Telaah analisis wacana berdasar teks, koteks dan konteks

Analisis wacana merupakan kegiatan dalam ilmu linguistic yang mempelajari telaah pada
suatu wacana. Wacana sendiri berada pada suatu objek yang dapat berada pada buku, pamphlet ataupun pada wacana yang ditulis dan bisa dilihat objek tulisnya tanpa harus mentranskrip dialog (book oriented). Berdasar hal tersebut telaah analisis wacana teks merupakan telaah yang hanya berdasar pada satu topik tanpa melihat factor situasional diluar itu, sebagai contoh judul pada artikel ini: “TELAAH ANALISIS WACANA BERDASARKAN TEKS, KOTEKS, DAN KONTEKS”, yang dapat langsung dipahami bahwa wacana tersebut merupakan judul artikel yang menjelaskan tentang analisis wacana berdasarkan pada tiga factor.
Berbeda halnya jika objek kajian tersebut didasari pada factor yang dipengaruhi dengan factor implisit dan eksplisit yang berada pada kontekstual, maka analisis wacana yang berdasar pada factor tersebut harus mempertimbangkan factor lain dan tidak dengan normatifitas dan symbol-simbol tertulis saja. Pada analisis wacana berdasar pada kontekstual, penelaah harus dapat memahami suatu dialog berdasar pada situasional tertentu, seperti situasional pendidikan, sosial, bisnis ataupun situasional keadaan pada lawan tutur. Hal tersebut bisa dilihat pada percakapan di bawah ini :

Amin: Halo, Rizky! Gimana hari sekolahnya?
Rizky: Hai, Amin! Lumayanlah, capek sih. Kamu sendiri?
Amin: Sama, nih. Eh, Rizky, besok ada tugas matematika, loh.
Rizky: Serius? Aku lupa banget! Kamu udah siapin?
Amin: Udah, nih. Nanti aku bantu, ya.
Rizky: “Oiya ngomong-ngomong kamu kayanya kurang informasi soal OSIS ya?”

Kata yang ditebalkan merupakan kata yang merujuk pada situasional yang bersifat implisit
dan eskplisit, dimana jika ditelaah dengan analisis wacana secara implisti kata “Lumayanlah,
capek sih” mengartikan bahwa selama di sekolah Rizky memiliki banyak kegiatan ataupun di
sekolah dapat diartikan bahwa selama sekolah mereka berdua benar benar merasa kelelahan. Kajian eksplisit dapat lebih memperinci sepenggal dialog tersebut jika dialog tersebut memiliki keterangan yang cukup seperti kegiatan sekolah, jadwal belajar, kondisi sekolah dan lain. sebagainya. Sedangkan koteks merupakan penghubung yang mengubungkan unsur keterkaitan dengan kesejajaran pada teks dan berada di depan mengikuti unsur wacana, pada dialog tersebut berada pada kata “Oiya ngomong-ngomong”. Secara garis besar, pemahaman analisis wacana tidak terlepas dari tiga factor. Karena analisis wacana merupakan analisis yang memerlukan objek, dan objek tersebut terbagi menjadi tiga yaitu teks, koteks, dan konteks. Sehingga penelaah dapat secara lugas memaparkan maksud dari suatu wacana yang bisa dilihat dari unsur maksud, factor yang mempengaruhi, dan juga factor implisit yang tertuang pada suatu dialog maupun pada buku yang memuat banya keterangan.