Siapakah sosok yang memperkenalkan hidroponik di Indonesia?


Siapakah sosok yang memperkenalkan hidroponik di Indonesia ?

Edi Sugiyanto, Ahli Hidroponik Indonesia. Sejak Desember 2012, seorang praktisi hidroponiuk asal Indonesia ini mengembangkan pertanian hidroponik sebagai alternatif “Keamanan Pangan” di Bahrain berhasil mengembangkan hidroponik dan sistem Greenhouse dengan teknologi canggih seluas lebih kurang 50.000 m2 di padang pasir Bahrain yang sangat panas dan gersang.

Lokasi tersebut mencapai suhu 40 – 50 derajat celcius di musim panas ditambah seringnya terjadi badai pasir di kawasan tersebut tentunya sangat tidak ramah bagi pertumbuhan tanaman, hal ini membuat banyak petani disana berhenti melakukan kegiatan pertaniannya antara bulan Juni hingga September. Lantas bagaimana mereka mendapatkan pasokan kebutuhan sayurnya ?

Hal ini menjadi tantangan besar bagi Edi sebagai seorang praktisi hidroponik yang sudah membantu para petan di beberapa negara. Hingga saat ini keberhasilan Edi sebagai hydroponics commercial grower di kawasan Timur Tengah cukup terkenal. Dengan buah karya intelektualnya, kini Bahrain dapat mengurangi ketergantungan terhadap sayur impor bahkan sebagian sayur hidroponik di Bahrain di ekspor ke Arab Saudi. Produk-produk yang dihasilkan berupa tomat, tomat cherry, paprika, selada ( lettuce ) dan herbs yang dipasarkan di Bahrain dan Arab Saudi.

Edi selalu berpesan, khususnya kepada masyarakat Indonesia bahwa masyarakat Indonesia harus memanfaatkan dengan baik teknologi informasi, saat ini Indonesia sudah lebih baik dibandingkan 20 tahun yang lalu. Untuk mencari informasi tentang hidroponik dan greenhouse kini jauh lebih mudah. Edi berharap petani indonesia mampu memanfaatkan teknologi hidroponik, karena banyak kesempatan dan peluang bagi petani hidroponik untuk mengekspor sebagian produksinya ke luar negeri. Jika petani mampu mengelola dan memanfaatkan teknologi hidroponik ini dengan baik.

Sejak 16 tahun yang lalu, ia berkomunikasi dengan beberapa grower yang secara komersial menggunakan greenhouse sebagai bagian dari produksi sayuran dengan sistem hidroponik. “Grower” adalah nama populer di sebagian pelaku hortikultura di luar negeri. Istilah grower sebenarnya sama saja dengan petani di Indonesia. Akan tetapi, grower lebih pada kemampuan personal, baik teknologi maupun dalam mengelola usaha pertanian yang dimiliki.

Edi Sugiyanto (kiri), Diaspora Pengembang Hidroponik di Bahrain
Edi Sugiyanto (kiri), Diaspora Pengembang Hidroponik di Bahrain

“Sebagian besar lebih melihat teknologi dari Eropa dan Australia, sehingga pertumbuhan produksi pertanian sistem hidroponik terus berkembang. Sejak 10 tahun terakhir berdiri perusahaan pertanian berbasis teknologi tersebut hampir di setiap kawasan jazirah ini,” ungkap pria kelahiran Tegal, 2 September 1970 ini.

Lantas, apa tantangan yang dihadapi untuk mengembangkan hidroponik di negara yang terkenal dengan suhu panasnya tersebut? Musim panas dan badai pasir di negara tersebut dapat mencapai 40-50 derajat celcius, terutama daerah kawasan pertanian padang pasir. Hampir sebagian besar saat musim panas antara bulan Juni sampai dengan September, petani lebih baik memilih berhenti menanam. Hal ini juga terjadi di pertanian hidroponik. Mereka kesulitan mengatur suhu setinggi itu. Tidak hanya suhu yang sangat tinggi, tetapi kelembaban saat musim panas pun bisa mencapa 95%, dan seringnya badai pasir yang melanda kawasan timur tengah.

Hingga saat ini, dari produksi sayuran hidroponik seperti Lettuce, dari 45 kg/m2/tahun menjadi rata-rata produksi lettuce 60 kg/m2/tahun. Kemudian sejak Desember 2012, produksi tomat cherry 20 kg/m2/tahun, saat ini meningkat menjadi 48 kg/m2/tahun. Edi menargetkan minimal menjadi 55 kg/m2/tahun. Hasil produksi dipasarkan di semua supermarket di Bahrain dan diekspor ke Arab Saudi.

20150211_123217

Untuk bisa mencapai itu, teknologi hidroponik harus menganut Greenhouse Crop Production System , melalui technical success (engineering, science dan commercial grower), production success (pengalaman, edukasi kepada pekerja), dan economic success (model bisnis, financial, marketing & sales ). Sistem ini sudah ada sejak 100 tahun yang lalu.

Sumber

http://nudiralearningcenter.com/blog/mengenal-sosok-egi-sugiyanto-ahli-hidroponik-indonesia/
https://swa.co.id/swa/profile/profile-entrepreneur/tantangan-edi-membudidayakan-hidroponik-di-bahrain