Suku Bajo, Manusia Pertama yang Beradaptasi Genetik untuk Menyelam

Pernahkah Anda menghitung berapa lama Anda bisa menahan napas di dalam air? Mungkin 10, 20, hingga ratusan detik. Kebanyakan orang hanya bisa menahan napas dalam hitungan detik. Tapi, ini tidak berlaku bagi suku Bajo yang hidupnya berpindah di perairan sekitar Filipina, Malaysia, dan Indonesia.

Suku Bajo, Mereka bisa melakukan selam bebas atau tanpa bantuan alat selama 13 menit. Bahkan, mereka bisa menyelam hingga kedalaman 70 meter. Dengan kata lain, mereka bisa menahan napas di bawah air selama 13 menit. Ini mungkin dipengaruhi kebiasaan mereka menyelam untuk menangkap ikan, gurita, hingga kepiting. Uniknya, penyelaman yang setiap hari mereka lakukan ini tanpa bantuan alat modern dan hanya berbekal tombak untuk mendapatkan buruannya.

Kebiasaan suku Bajo yang tak biasa ini mendapat perhatian dari para peneliti. Salah satunya adalah Melissa Llardo, seorang kandidat doktor di Pusat GeoGenetika, University of Copenhagen.

Untuk itu, Llardo menghabiskan beberapa bulan di Jaya Bakti, Indonesia, mengamati suku ini. Dia dibantu oleh seorang penerjemah untuk penelitiannya ini. Llardo juga membandingkan kebisaan suku Bajo dengan suku lain yang tidak punya kebiasaan menyelam, yaitu suku Saluan.

Hasilnya, ukuran rata-rata limpa suku Bajau 50 persen lebih besar daripada milik suku Saluan. Limpa merupakan salah satu organ terpenting dalam aktivitas menyelam. Itu karena limpa akan melepaskan lebih banyak oksigen ke dalam darah ketika tubuh sedang tertekan atau menahan napas dalam air.

Setelah mendapat temuan bahwa ukuran limpa yang lebih besar pada suku Bajo, Llardo tertarik pada alasan perbedaan tersebut. Untuk itu, dia mengnalisis lebih lanjut DNA suku tersebut.

Dari analisis tersebut, para peneliti menemukan gen yang disebut PDE10A pada suku Bajo. Uniknya, gen ini tidak ditemukan pada suku Saluan. “PDE10A dikenal untuk mengatur hormon tiroid yang mengontrol ukura limpa, memberikan dukungan untuk gagasan bahwa suku Bajo mungkin mengembangkan ukuran limpa yang diperlukan untuk bertahan pada penyelaman yang panjang dan sering dilakukan,” tulis para peneliti dalam laporan di jurnal Cell.

Sumber: