[ Sosial dan Budaya ] "Tolak diskriminasi dalam era pandemi Covid 19" #DictioulsUs #SpeakingUpwithDictio

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Selamat Pagi teman-teman dan kakak-kakak semua. Alhamdulilah, salam sejahtera untuk kita semua karena pada saat ini kita masih bisa hidup dan diberikan kenikmatan mendengar, melihat dan merasakan. Sungguh suatu karunia yang sangat besar dari Tuhan yang diberikan kepada kita. Untuk itu mari kita sama-sama untuk selalu senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang mulia ini.

Hari ini disini ijinkan saya memperkenalkan diri saya terlebih dahulu. Karena pepatah orang tua mengatakan tak kenal maka tak sayang. Perkenalkan nama saya Aulia Rahma. Saya alumni dari SMAN 4 Bantaeng tahun 2020.

Saat ini, Di tengah wabah Covid 19, muncul satu fenomena sosial yang berpotensi memperparah situasi, yakni stigma sosial atau asosiasi negatif terhadap seseorang atau sekelompok orang yang mengalami gejala atau menyandang penyakit tertentu. Mereka diberikan label, stereotip, didiskriminasi, diperlakukan berbeda, dan/atau mengalami pelecehan status karena terasosiasi dengan sebuah penyakit.

Sebagai penyakit baru, banyak yang belum diketahui tentang pandemi Covid 19. Terlebih manusia cenderung takut pada sesuatu yang belum diketahui dan lebih mudah menghubungkan rasa takut pada kelompok yang berbeda. Inilah yang menyebabkan munculnya stigma sosial dan diskriminasi terhadap etnis tertentu dan juga orang yang dianggap mempunyai hubungan dengan virus ini.

Perasaan bingung, cemas, dan takut yang kita rasakan dapat dipahami. Tetapi bukan berarti kita boleh berprasangka buruk pada penderita, dokter, perawat, keluarga, ataupun mereka yang tidak sakit tapi memiliki gejala yang mirip dengan Covid 19. Jika terus terpelihara dimasyarakat, stigma sosial dapat membuat orang-orang menyembunyikan sakitnya supaya tidak didiskriminasi, mencegah mereka mencari bantuan kesehatan dengan segera, dan membuat mereka tidak menjalankan perilaku hidup yang sehat.

Stigma negatif pada saat Covid 19 terjadi pada pasien, ODP, PDP serta petugas kesehatan yang menangani pasien Covid 19. Stigma negatif yang diberikan hanya akan memperparah keadaan baik secara mental maupun pada penyebaran penyakit itu sendiri. Pasien Covid 19 mengaku merasa tertekan dengan adanya stigma negatif ini akibat foto-fotonya disebarkan oleh pihak tertentu. Petugas medis yang menangani pasien Covid 19 juga mengalami berbagai tindakan masyarakat yang kurang baik misalnya diusir dari kontrakan, kos, dll. Beberapa OPD, PDP juga mengalami tekanan psikologis dari lingkungan sekitar. Hal ini terjadi karena masyarakat sering mendapatkan berbagai berita negatif tentang penyakit ini meskipun dari data yang ada menyebutkan kemungkinan sembuh penyakit ini adalah 97%. Stigmatisasi tersebut sangat berdampak terhadap imunitas seseorang yang terkait Covid 19 dan akan berpengaruh dalam proses penyembuhan pasien Covid 19. Sangat berdampak terhadap imunitas seseorang yang terkait Covid 19 dan akan berpengaruh dalam proses penyembuhan pasien Covid 19.

Terjadi ratusan kasus diskriminasi petugas medis di Indonesia. Federasi Serikat Buruh Kimia, Kesehatan dan Industri Umum (FSB.KIKES) KSBSI berpendapat bahwa perlindungan terhadap pekerja medis dan paramedis masih sangat rendah. Bahkan di beberapa rumah sakit daerah Sumatera dan Indonesia Timur masih kekurangan Alat Perlindungan Diri (APD).

FSB KIKES juga mengamati, bahwa selain kelangkaan APD, paramedis dan pekerja di sektor kesehatan tersebut masih kekurangan tambahan vitamin dan insentif berupa tunjangan kinerja sebagaimana janji Presiden Joko Widodo yang akan menaikkan insentif para pekerja kesehatan.

FSB.KIKES mencatat 100 lebih kasus diskriminasi terhadap para pekerja medis di seluruh Indonesia berupa ditolak/dikucilkan disekitar tempat tinggal.

Bukannya diapresiasi atas perjuangannya ikut merawat pasien terinfeksi virus SARS-CoV2 (Covid-19) ada yang diusir dari kos dan kontrakan. Itu tidak hanya terjadi pada perawat melainkan dokter juga.

Mereka yang 24 jam berada di garda Depan memerangi wabah Covid-19. Para tenaga kesehatan terus berupaya maksimal dalam menangani wabah virus corona tipe baru. Kebahagiaan bagi mereka hanya satu, melihat para pasien sembuh.

Seperti yang kita ketahui, diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, dimana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam kehidupan masyarakat, ini disebabkan karena kecenderungan sikap manusia yang lebih suka membeda-bedakan yang lain.

Jadi, apa perbedaan antara stigma dan diskriminasi?

Stigma dan diskriminasi adalah dua konsep yang sangat kita kenal dalam konteks sosial, walaupun kita mungkin gagal untuk menyadari perbedaan utama antara kedua kata tersebut. Beberapa orang dalam masyarakat mengalami stigma karena berbagai alasan, bisa karena penyakit seperti dalam kasus Covid 19.

Stigma adalah bentuk aib yang dapat pengalaman individu sebagai yang lain merendahkan mereka. Proses ini disebut sebagai stigmatisasi. Begitu individu tersebut distigmatisasi, ia juga dapat didiskriminasi. Ini termasuk perlakuan buruk terhadap individu atau perbedaan dalam perawatan. Perbedaan utama antara stigma dan diskriminasi terutama berasal dari diskriminasi yang melibatkan perlakuan dan stigma yang melibatkan tindakan menganggap individu sebagai tercemar.

Terbebas dari stigma dan diskriminasi adalah tugas kita semua. Oleh karena itu, saya membuat poster ini dengan tujuan untuk memengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat dengan memberikan dukungan besar dan apresiasi untuk dokter dan tenaga kesehatan yang mempertaruhkan nyawanya demi keselamatan orang lain. Ditengah situasi pandemi ini, mari bersama-sama berjuang dan berharap agar semua ini cepat berakhir.

Terima kasih untuk para tenaga kesehatan yang sudah berjuang guna meningkatkan kesadaran kesehatan kepada masyarakat. Dan terima kasih sudah dengan ikhlas melakukan pekerjaan kalian walau resikonya besar dalam menghadapi pandemi ini. Semoga Allah Swt. menempatkan mereka ditempat yang Mulia di sisi Nya, Aamiin…

Demikian penjelasan poster saya mengenai diskriminasi terhadap para tenaga kesehatan di Indonesia. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dan kurangnya mohon dimaafkan, yang benar datangnya dari Allah Swt. Yang Maha Benar, dan yang salah, khilaf, atau keliru itu datangnya dari saya pribadi sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari salah, khilaf dan dosa.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

#DictioIsUs #SpeakingUpwithDictio