Suasana Hati Memengaruhi Orang Lain

Perasaan adalah suatu hal yang unik dan cukup sulit dimengerti entah itu oleh diri sendiri
maupun orang lain. Terkadang seseorang membutuhkan banyak waktu, bahkan seorang
profesional untuk membantunya memahami perasaan, emosi, dan suasana hati yang ia
rasakan. Hal ini tak lepas dari kodratnya manusia sebagai makhluk sosial, manusia
memerlukan manusia lainnya untuk bertahan hidup di beberapa kondisi. Dengan demikian,
untuk melatih kepekaan dalam memahami serta menilai perasaan atau emosi yang dirasakan, seseorang perlu melakukan interaksi dengan individu lainnya.

Namun pada kenyataannya tak jarang ketika seseorang tengah berinteraksi dengan individu lain, saat proses itu terjadi suasana hati yang sedang dirasakan oleh orang tersebut dapat memengaruhi suasana hati lawannya. Contohnya ketika seseorang hendak membagikan perasaan bahagia dan melihat lawan bicaranya tampak murung, seseorang mungkin akan lebih berempati untuk menunda membagikan rasa senangnya sehingga memilih bertanya apa yang membuat orang tersebut bersedih.

Empati merupakan salah satu sifat yang dimiliki manusia yang berkaitan dengan perasaan,
naluri serta moral. Sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. manusia memiliki dua
kewajiban yang perlu dipenuhi, kewajiban berhubungan dengan Allah seperti melakukan
ibadah dan amalan-amalan, serta kewajiban berhubungan dengan manusia seperti saling
tolong menolong sebagai makhluk sosial.

Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan untuk selalu berinteraksi dengan manusia lainnya dari latar belakang yang berbeda-beda. Hal inilah yang memicu seseorang menumbuhkan rasa empati terhadap manusia lain yang ditemuinya baik secara langsung maupun tidak langsung seperti interaksi di media sosial. Menurut Hartati. A tahun 2020, empati merupakan sebuah inti emosi moral yang dapat membantu seseorang memahami perasaan orang lain. Dengan adanya empati seseorang dapat memahami perbedaan serta menjadi orang yang rela bertindak dan peduli untuk memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan.

Pada Al-Quran surat An-Nahl ayat 78 yang intinya, sebagai makhluk yang sempurna
daripada makhluk lainnya, manusia dikaruniai dengan panca indra, akal dan perasaan.
Kemampuan manusia dalam mengontrol, memahami, menerima, menilai, serta mengelola
emosinya disebut sebagai kecerdasan emosional atau emotional quotient. Menurut essay
tentang kecerdasan emosional pada website IvyPanda, individu dengan tingkat kecerdasan
emosional yang tinggi diyakini tidak hanya pandai dalam mengendalikan diri sendiri tapi juga mampu dalam memahami dan merasakan perasaan orang lain. Walaupun demikian, individu dengan kecerdasan emosional rendah masih dapat melatih atau mengembangkan kemampuan tersebut sehingga setiap individu berpotensi memahami perasaan atau emosi individu lain yang dapat memengaruhi suasana hati sekitarnya ketika interaksi antar individu terjadi.

Menurut Melissa Hogenboom pada sebuah artikel BBC, sebuah studi tahun 2017 menyatakan bahwa ketika perasaan suatu individu sedang tidak dalam kondisi yang baik atau sedih, rasa empati terhadap individu lain akan berkurang. Singkatnya, ketika perasaan tidak senang atau tidak dalam suasana hati yang baik timbul, otak mendorong seseorang untuk lebih fokus terhadap dirinya sebagai suatu pertahanan diri. Sebaliknya, ketika suasana hati sedang dalam kondisi yang baik, sensitivitas seseorang terhadap perasaan orang lain cenderung akan meningkat.

Menurut Dr. Rizal Fadli pada artikel halodoc mengungkapkan bahwa mood atau suasana hati merupakan perasaan yang dapat menular. Dalam melakukan interaksi antar individu maupun kelompok, raut wajah, intonasi suara, energi positif maupun negatif yang menguar, serta kondisi kesehatan baik itu fisik maupun mental yang terlihat oleh orang lain dapat membuat mereka bertanya-tanya akan sesuatu yang terjadi pada lawan bicaranya. Dr. Rizal Fadli tahun 2021 juga berpendapat bahwa hal tersebut terjadi secara tidak sadar yang memicu reaksi di dalam otak sehingga secara otomatis seseorang meniru ekspresi emosi yang dikeluarkan oleh orang lain.

Fenomena ini terkadang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Tidak perlu berinteraksi
secara langsung, melalui media sosial dengan membaca atau melihat kondisi orang lain,
suasana hati dapat dengan berubah baik itu turut bahagia atas mereka maupun bersedih dikala mereka berduka. Sebagai manusia yang memiliki perasaan dan empati, manusia cenderung mudah mengalami perubahan emosi tergantung apa yang dilihat maupun yang dirasakan.

Tak jarang beberapa individu sulit merasakan emosi serta perasaan dirinya sendiri maupun
orang lain, sehingga mereka perlu melatih kemampuan itu untuk bertahan di lingkungan
sosialnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan yakni dengan mulai berinteraksi serta
membuka hati untuk menerima segala emosi yang tengah dirasakan oleh orang lain. Dengan adanya kemampuan dalam menilai emosi yang dirasakan oleh orang lain (kecerdasan emosional), seseorang dapat lebih berhati-hati dalam berpikir, bertindak, serta berbicara terhadap orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Diswantika. N., Sunaryo. K., Mamat. S. (2022). KAJIAN EMPATI BUDAYA DALAM
PERSPEKTIF FILSAFIAH DAN ILMIAH. 8(1), 57–57.

Fadli. R. (2021, September 10). Ternyata ada banyak hal-hal yang perlu diketahui tentang
mood atau suasana hati. Seperti ia bisa menular, dipe. Halodoc; halodoc.

Hartati. A., & Nurhapsari. A. (2020). HUBUNGAN ANTARA SIKAP KEMANDIRIAN
BELAJAR DENGAN EMPATI SISWA. 5(1).

Hogenboom. M. (2018, February 21). Benarkah suasana emosional membuat kita sulit
berempati pada derita orang lain? - BBC News Indonesia. BBC News Indonesia;
BBC News Indonesia.

Shihab. Q. (2020). KHILAFAH: Peran Manusia Di Bumi. Tangerang Selatan. Lentera Hati.
Google Books.

Utomo. M. A. S., & Iva. I. I. (2021). IMPLEMENTASI KEGIATAN SHADAQAH DALAM
MEMBENTUK EMPATI. Education, Learning, and Islamic Journal, 3(1), 23–37.