Synchronous Learning dan Asynchronous Learning, Model pembelajaran jarak jauh mana yang lebih efektif digunakan?

Hadirnya Covid-19 menyebabkan seluruh kegiatan dilaksanakan secara terbatas dan diutamakan untuk berkegiatan secara jarak jauh, mengingat kasus Covid-19 masih berlanjut hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Salah satunya adalah dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini menyebabkan tenaga pengajar pendidikan harus berinovasi dalam menyelenggarakan kegiatan ajar-mengajar.

Metode pembelajaran Synchronous Learning dan Asynchronous Learning merupakan metode yang biasa digunakan saat ini. Bedanya, pada Synchronous Learning pembelajaran dilakukan secara terjadwal dan dilaksanakan langsung bersama dengan pengajar. Sedangkan, pada Asynchronous Learning waktunya tidak ditentukan namun konten pembelajaran sudah disediakan secara online sehingga peserta pendidikan bisa menentukan waktu belajarnya sendiri.

Menurut Youdics, model pembelajaran jauh mana yang lebih efektif yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran? Apakah Synchronous Learning? atau Asynchronous Learning? Silahkan tulis pendapatmu di komentar ya!

1 Like

Jiak melihat dari segi efektivitasnya, tentu saja synchronous learning jauh lebih efektif karena sudah terjadwal dan dipandu oleh pengajar. Kapanpun peserta didik merasa kesulitan memahami materi, mereka dapat langsung bertanya dan mendapatkan penjelasan yang sejelas-jelasnya. Tidak hanya itu, jadwal yang mengikat juga membuat peserta didik, mau tidak mau, harus memposisikan dirinya dalam suasana kelas/belajar meskipun di rumah. Ia tidak bisa bersantai-santai dan mengundur waktu belajarnya, hal ini tentu akan membuat peserta didik jauh lebih disiplin dalam belajar meskipun dilakukan secara daring.
Namun, kita juga perlu memperhatikan hal-hal lain seperti koneksi internet, jaringan, dan keadaan gawai peserta didik. Tak jarang peserta didik mengalami kendala jaringan sehingga penjelasan yang disampaikan oleh pengajar menjadi putus-putus. Kalau sudah begitu, tentu saja ia akan merasa kesulitan untuk memahami materi. Sudah rugi kuota, rugi waktu pula karena berjam-jam menghadiri kelas tapi hasilnya nihil akibat koneksi yang putus-putus. Dalam kasus ini, saya rasa asynchronous learning jauh lebih efektif. Peserta didik dapat mempelajari materi secara mandiri, jika terdapat materi yang sulit dipahami barulah ia bertanya kepada pengajar. Namun, kekurangannya tentu saja pengajar tidak dapat mengontrol sepenuhnya aktivitas belajar mandiri yang dilakukan oleh peserta didik dan peserta didik bisa saja lalai dari tanggung jawabnya.
Jadi, baik synchronous maupun asynchronous learning keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Keduanya dapat dikombinasikan sesuai kebutuhan kelas. Efektif atau tidaknya pun tergantung bagaimana cara pengajar memaksimalkan keduanya.

1 Like

Menurut aku pribadi sih, pembelajaran dengan metode sinkron lebih efektif bila dibandingkan asinkron. Karena dari aku sendiri merasa bahwa jika belajar dengan sinkron, aku lebih termotivasi atau terdorong untuk belajar, lebih fokus, lebih profuktif, lebih terjadwal dan terstruktur, dapat berdiskusi atau tanya jawab secara langsung dengan pengajar, dapat juga membuat pribadi lebih menyadari keberadaannya sehingga aku merasa terlibat secara sepenuhnya dalam pembelajaran tersebut. Berbeda halnya jika asinkron, terkadang jika merasa kesulitan mengenai materi yang belum dimengerti, aku merasa jadi sungkan atau malas untuk bertanya, sehingga hal tersebut juga dapat membuat aku kurang termotivasi untuk belajar, selain itu juga karena waktunya yang lebih “fleksibel”, hal tersebut dapat membuat aku jadi suka menunda-nunda pekerjaan, dan lain sebagainya.

1 Like

Saya rasa masing-masing model atau metode memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan dari model synchronus adalah :

  • Siswa dapat mengajukan pertanyaan langsung bisa dijawab oleh tutor, atau fasilitator

  • Keaktifan dalam sebuah pembelajaran akan terlihat seperti dalam ruangan tatap muka langsung.

  • Di dalam kelas, siswa dan tutor dapat berkomunikasi lebih baik, dan kecanggungan dari siswa didalam kelas biasa tidak akan terlihat.

Selain kelebihan yang dimiliki, model synchronus juga memiliki kekurangan yaitu :

  • Harus menggunakan kecepatan akses internet yang tinggi atau kuat

  • Bersifat realtime sehingga mengakibatkan peserta tidak dapat melakukan akses dilain waktu, kecuali dijadwalkan

  • Tidak memberikan waktu yang lama untuk peserta untuk berpikir lama.

Model asynchronus juga memiliki beberapa kelebihan yaitu :

  • Kualitas dialog sangat tinggi dapat dicapai menggunakan struktur diskusi dan memberikan waktu lebih lama untuk para peserta untuk memikirkan apa yang akan diposting.

  • Siswa yang mengikuti pembelajaran dapat memilih waktu kapan saja dimana waktu itu merupakan waktu yang tepat.

  • Komitmen ruang tidak relevan dan siswa dapat dengan bebas belaar kapanpun mereka memiliki waktu.

Selain kelebihan yang dimiliki, tentunya model asynchronus juga memiliki beberapa kelemahan yaitu:

  • Adanya komunikasi yang kurang dalam bahasa atau tulisan yang tidak begitu saja diterima oleh pembaca

  • Membutuhkan koneksi internet

Saya rasa penggunaan model synchronus dan asynchronus bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing dan bisa mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing model pembelajaran jarak jauh.

Sumber:
Narayana, I. W. G. (2016). Analisis terhadap hasil penggunaan metode pembelajaran synchronous dan asynchronous. Semnasteknomedia Online , 4 (1), 1-4.(https://ojs.amikom.ac.id/index.php/semnasteknomedia/article/viewFile/1255/1189)

1 Like

Efektif atau tidaknya metode pembelajaran menurutku ini tergantung dari tingkat Pendidikan yang ditempuh oleh seseorang. Contohnya seperti anak usia dini yang masih menempuh Pendidikan TK mungkin tidak efektif jika metode pembelajarannya dilakukan secara asinkron, melihat kemampuan yang dimiliki masih belum cukup memadai untuk dapat mengakses materi pembelajaran yang dibutuhkannya. Berbeda halnya dengan seorang mahasiswa yang sudah mampu untuk mencari dan mengakses berbagai informasi yang dibutuhkannya sebagai bahan pembelajarannya mungkin dapat efektif jika melakukan metode pembelajaran secara asinkron ataupun sinkron. Namun tentunya keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan. Terlebih, menurut Kurniasari, et al., (2020), ketercapaian tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa hal seperti proses pembelajaran, media, dan bahan ajar yang digunakan.

Proses pembelajaran merupakan proses yang diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agar dapat mencapai hasil yang diharapkan (Nana Sudjana, 2010 dalam Kurniasari, et al, 2020). Selain itu, media juga memiliki peranan penting agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menuruk Hamalik (2011) dalam Kurniasari, et al, (2020), media pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan dapat memberikan pengaruh psikologis siswa. Tidak hanya itu, menurut Mulyasa (2006) dalam Kurniasari, et al, 2020), bahan ajar diartikan sebagai sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang bersifat khusus maupun umum yang dapat bermanfaat untuk kepentingan pembelajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang efektif dapat disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan dan tujuan dari pelaksanaan pembelajaran tersebut.

Sumber

Kurniasari, Asrilia. Pribowo, Fitroh Setyo Putro. Putra, Deni Adi. 2020. Analisis Efektivitas Pelaksanaan Belajar Dari Rumah (Bdr) Selama Pandemi Covid-19. 6(3)

1 Like

Menurut saya, model pembelajaran synchronus atau asynchronus ini mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Model pembelajaran ini juga menyesuaikan dengan kebutuhan. Salah satu contoh yaitu untuk peserta didik di tingkat dasar/usia dini dalam mengikuti proses pembelajaran apabila menggunakan model pembelajaran secara asynchronus ini belum bisa secara efektif. Karena anak usia dini belum mampu untuk mengakses materi pembelajaran yang diperlukan. Sedangkan untuk peserta didik ditingkat sekolah menengah ke atas ini mampu menggunakan model pembelajaran secara asynchronus maupun synchronus, karena peserta didik di tingkat menengah keatas dapat menggunakan model pembelajaran tersebut dan mampu untuk mengakses informasi yang dibutuhkan untuk proses Pembalajaran

Setelah mencoba untuk menjalani kedua jenis model pembelajaran selama pandemi, saya percaya bahwa masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan yang bisa saling melengkapi. Jika berbicara tentang efektif atau tidaknya sebagai model pembelajaran, maka saya akan mengatakan gabungan antara keduanya menghasilkan pemahaman dan hasil yang lebih baik dibandingkan hanya mengunggulkan salah satu model pembelajaran.

Pembagian jadwal kelas untuk Synchronous Learning dan Asynchronous Learning dapat disesuaikan dengan jumlah pertemuan yang akan diadakan dalam satu semester lalu dibagi dua secara rata. Bisa juga dengan membagi per-materi, penerapan Asynchronous Learning dapat memicu seseorang untuk mempelajari serta mengeksplor materi yang sudah disiapkan secara mandiri. Lalu saat penjadwalan Synchronous Learning, apabila ada bagian yang kurang dimengerti maka dapat ditanyakan.

Penggabungan model pembelajaran Synchronous Learning dan Asynchronous Learning tentunya akan lebih efektif jika peserta didik diberikan timeline pembelajaran dan target harian. Jadi, meskipun mereka belajar mandiri saat sesi Asynchronous, mereka masih bisa mengontrol bagian mana yang harus dipelajari. Selain aktif belajar secara mandiri, penggabungan Synchronous Learning dan Asynchronous Learning mampu melatih peserta didik dalam mengatur waktu mereka. Selama ada niat dan keinginan kuat untuk belajar, maka saya rasa tidak ada hal yang tidak mungkin. Kedua model pembelajaran dapat saling mendukung satu sama lain.

Menurut saya keduanya, untuk saling melengkapi metode pembelajaran yang ada dan memastikan bahwa setiap materi yang dosen/guru berikan dapat tersampaikan dengan tepat.
Saya dalam e-learning ini diberikan metode synchronous pada jam matkul dan diberikan metode asynchronous pada tugas.

Jadi akan lebih efektif jika kedua metode digunakan dalam waktu yang berbeda.

Menurut saya synchronous Learning lebih efektif karena dibimbing langsung oleh pengajarnya, sehingga jika ada sebuah pertanyaan dan diskusi bisa langsung dijawab dan diberikan dengan jelas, jika pembelajarannya secara kelompok akan lebh bagus karena semua anak didik akan memahami tentang materi yang dijelaskan atau sedang didiskusikan. Selain itu karena sudah terjadwal jadi tingakat mau belajarnya juga meningkat, karena harus memenuhi jadwal belajar yang sudah ditentukan.

Namun akan lebih baik jika peserta didik juga diberikan kemudahan dalam mengakses materi, sehingga dapat mengetahui sedikit materi yang akan dibahas nantinya atau untuk mengulang kembali pembelajaran yang sudah lewat.

Menurut pengalaman saya, metode pembelajaran sinkron lebih efektif daripada pembelajaran asinkron karena kita dapat berinteraksi langsung dengan pengajar. Materi yang dijelaskan juga lebih mudah untuk dipahami serta dapat meningkatkan motivasi belajar karena bisa berdiskusi dengan teman-teman maupun pengajar secara langsung. Namun, kelemahan pembelajaran sinkron ialah kita harus memiliki koneksi internet yangg stabil agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Berbeda dengan pembelajaran asinkron, menurut saya metode ini kurang efektif karena tidak dapat langsung menerima umpan balik saat berdiskusi, dan juga kurang kolaboratif

Saya rasa semua model pembelajaran mempunyai sisi kelebihan dan kekurangan masing-masing. Model synchronus learning memang terlihat lebih efektif karena pembelajaran dipandu langsung oleh pengajar dan memicu terjadinya interaksi yang aktif antara peserta didik dan juga pengajar. Namun, Pembelajaran daring jenis asinkronus juga mempunyai kelebihan, karena biasanya difasilitasi oleh berbagai media seperti email, YouTube, program e-learning tertentu, atau bahkan whatsapp, yang mendukung proses kegiatan belajar mengajar antara peserta didik dan pengajar. Dengan demikian kata kunci dari pembelajaran jenis asinkronus ini ada fleksibilitas. Studi lain juga menjelaskan bahwa banyak orang lebih tertarik mengambil kursus/pembelajaran jenis asynchronous learning karena mereka bisa menyesuaikan pembelajaran dengan aktivitas pekerjaan, keluarga dan kegiatan lainnya (Hrastinski, 2008).

Menurut saya pribadi, keduanya cukup efektif untuk digunakan sebagai metode pembelajaran saat ini. Seperti yang sudah banyak dijelaskan oleh jawaban teman-teman di atas kedua metode tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Demi memaksimalkan pembelajaran akan lebih baik jika dibuat sistem bergantian, selain tidak membosankan siswa maupun tenaga pendidik bisa juga beradaptasi lebih dalam dengan kedua metode pembelajaran tersebut.

Untuk orang Indonesia menurut saya Synchronous Learning jauh lebih efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sejak dulu kurikulum dan metode pendidikan di Indonesia tidak didesain untuk membuat siswa menjadi aktif. Meskipun pemerintah telah berupaya untuk mendorong siswa menjadi aktif dengan meluncurkan kurikulum 2013, namun menurut saya kurikulum 2013 belum berhasil sepenuhnya. Masih banyak tenaga pengajar yang menggunakan metode ceramah dan banyak juga siswa yang pasif. Oleh karena itu, bimbingan tenaga pengajar menurut saya masih sangat dibutuhkan saat ini. Belum banyak siswa yang dengan kemauan sendiri mau konsisten untuk belajar.