Pada Ambang Puisi
Ketika kau pulang selepas petang
Kita dan kata tiada lagi berpandang.
Semua setapak ikut hilang
Sepi yang akut melintang.
Mekar senyummu telah pudar,
Bagai setangkai doa yang raib
Dari tangan para rahib.
Usai kurangkai puisi ini,
Selembar senja yang lengang
Tanpa peluk sepasang lenganmu:
Akankah kembang matamu kembali
Berpendar pada ambang puisi ini?
Maumere, Maret 2020
Setiap Senja di Kotamu
Selalu ada rindu yang menetes
Kala hujan menetas pada matamu.
Selalu ada kobaran yang kaupadam
Dentuman dendam yang kauredam.
Selalu ada doa yang kaurangkai
Setangkai sajak berkelopak cahaya.
Selalu ada hangat secangkir kopi
Aromanya bersiasat mengusir sepi.
Menanti kecupan dingin bibir penyair.
Maumere, April 2020
Sepasang Bait Rindu
Rindu melesatkan puisiku ke langit kotamu;
Sayapnya emas berkilau, lebar terentang
Hendak menghalau kelam gulita derita.
Rindu menaburkan puisiku di taman hatimu;
Benihnya yang selalu disirami doamu
Kelak mekarkan mahkota bernama cinta.
Maumere,10 Mei 2020