Social Media vs Realita : Bagaimanakah Pendapat Kalian Mengenai Fenomena " Insta-Lie "?

Pernahkan Kalian mendengar istilah " Insta-Lie " ? Insta-Lie adalah sebuah bentuk representasi palsu dari kehidupan nyata di media sosial. Etimologi dari Insta-Lie ini sendiri berasal dari kata " Instagram " yang merupakan salah satu platform media sosial dan juga kata " Lie " yang berarti berbohong yang berarti secara sederhana, Insta-Lie merupakan kebohongan yang ada di Instagram dan secara luas dimaknai sebagai kebohongan di media sosial. Istilah ini mulai populer tahun 2015 dan masih relevan untuk dibahas saat ini.

Opobo (2018) mengungkapkan apa yang mendasari orang - orang untuk melakukan Insta-Lie. Menurutnya, Orang yang melakukan Insta-Lie biasanya didasari oleh motif perasaan iri dan perasaan takut ketinggalan berita atau tren terkini atau yang biasa disebut sebagai Fear of Missing Out , seperti yang dijabarkan dalam quotes berikut :

Why envy? Well, because every day, social media jams us with unsolicited reminders of the seemingly perfect lives that other people are living. With each passing day, it becomes increasingly harder to recognise that social media presents an augmented, edited version of people’s otherwise ordinary lives. In a world where everything is increasingly on show, keeping in touch is no longer the only motivation for logging on to social media. As society gets ever more inter-connected, social media is taking the lead in facilitating human interaction beyond the traditional confines of close family and friends. The virtual world is getting ever more real, so to speak. (Opobo, 2018)

Lalu contoh dari Insta-Lie ini sendiri ada banyak berikut adalah contohnya :

  1. Mengupload foto selfie yang sudah diedit lengkap dengan tagar #IWokeUpLikeThis
  2. Mengambil banyak sekali foto selfie dan memilih satu untuk di post di media sosial dengan tagar #effortless
  3. Pergi ke Starbucks, membeli secangkir kopi, dan membuka Macbook kemudian difoto dan di upload ke socmed dengan tagar #workspace. lalu kemudian menutup macbook kamu dan pulang ke rumah
  4. Mengedit foto liburan dengan filter dan diupload ke socmed dengan tagar #Unreal

Dan ini adalah video yang menggambarkan bagaimana fenomena Insta-Lie ada di sekitar kita

Nah menurut youdics sekalian setelah membaca deskripsi dan menonton video di atas, Bagaimana pendapat kalian mengenai fenomena " Insta-Lie " yang banyak beredar hingga saat ini di media sosial ?

Lalu apakah youdics sekalian mengetahui dampak yang ditimbulkan dari melakukan Insta-Lie ? dan yang terakhir pernahkah, kalian melakukan Insta-Lie secara sadar maupun tidak sadar ?

Referensi :

  1. Opobo, M. (2018, May 25). Are You Living a Social Media Lie ?. The New Times. Retrieved from Are you living a social media lie? - The New Times
  2. Ditch the Label | Youth Charity | Mental Health, Bullying & Relationships
2 Likes

Kita tidak bisa serta merta mengatakan bahwa “Insta-Lie” adalah sebuah kebohongan. Bisa saja, itu hanya masalah pengaturan sudut pandang yang apik dan tendensius. Maksud saya, mereka tidak berbohong, hanya “menampilkan sebagian kebenaran” yang dipilih untuk menimbulkan kesan tertentu. Simplenya, jaga image.

Menurut saya, makin kesini media sosial merupakan sebuah tuntutan bagaimana seharusnya individu berbagi pengalaman. Padahal, media sosial merupakan hak setiap orang untuk bebas berekspresi. Tuntutan itu dapat muncul dari diri sendiri, yang seperti telah disebutkan yaitu FOMO, dan juga tuntutan dari orang lain berupa komentar yang dilontarkan kepada individu yang memposting. Maka dari itu, fenomena “Insta-Lie” ini muncul. Fenomena ini juga dapat terjadi karena kurangnya pengakuan dan dukungan yang didapat dari lingkungan sosial, sehingga individu akan mencari pengakuan di tempat lain dengan berusaha menampilkan diri mereka sebaik mungkin, karena media sosial tidak dapat dilihat secara langsung.

Jujur aku sih tidak mempermasalahkan aktivitas apapun yang sudah upload orang lain, jadi secara tidak langsung aku belum merasakan dampak dari istilah itu. Teruntuk upload menggunakan filter, aku sering menggunakannya dan kenapa? atau apa yang harus dipermasalahkan? karena itukan akun pribadi dan follower & following kita sebagian mengenal kita karena pernah satu lingkungan, jadi pasti mereka juga tau seperti apa kita sebenarnya.

Dunia maya bukankah memang memiliki sisi negatif termasuk kebohongan publik? tergantung juga bagaimana user menggunakan akun mereka, bijak atau tidak.

Menurut saya, insta lie bukanlah sepenuhnya kebohongan. Balik lagi ke pengguna. Misalnya saja di tv, ada beberapa pembaca berita yang hanya mengenakan jas tetapi bawahan santai saat membawakan berita duduk di studio. Apakah hal tersebut kebohongan? saya rasa ini hanya masalah sudut pandang. Selama tidak ada yang dirugikan, ini hanya masalah image.

Jujur, mungkin aku yang terlalu kudet, tapi baru sekarang mendengar istilah Insta-Lie. Setelah membaca deskripsi di atas, menurutku kalau kita melakukan perilaku Insta-Lie, itu yang rugi diri sendiri, sih. Kepuasan apa yang akan didapat jika berbohong di media sosial? Terlihat keren? Mungkin. Tapi yang namanya manusia tidak mengenal rasa puas, jadi kalau sekali berbohong, pasti akan nagih dan terus dilakukan. Benar-benar jadi sukses saja tidak, yang ada malah rasa “pengin” jadi lebih mendalam di diri sendiri. Iri, dengki, dan sejenisnya itu penyakit hati. Menurutku, kalau terus dituruti dengan cara bohong, bukannya sembuh tapi malah sering kambuh. Jadi kalau tujuannya menunjukkan ini-itu di media sosial hanya karena iri oleh orang lain, lebih baik yang sekarang masih melakukannya segera berhenti. Perasaan iri kalian akan terus ada, dan kalian akan terus berbohong, dan apakah berbohong terus-terusan akan membawa keberuntungan yang kalian harapkan?

Menurut saya hal tersebut sah-sah saja dilakukan selagi yang melakukannya tidak merasa terbebani, terkadang kita juga mengupload sesuatu yang berbeda dari kenyataanya untuk menunjukkan bahwa kita baik-baik saja dan agar mendapatkan pengakuan dari publik.