bisa dengan mencoba berolahraga ringan di bawah sinar matahari pagi, guna membantu penyerapan kalsium dan vitamin D. Misalnya dengan berlari agar peredaran darah ke seluruh kulit menjadi lancar.

  • Seruput minuman langsung dari gelasnya
    Menurut Rodan, saat menyedot minuman, bibir jadi terhisap dan garis bibir bisa berkerut, sehingga menimbulkan garis halus yang lambat laun akan mengeras dan menyatu pada kulit wajah. Jadi, hentikan kebiasaan minum menggunakan sedotan, jika tidak mau memiliki kerutan di sekitar bibir dan pipi.

  • Balut kulit dengan plastik setelah mengaplikasikan pelembab
    Biarkan begitu selama satu jam, lakukan trik ini di kala kulit terasa sangat kering atau cuaca sedang terik. Tujuannya, supaya bahan pelembab dapat meresap lebih baik ke dalam kulit.

Sumber : Merawat Kecantikan Kulit Perempuan di Usia 30-an.

Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Bianti (2016) kekeringan pada kulit bisa terjadi karena penuaan. Kulit berperan sebagai sawar antara lingkungan internal dan eksternal. Fungsi lain kulit antara lain menjaga homeostasis, menjaga keseimbangan air, elektrolit, dan protein, pengaturan panas tubuh, persepsi sensori, serta perlindungan imunologi (Farage, dkk 2007). Kulit manusia adalah indikator penuaan yang paling mudah diamati. Farage, dkk (2007) menjelaskan bahwa pada kulit usia lanjut terjadi penipisan epidermis, penurunan suplai darah, cairan, dan nutrisi ke kulit, lambatnya penyembuhan luka dan respons imun, terganggunya termoregulasi dan berkurangnya jumlah kelenjar minyak dan keringat. Di tingkat seluler, terjadi penurunan produksi lipid dan natural moisturizing factor di stratum korneum.

Selain perubahan tersebut, pada usia lanjut sering terdapat penyakit penyakit komorbid yang mempengaruhi fungsi kulit. Farage, dkk (2007)

Kulit kering merupakan keadaan stratum korneum yang kurang lembab akibat penurunan kandungan air. Kulit tampak kasar, pecah-pecah, bersisik, dan gatal. Penyebab kulit kering tidak dipahami dengan paripurna, sedangkan perubahan fisiologis kulit dan pengaruh lingkungan diyakini menyebabkan kulit kering pada usia lanjut. Perubahan penting di epidermis terjadi pada lapisan paling superfisial, yaitu stratum korneum.

Stratum korneum terdiri atas korneosit dan substansi interseluler yang tersusun seperti “batu bata dan semen”. Bianti (2016)

Lipid interseluler yang berperan pada pembentukan intercellular lamellar bilayer antara lain sfingolipid, sterol bebas, dan fosfolipid. Lipid ini penting untuk memerangkap air dan mencegah kehilangan air berlebih. Pada usia lanjut, lipid interseluler berkurang, mengakibatkan fungsi sawar terganggu sehingga meningkatkan kerentanan usia lanjut terhadap bahan-bahan seperti pelarut dan deterjen. Perubahan lain pada stratum korneum antara lain bertambahnya ukuran dan akumulasi korneosit, berkurangnya kadar natural moisturizing factor (NMF) yang cukup signifikan, serta terganggunya proses deskuamasi akibat melambatnya turnover sel. NMF terbentuk dari asam amino, turunan asam amino, dan berbagai garam yang memungkinkan stratum korneum mengikat dan mempertahankan kadar air yang cukup. Pada deskuamasi terjadi korneo desmolisis, yaitu lepas atau rusaknya corneodesmosome; proses ini memerlukan air bebas, sedangkan lipid interseluler berfungsi menahan air. Bila hidrasi kulit dan lipid interseluler tidak cukup, proses deskuamasi akan terhambat karena komponen yang berperan pada proses deskuamasi adalah corneodesmosome dan lipid, sehingga akan menyebabkan kulit kering.


Sumber: sains.kompas.com

Di lapisan kulit dermis pada usia lanjut, baik jumlah maupun kemampuan fibroblas untuk menghasilkan kolagen berkurang. Dermis menipis 20% dan kulit kehilangan kemampuannya untuk meregang. Ukuran dan produksi kelenjar keringat dan kelenjar minyak menurun, jumlah pembuluh darah juga berkurang, sehingga perpindahan air dari dermis ke epidermis pun berkurang. Faktor internal lain adalah penyakit komorbid seperti diabetes melitus, gagal ginjal kronik, penyakit hati kronik, hipotiroidisme, keganasan, dan infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Riwayat konsumsi obat juga perlu diperhatikan; obat-obatan seperti agen antihipertensi, diuretik, obat hiperkolesterol, antiandrogen, antiepilepsi, bleomisin, dan simetidin dapat berkontribusi pada kulit kering.

Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup Pemicu Kerusakan Kulit


Faktor lingkungan dan gaya hidup juga mempengaruhi kerusakan kulit; antara lain paparan sinar matahari, penggunaan air conditioner, perubahan musim, kebiasaan mandi atau berendam air hangat, penggunaan sabun yang iritatif, dan asupan makanan dan minuman yang kurang. Kulit kering dapat menimbulkan hendaya. Kulit kering cenderung mudah meradang, pecah-pecah (fisura), dan dermatitis. Lebih lanjut, rasa gatal membuat penderitanya menggaruk. Akibat garukan, terjadi kerusakan kulit yang lebih berat berupa erosi, ekskoriasi, serta inflamasi yang berpotensi mencetuskan infeksi bakteri sekunder. Rasa gatal juga menurunkan kualitas hidup karena mengganggu tidur dan dapat menimbulkan depresi.

Referensi
  1. Bianti, Marsha. 2016. Kulit Kering pada Usia Lanjut. CONTINUING MEDICAL EDUCATION CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016
  2. Farage MA, Miller KW, Elsner P, Maibach HI. Structural characteristics of the aging skin: A review. Cutan Ocul Toxicol. 2007; 26: 343-57